12

95 29 77
                                    

Perlahan bulu mata lentik itu bergetar sebelum menampakkan manik olive-nya yang sesekali berkedip pelan. Dengan gerak lambat, Suna berusaha duduk dan menelusuri ruang di sekitarnya.

Sekali lagi matanya berkedip, memastikan apa yang ada di depannya bukanlah ilusi dan membelalak setelahnya. Suna masih belum sepenuhnya mengumpulkan nyawa, dirinya masih belum bisa mengerti situasi yang terjadi saat ini.

Beberapa detik berlalu dan akhirnya dia mendapatkan garis besar dari semua yang lihatnya ini. Raut penuh tanda tanya itu kini menampakkan ekspresi yang sepanjang waktu ia tampilkan.

Tak lama ia memutuskan beranjak dari sofa dan menuju kamarnya hanya untuk menemukan ruangan kosong, kemudian bergegas menuju kamar mandi yang berada di belakang.

Tak perlu waktu lama untuknya berbenah sebelum akhirnya Suna keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menggantung di kepala. Dirinya sangat bersyukur belum membereskan pakaian bersih yang tertumpuk di belakang dan menggugurkan potensi terjadinya situasi tidak mengenakkan.

 Dirinya sangat bersyukur belum membereskan pakaian bersih yang tertumpuk di belakang dan menggugurkan potensi terjadinya situasi tidak mengenakkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oh, udah bangun ternyata." suara yang akrab di telinganya segera menyapa pendengaran tepat setelah Suna kembali ke ruang tamu dan menemukan (Y/n) yang sudah menunggunya.

Suna kembali duduk di tempatnya semula, berhadapan dengan (Y/n). "Lu yang beresin rumah gua?" dengan menyisiri beberapa tempat yang tak lagi ditemukan sampah berserakan. "Thanks ya."

"Bukan apa apa lah ini." jawab (Y/n) enteng. "gua cuman beresin dikit, itung itung cara gua bilang makasih." Suna yang mendengar hanya menganggukkan kepalanya.

Menyampirkan asal handuk, Suna kembali beranjak dari tempatnya. "Mau sarapan apa?" tanya Suna tanpa menoleh. "kalo sekedar roti atau telur keknya masih ada deh." Dan mengecek lemari pendinginnya.

"Roti aja gapapa." Jawab (Y/n) dari ruang tamu. Suna yang mendengarnya hanya mengangguk dan segera membuat dua porsi roti untuknya dan (Y/n).

(Y/n) yang tak beranjak dari sofa sesekali melirik ruangan bersih hasil kerjanya ini. Rasa lelah yang sempat singgah segera tergantikan dengan rasa puasnya karna berhasil menyulap ruangan bak kapal pecah menjadi ruangan layak huni.

(Y/n) yang masih asyik dengan dunianya segera tersadar oleh suara langkah kaki yang datang dari dapur. Di sana, Suna dengan dua piring berisikan seporsi roti isi selai coklat tengah berjalan ke arahnya.

"Ini," kata Suna sembari meletakkan piring di tangan dan diikuti botol handsanitizer yang ia keluarkan dari saku celana.

"Makasih." Kata (Y/n) dan segera menyemprotkan handsanitizer itu sebelum menyambar roti isinya.

Fokus pada makanan masing-masing, tak ada satu pun yang membuka suara, hingga tak lama mata (Y/n) terbelalak kala teringat apa yang benar benar ia butuhkan saat ini.

Dengan cepat (Y/n) menelan rotinya. "Suna, Suna, Suna!" yang di panggil hanya bisa menatap bingung (Y/n) yang segera berlari menuju kamar dan kembali membawa ponselnya. "minjem casan!! Cepet! Cepet!"

𝙰𝚗𝚊𝚕𝚐𝚎𝚜𝚒𝚔 || Sunarin ✔Where stories live. Discover now