[37] Duduk Berdua Bersama Janu

Start from the beginning
                                    

"Lo udah tidur lima jam," ujar Reno.

Haidan masih memroses kejadian yang sebenarnya, namun tiba-tiba kepalanya pusing, membuat ia melenguh pelan.

"Makan dulu, baru tidur lagi." Sang nenek mendekat sembari membawa nampan berisi makanan dari rumah sakit.

Haidan yang melihatnya meringis pelan, isi nampan tersebut berwarna hijau semua, membuat nafsu makan anak itu turun seketika.

"Ayo dimakan," ujar Andre membantu Haidan menaikkan kepalanya.

Haidan menggeleng pelan menolak, "Tenggorokan Eja sakit," rengeknya.

"Buburnya aja, ya?" Sang nenek menyodorkan makanannya.

Haidan menggeleng, nafsu makannya benar-benar hilang saat ini, matanya memberat, ia ingin tidur saja sekarang.

"Jangan tidur terus, nggak pusing?" ujar Reno.

"Kalo nggak tidur malah pusing." sahut Haidan.

Mereka semua dibuat diam dengan sahutan Haidan yang jujur, suhu tubuh anak itu memang sangat tinggi dan dianjurkan untuk istirahat lebih, tetapi semakin lama Haidan tertidur ia semakin nyaman berada di dunianya sendiri.

"Mau telfon Farhan?" Andre mengalihkan, berusaha membuat Haidan tidak tertidur lagi.

Haidan menoleh, menatap mata sang ayah lekat lalu mengangguk, "Mau..."

Andre mengambil ponsel Haidan yang terletak di atas nakas samping brankar tempat Haidan tertidur. Mencari kontak Farhan dan mulai menghubunginya.

Awalnya tidak diangkat, mungkin Farhan sedang dalam keadaan sibuk dan tidak mau terganggu.

"Telfon lagi, dia suka ketiduran jam segini," ujar Haidan.

Andre mengangguk mengiyakan kemauan sang anak, panggilan kali ini diangkat oleh Farhan dengan suara parau khas orang bangun tidur.

"Kenapa Dan?" tanya Farhan singkat.

"Nggak apa, kangen," jawab Haidan singkat juga.

"Bentar..." ucap Farhan.

Haidan menunggu suara Farhan kembali lagi dalam semenit. Mungkin sahabatnya sedang memikirkan sesuatu.

"KOK LETOY NJIR SUARANYA???" pekikan membahana dari Farhan mampu membuat Haidan terperanjat terkejut.

Andre yang didekatnya saja sampai terkejut dan menjauhkan ponsel Haidan menjauh dari tubuh sang anak.

"Nggak usah teriak juga monyet!" sahut Haidan.

"BUKAN HAIDAN NIH, SIAPA LO?"

"Dibilang jangan teriak!"

"Lo sakit, Dan?"

"Heem, pengen tidur tapi nggak dibolehin."

Reno yang mendengarnya mendecih, "Ngaduan!" ujarnya, "JANGAN DIBIARIN TIDUR, HAN!" tambah Reno dengan teriak.

"OYY SIAP," ujar Farhan menanggapi teriakan Reno, "JANGAN TIDUR LO KEBO!"

Dengan sigap Haidan memutuskan panggilan setelah teriakan Farhan selesai. Terlalu biasa. Dan Farhan disana hanya menghela nafas pelan lalu menyimpan ponselnya di atas meja belajar miliknya.

eja [ ✓ ] Where stories live. Discover now