(2) We're Friend

3 0 0
                                    

Suara bariton menghampiri Cilla yang baru saja keluar dari cafe.

"Oh, Hi Vernon!" Cilla tersenyum ramah membalas sapaan Vernon.

"I thought you were back home," Vernon terkekeh mendengarnya.

"Adek gue minta martabak. But I've been looking for it for 10 minutes and I'm still confused about where to buy it," ujar Vernon sambil menggaruk kepalanya bingung.

"I think your sister has a good appetite," Cilla terkekeh melihat wajah Vernon.

Vernon hanya menghela napasnya berat dan menganngkat kedua bahunya.

"Aww poor you," canda Cilla yang membuat Vernon memutar bola matanya.

"Calm down. Mau gue tunjukin martabak yang enak di sini? Trust me she will likes it,"

"Okay," Vernon mengangguk antusias.

Vernon segera menarik tangan Cilla menuju mobilnya. Ia sama sekali tidak sadar membawa tangan Cilla di genggamannya. Ia terbiasa melakukan hal itu di Australia.

"Uh, i- I'm sorry. I swear I didn't mean it," Vernon langsung melepaskan tangan Cilla Ketika ia sadar apa yang baru saja ia lakukan.

"Yeah, that's okay," Cilla hanya tersenyum.

Vernon dan Cilla langsung masuk ke dalam mobil dan Vernon segera memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia terus mengikuti arahan Cilla hingga mobil tersebut berhenti di sebuah ruko yang lumayan besar untuk sebuah toko martabak.

"What she wants to eat?" tanya Cilla Ketika mereka mengantri.

"Martabak manis coklat kacang,"

"That's it?" Vernon mengangguk.

"How about you?"

"No, I guess," Cila hanya mengangguk – anggukkan kepalanya.

"Just wait on the car," pinta Cilla.

Vernon hanya mengangguk menuruti Cilla. Vernon Kembali ke mobilnya dan menyalakan lagu. Sebenarnya ia juga tidak menyangka akan berada di sini bersama seorang gadis yang ia temui beberapa jam yang lalu. Ia hanya mengikuti jalan cerita yang ditunjukkan padanya.

Vernon menyandarkan kepalanya pada jok mobil dan memejamkan matanya. Namun, dering ponselnya memaksa Vernon kembali membuka matanya.

"Z, I'm at Brisbane," satu kalimat yang cukup membuat sekujur tubuhnya menegang.

"Mom! I said stay in Sydney! What are you doing?" belum sempat terjawab Vernon sudah kembali memotong.

"Oh, What did he do to you?" sambung Vernon

"Hey, calm down. he said he wanted to say something,"

"Something huh? Something about-" kalimat Vernon terpotong.

"I'll call you tonight. Bye and take care. Love ya," telepon dimatikan sepihak membuat Vernon menggenggam erat ponselnya.

Namun Vernon segera meletakkkan ponselnya setelah mendengar pintu mobilnya terbuka.

"Hi!" ujar Vernon canggung yang membuat Cilla terkekeh.

"I bought two different martabak. One for your sister and one for you. Lo harus coba," ujar Cilla sambil menyerahkan dua kotak martabak pada Vernon.

"Oh wait, gue ganti uang lo du-"

"No, you don't have to. Anggep aja ini ucapan makasih gue karena lo tadi udah mau nemenin gue. Or as a sign that we are friends now? If you don't mind? Maybe?" ujar Cilla ragu.

"Really?" tanya Vernon tidak menyangka.

"Maksud gue, kalo gamau ambil aja buat adek lo gapapa. It's not a big deal,"

"No no. I mean yes we are friends now. Thank you," Vernon meraih bungkusan dari tangan Cilla dan tersenyum.

"Maybe we should eat this one. Tanda makasih gue ke lo," ujar Vernon lagi.

Cilla hanya terkekeh dan mengangguk. Vernon membuka salah satu kotak yang bertuliskan 'martabak telur'. Ia mengarahkan kotak itu kepada Cilla agar ia mengambil terlebih dahulu kemudian Vernon.

"Cheers?" Vernon terkekeh sambil mengangkat martabaknya.

"Cheers," Cilla ikut terkekeh.

Vernon mulai menggigit martabak yang ada di genggamannya. Cilla melirik kearah Vernon yang ia sendiri tidak tau arti dari mimik wajah laki – laki itu.

"No way!" ujar Vernon sambil menatap Cilla.

"What?"

"This is- I don't know but this is awesome. I think I should stay in Indonesia. Then I can buy martabak everyday," ujar Vernon dengan mata berbinar.

Cilla terkekeh melihat ekspresi Vernon yang begitu senang. Ia benar – benar merasa aura positif dari laki – laki tersebut menular dengan baik padanya.

Ding!

Ponsel Cilla berbunyi menandakan ada pesan masuk. Cilla segera mengambil tisu untuk membersihkan bekas minyak yang ada di tangannya. Kemudian ia merogoh tasnya dan mengambil bendaa pipih dari dalam sana.

Jibran

I'm so sorry

Gue ga ngabarin dulu

Lo dimana?

Me

Darimana?

Tumben ga bilang

Jibran

Oh got it

Gue otw sekarang jangan pergi

Cilla gelagapan karena Gibran akan menjemputnya. Ia juga baru ingat bahwa Gibran memang memasang aplikasi share lokasi di ponsel Cilla untuk berjaga - jaga ketika ada sesuatu terjadi pada Cilla. Jika Gibran sudah bilang akan menjemputnya, laki – laki itu tidak akan menerima penolakan dengan alasan apapun.

"Vernon, I'm sorry. Gue kayanya sampai di sini aja, ada temen gue mau jemput ada keperluan," ujar Cilla.

Vernon terdiam sebentar menelan martabak yang ada di mulutnya.

"Are you sure? Ini udah gelap," Cilla mengangguk mantap.

Vernon memperhatikan beberapa pesan yang masuk ke ponselnya kemudian beralih menatap Cilla.

"Adek lo udah nyariin ya?" tebak Cilla.

Vernon hanya mengangguk. Kemudian membereskan kotak – kotak yang mereka makan tadi.

"Yaudah pulang gih. Take care," ujar Cilla sambil tersenyum kemudian membuka pintu mobil milik Vernon.

"You too and once again thank you for today," ujar Vernon tepat sebelum Cilla menapakkan kakinya ke tanah.

Cilla menatap Vernon beberapa detik. Kemudian keduanya saling melempar senyum.

Setelah Cilla turun Vernon mulai melajukan mobilnya menjauh dari Cilla. 

***

Note✨ :

Hi! Thank you for coming💙

Gimana sama part kali ini? I hope y'all like it

Ada yang jadi pengen martabak ga si? 

Tinggalin jejak kalian di komen and vote yaa

Love ereinsa💙

Boy "Friends"Where stories live. Discover now