(1) Stranger

8 2 7
                                    

Kini Cilla berada di sebuah cafe yang cukup sepi setelah bergelut dengan mata kuliah sejarah musik yang cukup membuat kepalanya memanas.

Setelah pesanannya datang ia segera menyalakan laptop miliknya untuk mengerjakan tugas. Ia juga sempat mengirim chat pada Gibran

Jibran

lo di mana?

Me

Gue di cafe

Jibran

Yang biasa?

Me

Yups

Jibran

Be there in an hour

Me

Okay

Setelahnya Cilla memasang earphone di telinganya. Kali ini ia siap mengerjakan tugasnya yang cukup menumpuk.

Saat ia sedang sibuk dengan pekerjaannya, seorang laki - laki bertubuh tinggi tampak mendekat ke bangku Cilla.

"Hi! Sorry. I've been looking for an empty seat but I can't find it. Can I sit here?"

Sebuah suara memaksa Cilla untuk melepaskan earphone yang melekat di telinganya.

Cilla sempat mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru café dan benar ia tidak sadar kini café menjadi sangat ramai.

"Sure," jawab Cilla sambil tersenyum.

Laki – laki itu duduk di hadapan Cilla. Laki – laki itu hanya diam sambil menatap kopi miliknya sendiri. 

Entah apa yang dipikiran Cilla, ia memulai pembicaraan. Karena ia sendiri tidak pernah tahan dengan keheningan.

"Anyway sorry for asking. But, where are you from?" laki – laki itu mengangkat kepalanya karena merasa di ajak berbicara.

"Sydney, Australia,"

Cilla hanya mengangguk anggukkan kepalanya. Jujur saja ia juga sebenarnya penasaran dengan laki – laki itu. Tapi ia tahu tidak baik bertanya – tanya kepada orang asing tentang kehidupan pribadinya. Itu akan membuat first impressionnya menjadi buruk.

Cilla Kembali fokus kepada laptopnya setelah menyeruput kopi americano miliknya.

"Itu americano?" tanya laki – laki itu tiba – tiba.

Cilla terkejut namun merespon dengan anggukkannya.

"How can you speak Bahasa?" tanya Cilla kebingungan.

Pasalnya aksen Indonesianya lumayan lancar.

"A little bit. Setidaknya bisa paham orang lain ngomong apa. Gue pernah beberapa kali kesini. So, I think Bahasa is my second language," laki – laki itu terkekeh.

Cilla yang tadinya pusing dengan tugas – tugasnya pun ikut terkekeh. Setidaknya aura positif laki – laki itu menyalur.

"By the way. I'm Vernon Anderson," laki – laki bernama Vernon itu mengulurkan tangannya.

"Drucilla Sienna. Just call me Cilla," Cilla meraih tangan laki – laki itu dan menjabat tangannya.

"So, americano is your favorite?" tanya laki – laki itu.

"Yeah maybe. Just in some cases I drink americano. And you?"

"Actually yes," ujar Vernon menggantungkan kalimatnya.

"Actually?"

"I mean yes. Y-yeah nevermind," Vernon tertawa canggung.

Cilla hanya mengangguk – anggukkan kepalanya.

"Uh, sorry. Gue ganggu lo ya?" tanya Vernon setelah sadar di hadapannya ada laptop milik Cilla.

"No, that's fine. Lumayan buat selingan biar ngga terlalu pusing. Thanks anyway," Cilla tersenyum yang membuat Vernon ikut tersenyum.

Tiba – tiba dering ponsel Vernon menyela percakapan mereka.

"Yeah,"

"..."

"Maybe setengah jam,"

"..."

"Okay fine. Just wait til I get home,"

"..."

"Okay love you too,"

Vernon kembali memasukkan handphonenya ke dalam sakunya dan kembali menyesap kopinya. Vernon menatap perempuan di hadapannya yang ternyata diam – diam mendengar percakapannya tadi.

"Your girlfriend?" dua kata yang akhirnya keluar dari mulut Cilla tanpa sadar.

"Um I mean- I'm sorry I didn't mean it," Cilla merutuki dirinya sendiri secara terang – terangan menanyakan privasi orang yang baru ia kenal beberapa menit yang lalu.

"No, no that's okay," Vernon terkekeh geli melihat tingkah perempuan di hadapannya.

"That's my little sister. She's 7 years old and she said that she wants an ice cream," sambung Vernon sambil kembali menyesap kopinya.

Cilla yang mendengarnya hanya mengangguk – anggukkan kepalanya sembil tersenyum canggung.

"Umm sorry I have to continue this," ujar Cilla pelan sambil menunjuk laptopnya.

"Okay go ahead," Vernon tersenyum.

Vernon Kembali mengeluarkan hp nya dan mencoba menyibukkan dirinya. Cilla Kembali melanjutkan arah fokusnya pada laptop miliknya. Sesekali Cilla mengedarkan pandangannya melihat café yang Kembali sepi seperti awal ia datang. Ia juga melirik laki – laki di hadapannya yang sedang memandang jendela di sebelah mereka.

"Can I ask you something?" tanya Vernon yang kini menatap Cilla.

"Sure,"

"If you find out that someone you love made a very big mistake, what would you want to do?" Cilla terdiam sejenak.

"Mad at first of course. But, just let it go. Jangan terlalu di bawa ke pikiran. It'll be worse,"

Vernon yang mendengarnya hanya mengangguk – anggukkan kepalanya dan berusaha meresapi arti kalimat yang ia dengar barusan.

"Thank you for today. I gotta go now," Vernon merapikan pakaiannya dan beranjak dari bangkunya.

"See you again. Maybe?" ujar Cilla yang sedikit ragu namun mampu membuat Vernon terkekeh.

Vernon kemudian mengangguk dan berjalan meninggalkan Cilla Kembali sendirian. Cilla mengecek pesan dari Gibran. Rupanya laki – laki itu belum menunjukkan tanda – tanda akan menghampirinya.

Cilla memutuskan untuk melanjutkan tugasnya. Hampir 1 setengah jam ia berkutat dengan laptopnya, namun Gibran masih belum memunculkan wujudnya. Cilla memutuskan untuk pergi dari sana.

Ini kali pertama Gibran melakukan hal ini. Biasanya ia akan mengabari Cilla dan memintanya untuk pulang sendiri jika ia sedang sibuk.

Bukannya marah namun, Cilla merasa selama 2 jam ia berada di cafe hal yang sia sia. Padahal Gibran berjanji akan datang menghampiri.

"Hi again," Cilla berhenti sejenak.

***

Note✨ :

Hi! Thank you for coming💙

Gimana sama part kali ini? I hope y'all like it

By the way kalo kalian ketemu orang baru kaya Cilla

Apa reaksi kalian?

Tinggalin jejak kalian di komen and vote yaa

Love ereinsa💙

Boy "Friends"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang