Hopeless Taetae

288 27 35
                                    


"Dad.. apa yang kalian bicarakan?" Tiffany panik menghampiri ayahnya yang kembali masuk meninggalkan taeyeon sendirian diluar.

Pertanda tidak bagus bagi tiffany menyaksikan taeyeon yang hanya berdiri termangu menatap dinding tebing yang jauh di pandangan matanya.


"Dad.. please.. jangan lagi lagi dad.. tiff lelah dengan daddy yg selalu bertindak otoriter semau sendiri" air mata wanita berambut hitam panjang itu sudah hampir membuncah.

Lelaki paruh baya yang dipanggilnya daddy menoleh. Raut wajah tegas masih terpasang disana.

"Steph.. daddy cuma mau yang terbaik buat kamu.." katanya singkat.

"Lalu apa? Apa taeyeon tidak cukup baik? Daddy keterlaluan kalau masih belum menerimanya.. dad.. dia yang menolongku dad.. menolong daddy.. dia kebahagiaanku dad.. please.. hiks.."

tangan tiffany mengguncang lengan ayahnya. Seperti saat ia masih kecil menangis merengek meminta ibunya kembali kepada ayahnya.


"Steph.. sayang.. kondisinya sedang tidak bagus. Dia sendiri mengakuinya. Daddy tidak yakin hari hari yang kalian jalani bersama bahagia selama disini. Daddy kenal dokter disini. Daddy tahu dia sedang menjalani perawatan kejiwaan.. bahkan barusan daddy sudah mengontak dokternya.."

Ayah tiffany menarik nafas berat menjelaskan pada putrinya perihal kekhawatiranya.

"Dad.. tidak seburuk itu.. tiffany bahagia bersamanya apapun yang terjadi.. daddy jangan asal bicara.. hiks.."

Tiffany tidak hanya menangis kekecewa karena daddynya mungkin telah bertindak kelewat batas lagi. Tapi ia juga menangis ketakutan jika terjadi apa apa pada taeyeon yang ia tahu, sedang sangat rapuh itu.

Bagaimana jika kondisi taeyeon memburuk karena daddynya?

"Steph.. " si ayah membelai lengan anaknya lembut, menyadari anaknya sudah terisak.

"Steph.. daddy hanya memintanya berusaha lebih keras lagi untuk mengembalikan kondisi kesehatan jiwanya. Daddy hanya khawatir padamu jika ia tidak stabil begitu.."

Tiffany mengangkat wajahnya yang basah air mata, menatap lekat ayahnya. Mencari kepastian.

"Daddy tidak akan memisahkan kalian jika memang itu kebahagiaanmu. Tapi daddy juga tidak mau kau menghadapi dirinya yang seperti itu terus menerus.. bagaimana kalian akan bahagia? Sekarang kamu bisa berkata bertahan dan bersabar.. bagaimana nanti? tahun depan? Bagaimana anakmu tumbuh jika satu orangtuanya-- ehm.. maksudku jika ia seperti itu?"

Pria berambut uban itu kembali menjelaskan panjang lebar.

Tiffany menahan sisa isakanya mendengar penuturan sang ayah. Ia menemukan secerah harapan dalam kalimat ayahnya tadi.
Buru buru ia menyusut air matanya dan memastikan.

"Dad, hiks.. jadi, daddy tidak menyuruhnya pergi lagi? Jadi daddy menerima taeyeon..? Hiks.."
Lucu wajah tiffany menyunggingkan senyum diantara tangis.


Sang ayah menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa. Seperti orang kelelahan.

"Steph.. daddy sudah tua.. sebenarnya daddy lelah selalu berselisih denganmu.. daddy datang kesini sudah mau menyerah saja menerima putri daddy satu satunya bagaimanapun orientasinya."
Richard hwang berhenti sejenak. Menghela nafas.

"tapi tidak.. selama kondisinya masih seperti orang kurang waras begitu, daddy tidak akan menerimanya.. Sudah badanya kurus cungkring begitu, setengah gila lagi.. Haduuuh, bagaimana kakek tua ini bisa tenang.."
Lanjutnya, melirik jahil pada putrinya. Berpura pura menderita mengelus dada seperti kakek yang terserang batuk TBC.

Wabi-Sabi (Taeny Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang