2

627 104 10
                                    

Keesokan harinya, Renjun terlambat bangun. Karena harus begadang semalaman untuk mengerjakan tugas. Dengan tergesa-gesa ia menuruni tangga, yang terlihat hanya ART yang sedang beres-beres rumah.

Namun, Renjun tak lupa untuk menyapa dan berpamitan kepada ART di rumahnya tersebut, "Pagi Bibi, Renjun pamit berangkat dulu, ya."

"Pagi juga, Den. Ga mau sarapan dulu?"

"Engga deh, Bi. Renjun udah telat,"

"Ya sudah, hati-hati di jalan, Den."

"Iya, Bi. Terima kasih."

Renjun segera bergegas ke halte bus, di jalan ia berfikir apakah masih ada bus yang lewat nantinya.

Tak lama menunggu akhirnya bus yang ditunggunya datang, Renjun segera menaiki bus tersebut. Ketika ia sudah sampai di sekolah, ternyata pintu gerbang sudah ditutup sekitar 5 menit yang lalu.

Renjun pun mendekat ke arah gerbang, "Pak, bolehin saya masuk, ya?"

"Kamu itu sudah terlambat, nak."

"Saya cuma terlambat 5 menit, pak. Bolehin saya masuk, ya?" mohon Renjun kepada satpam yang berjaga.

"Memangnya kenapa sampai telat, Renjun?" itu bukan suara pak satpam, melainkan guru kesiswaan yang sedang berkeliling.

"Semalam saya begadang untuk mengerjakan tugas, Bu. Bolehin saya masuk, ya."

"Ya sudah, kamu boleh masuk. Tapi harus membersihkan toilet laki-laki. Itu sebagai hukuman karena kamu terlambat, nanti saya izinkan ke guru mapel kamu sekarang."

"Baik, Bu. Terima kasih."

Satpam tersebut membukakan gerbang untuk Renjun masuk, setelah itu Renjun pergi ke toilet laki-laki.

••••••


Tok...tok...tok

Terdengar ketukan pintu dari kelas 11 IPA 1, lalu pintu itu terbuka dan membuat seluruh orang yang berada di dalam menoleh ke arah pintu.

"Permisi, Pak."

"Eh, iya silahkan, Bu. Ada apa, ya?" tanya guru yang kebetulan sedang mengajar di kelas tersebut.

"Begini, Pak. Renjun, berangkat. Tetapi tadi terlambat, sekarang sedang saya hukum untuk membersihkan toilet. Jadi, saya memintakan izin dan tolong isi kehadiran absen anak tersebut, ya."

"Baik, Bu. Terima kasih."

"Sama-sama, saya permisi, pak."

"Iya, Bu"

Haechan yang sedari tadi menyimak lalu membatin, "Renjun, terlambat? Tumben sekali. Ku kira tadi dia tidak berangkat, ternyata hanya terlambat. Sudah lah, nanti coba ku tanyakan saja."

Perang batin Haechan buyar seketika, karena tiba-tiba Pak Dirga bersuara, "Sudah, lanjutkan lagi mengerjakan soal-soalnya. Nanti, kalo sudah selesai silahkan ditumpuk jadi satu lalu taruh di meja Bapak." ucap Pak Dirga.

"Baik, Pak"

Semua siswa kembali fokus untuk mengerjakan, kecuali Haechan yang pikirannya terpecah saat ini. Satu sisi ia memikirkan tugasnya, satu sisi juga iya memikirkan Renjun.

Sedangkan di sisi lain, terlihat seorang laki-laki bertubuh mungil terlihat masih membersihkan toilet tersebut, helaan nafas lelah terdengar dari bibirnya.

"Hufttt...melelahkan sekali. Tapi tak apa, sebentar lagi selesai. Ayo semangat, Renjun."

Setelah memberikan semangat kepada dirinya sendiri, ia kembali melanjutkan membersihkan tolilet tersebut dengan senyum tipis dan bersenandung kecil.

Anargya || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang