11

80 29 58
                                    

"(Y/n) kok belum pulang ya?" tanya Osamu lebih kepada dirinya sendiri. Entah sudah sejak kapan tatapannya tak terlepas dari ponsel dan pintu depan bergantian, raut khawatir pun tercetak jelas di wajah.

Tak biasanya (Y/n) belum sampai di rumah setelah jam sepuluh, kalau memang dia menginap atau akan pulang telat selalu mengabari Osamu, tak pernah terlewatkan satu berita pun. Namun, ada apa dengannya hari ini membuat sang kakak khawatir.

Dengan cekatan jarinya menari di layar ponsel, mencari kontak sang adik untuk selanjutnya membuat panggilan. Sayangnya, hanya nada dering yang ia dapatkan. Entah berapa kali panggilan pun hasilnya tetap sama.

"Adekmu belum pulang, Samu?" suara bariton segera menyapa pendengarannya, membuat Osamu menarik fokus dari ponsel di tangan.

"Belum, yah." Jawabnya pada pria setengah baya yang tengah berjalan ke arahnya.

"Kebiasaan di manja sama Atsumu ini." ujar sang ayah dengan enteng. Osamu yang mendengarnya hanya bisa menunduk, sama sekali tak mengambil hati perkataan itu atau lebih tepatnya tidak peduli karna Pikirannya saat ini masih dipenuhi dengan pertanyaan pasal (Y/n).

"Aku mau nelpon temen-temennya dulu, yah." Kata Osamu sebelum meninggalkan sang ayah di ruang makan dan beranjak menuju beranda.

Hari ini malam begitu dingin, sesekali Osamu menggosok lengannya yang seakan membeku di terjang angin malam.

Apa (Y/n) bermalam di rumah temannya? Apa dia membawa jaketnya? Bagaimana jika dia kedinginan, malam ini cukup dingin. Terkadang dia benar benar kesal dengan dirinya yang khawatir akan hal kecil, terlebih jika hal itu menyangkut adiknya.

.

.

.

.

.

Sial! Kenapa gua langsung bilang mau nginep, sih?! Goblok!

Selepas sampai di depan rumah (Y/n) beberapa waktu lalu, hal tak terduga terjadi. (Y/n) melihat mobil sang ayah terparkir tepat di samping milik sang kakak. Tanpa pikir panjang dia meminta izin untuk menginap di rumah Suna yang tanpa pikir panjang di iyakan olehnya.

Harusnya gua tadi minjem ponselnya Suna buat nelpon kawan cewe gua yang laen dlu! Hitoka misalnya?

Dengan tatapan sedih, (Y/n) menatap ponselnya yang sudah kehabisan baterai.

Ini mah namanya masuk ke kandang singa dengan senang hati! Mending gua nginep di rumah Tsukishima, gapapa garem tapi, dia kenal gua udah lama.

Dengan lemah (Y/n) menundukkan kepalanya, hembusan napas berat bisa terdengar jelas di antara bisingnya deru angin. Dia terlalu malu untuk menarik kata katanya dan meminta Suna mengantar ke rumah salah satu temannya. Sudah kepalang tanggung.

Dan di sinilah dia, menanggung semua hasil dari bertindak tanpa berpikir; menginap di rumah lelaki yang baru saja dia kenal, tanpa bisa menghubungi sang kakak. Hanya tinggal menunggu nasibnya mendapat ceramah panjang dari sang kakak, jika dia masih mau berbicara dengan (Y/n) tentunya.

"Dah, turun." Kata Suna tiba tiba, mengejutkan (Y/n) yang tengah melamun. Tanpa banyak bicara dia menurut dan mengikuti Suna yang sudah memarkirkan motor di depan rumahnya menuju pintu depan.

"Kenapa?" tanya Suna yang sedikit melirik (Y/n). "mau gua anter ke rumah kawan lu aja?"

"E-enggak." Jawab (Y/n) panik dan segera mengutuk dirinya sendiri karna melepaskan kesempatan emas hanya karna ketidakfokusannya.

Bodoh! Tolol banget sih gua!

Mendengar jawaban itu, Suna hanya mengangguk sebelum melangkah masuk dengan (Y/n) yang mengekorinya. Meraba tembok di samping, Suna menghidupkan lampu di ruangan itu, menampakkan ruangan penuh dengan kaleng kopi, sampah makanan ringan dan banyak lagi, benar benar tak terurus.

𝙰𝚗𝚊𝚕𝚐𝚎𝚜𝚒𝚔 || Sunarin ✔Where stories live. Discover now