9| Red Illusion

Mulai dari awal
                                    

"Ada sesuatu di sana?"

Sosok itu mengangguk. Riku menoleh pada layar komputernya dan memperhatikan dengan seksama. Punggungnya dingin. Riku hanya diam, meski bulu kuduknya berdiri merespon rasa merinding dalam dirinya.

"Tidak ada apa-apa," gumam Riku.

"Kau benar-benar tidak melihat emblem di jaket musuh dari temanmu?" Bisikkan halus di telinga Riku membuat buku kuduknya meremang. Seumur hidupnya, dibisiki oleh sesuatu yang tidak nampak di mata orang lain tetap membuatnya merinding meski sudah sangat terbiasa dengan itu.

Riku menoleh. "Emblem?"

Sosok hantu itu mengangguk. Tangannya yang pucat menunjuk seseorang yang tengah bersembunyi di balik tembok, meski begitu, lengan orang itu terlihat hingga Riku bisa memperhatikan apa yang ada di sana.

Sedetik

Dua detik

Sepuluh detik

Setengah menit

Semenit

Lima menit

Riku terbelalak. Ia menggebrak meja dengan mata melotot. Mulutnya menganga lalu mengatup, begitu terus selama beberapa menit. Riku menoleh kaku pada sosok disebelahnya. Detik selanjutnya Riku berteriak dan tersungkur.

Ia melihat sosok perempuan tadi. Tubuhnya berlumuran darah, tangannya perlahan patah, darah mengucur dari sana. Kepala sosok itu perlahan miring ke kiri, menciptakan bunyi krek dari sana. Riku berjengit ketika darah keluar dari leher itu dan darah itu menggenang dan merembes ke arah Riku.

Lampu kamar mulai berkedip-kedip, seperti memberi pertanda kalau apa yang ada di depan Riku adalah sebuah bahaya. Komputer di meja juga mati. Riku mundur perlahan.

Tuk tuk

Bunyi benda jatuh mengalihkan atensi Riku. Ia menatap ke depan dan menjerit lagi. Satu tangan sosok hantu itu terpotong dan jatuh bersamaan dengan jatuhnya bola mata dari tempatnya.

Brak

"Nanase-san!"

Riku menoleh dengan pandangan kaku. Ia menatap Iori takut-takut. Iori dan anggota yang lain langsung menghampiri.

"Daijoubu desuka? Kami mendengar teriakanmu," tanya Iori dengan raut khawatir yang kentara.

Riku menggeleng. Ia menunjuk kedepan. Matanya berkedip. Tidak ada apa-apa. Riku menatap lantai yang sudah bersih. Ia semakin mengerjab.

"Riku-kun, minum dulu." Sougo berjongkok disebelah Riku memberikan air padanya. Riku mengangguk kaku dan meminum airnya.

"Sudah lebih baik?" tanya Yamato. Ia berjongkok didepan Riku. Nagi berdiri di belakang Yamato, Mitsuki berdiri di belakang Iori dan Tamaki di belakang Sougo. Mereka menatap khawatir pada anggota center mereka.

"Da-daijoubu desu," gumam Riku. Ia menoleh ke sekeliling. Mencoba mencari sosok hantu yang sempat membuatnya histeris tadi. Nihil. Riku menghela napas panjang.

Pria bernetra crimson itu tersenyum tipis. "Maaf membuat kalian kaget. Aku tidak apa-apa," tukasnya.

"Hontou desuka?"

Riku mengangguk. Tangannya masih gemetar mengingat apa yang baru saja ia lihat. Sougo menyadarinya itu, pria bersurai putih keunguan itu memegang tangan Riku dan mengelusnya.

"Daijoubu? Butuh inhalernya?"

Riku menggeleng. Mereka menghela napas pasrah. Sougo dan Iori memegang masing-masing bahu Riku. Membantunya berdiri dan membawa ke kasur lalu mendudukkannya.

[Fanfiction] Futago no Ōji-sama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang