20

22 4 0
                                    

Sasa dan adik nya dibaringkan bersebelahan di kamar milik Valter. Sasa bukan pingsan wanita satu itu tertidur pulas. Sayup sayup keributan di istana terdengar ke telinga kerajaan tetangga. Masalah nya bukan apa keberadaan sihir sekarang sudah dianggap tak ada

Ledakan demi ledakan berita bencana cepat menyebar. Gunung gunung mulai mengeluarkan isinya dan laut semakin mengganas

"Ritual itu harus di lakukan besok"Tukas Rylia. Wanita yang semula duduk tenang memperhatikan kini berdiri dengan wajah tegas

"Kalau tidak mereka berdua tidak akan bisa kembali, selamanya" Karlyn menimpali. Setelah tau tentang bunga yang sudah mekar itu tujuannya sama dengan Rylia : mengembalikan dua orang itu ke asalnya

"Kalau mereka tetap disini 3 hari kedepan maka alam yang tak seimbang akan membuat dunia ini hancur

Hening kemudian mengisi ruangan. Tak ada yang mau bersuara lagi.

"Kita harus melepas mereka?"Tanya Shehsal lirih . Mata nya menyorot ke sang kekasih yang tertidur pulas

"Apapun demi keselamatan dunia kita nak" jawab Tavisha.

Pintu berdecit , Bitna pergi keluar

"Bitna ha..."

"Diam!"Bentak nya. Kalan yang sedang mengendong kachia mundur karena kaget

"Bitna, jangan membentak di depan kachia "Nasehat Kalan dengan nada begitu lembut

Merasa tak tahan Bitna menggumam sebuah mantra. Tubuh kachia berubah jadi abu yang berserakan di lantai

"Kachia! "Jerit kalan histeris

"Nasib sial dari mana aku punya kakak sepertimu"

"Aku anak pertama Elion kalau kau ingin tau, bakatnya menurun kepada ku seluruhnya . Bahkan lebih kuat dari shehzal" sinis kalan.

Bitna mendecih lalu pergi meninggalkan Kalan yang melirik tajam dirinya

"Ratu Aurora dari kerajaan Kallea datang ingin menemui anda pangeran"Ujar seorang kasim tiba tiba

Bitna memijit kepalanya"Kenapa bukan ibu?"tanya nya sebal

"Dan kenapa bukan tunanganya saja?"

"Ratu Aurora ingin bertemu anda terlebih dahulu"

Kasim itu membawa Bitna ke lokasi dimana ratu dari pulau seberang itu telah duduk bersama adik perempuan dan pelayan pribadi nya

"Pangeran. Salam untuk anda"Sapa Aurora lembut. Dua wanita yang menemaninya pun menunduk hormat

"Salam juga untukmu ratu"Jawab Bitna

"Kalau boleh tau, ada hal apa sampai anda mau repot repot menyeberang ke pulau ini?"Tanya Bitna tanpa basa basi. Dirinya kelewat lelah dan ingin segera berjumpa dengan kasurnya

Aurora menarik senyum simpul "jangan terlalu kaku"Ujarnya lembut . Aurora sebenarnya memang lebih muda dari Bitna, keadaan lah yang memaksa nya menjadi ratu diusia 19 tahun

" kesini ingin bertanya tentang perang dan ramalan tua yang selalu tersimpan kabarnya dalam ruang rahasia. "Terang wanita itu. Begitu jelas dan tegas sampai sampai Bitna melupakan sesuatu

Sebuah dongeng yang dibacakan bibinya 17 tahun lalu. Tentang seorang pangeran yang kehilangan dua jiwanya, dan seorang pangeran yang bisa mengembalikan dua jiwa itu pula.

"Aku dengar ada perang penyihir disini. Pangeran, bukankah sihir sudah dilarang? "

Bitna terdiam tak menjawab. Dia merasa kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Semua benda dalam ruangan berputar sebelum sebuah cahaya menarik dirinya
.

Valter membuka matanya dan mendapati dirinya sudah ada di dunia yang sebenarnya di sampingnya ada Sagara dan tina yang memandang cemas ke arahnya

Kamarnya, semua benda-benda yang ada di sini memang milik nya didimensi nya

"Vava bunda kangen"Ucap tina sambil mengelus lembut surai putrinya

Valter terdiam. entah ada apa dengan dirinya Dia merasakan tidak bisa menggerakkan tangannya dan juga kakinya. Dia hanya bisa terbaring di kasur dengan orang tuanya yang sekarang yang memperhatikannya dengan raut bahagia

Valter diam lagi saat semua nya berubah jadi gelap

"Bunda!"Jerit wanita itu. Semua orang yang ada didalam kamar melirik nya. Tak terkecuali sasa yang sedang memakan satu roti tawar

"Gua pikir lo mati" Tutur sasa sinis

"Lagian tidur 2 hari, mati aja sih biar gue party"

Bibir Valter berkerut karena sebal.
Kakaknya itu tampak sedang berpesta samyang dengan para anggota kerajaan

"Mana Bitna?"Tanya Valter

Semuanya diam tak menjawab. Tatapan mereka menunjukan rasa bersalah yang ketara

Sampai air mata jatuh dipipi Rylia

"Sebenarnya kenapa sih?"Valter heran akan keadaan asing ini

"Bitna, telah tiada "

Valter bergeming saat kata kata Elion mengalir lancar. Penjelasan demi Penjelasan yang tampak masuk akal sekaligus aneh merangkap jadi satu Penjelasan

Elion bilang sumur itu sudah mulai bereaksi. Benda benda sekitar tertarik kedalam nya

Termasuk Bitna yang merupakan penjaga sumur itu. Dirinya terikat kuat dengan sumur itu

"Berarti kalau Bitna tertarik kesana , dia ada di dimensiku bukan?"Tanya Valter

Wajah elion berubah masam. Gadis didepan nya kelewatan goblok ternyata

"Tidak pasti. Arah waktu dalam sumur itu bisa berubah kapan saja. Bisa saja dia pergi ke dimensi lain atau dimensimu tapi dalam waktu berbeda"

"Pusying sekali"Celetuk sasa

"Langsung saja lakukan prosesnya , adik gue harus balik kalau nggak atm nya bisa kacau"

Rylia memghela nafas berat. Begitu juga elion dan karlyn.

"Tidak semudah itu ferguso"jawab shehzal

"Kalau hal itu berhasil dan wanita gila itu bisa kembali ke dunianya maka ibu Ry yang akan tiada"

"Lah gua bodo amat. Bahkan lo mati pun ya gua masa bodo"Sahut sasa sambil menyanyi. Seisi ruangan menatap nyalang wanita kurang ajar itu

"Apa?. Gua gak bisa egois sama adik gua sendiri. Bahkan setelah tau gua gak bisa kembali gua tetap kesini buat menyelamatkan adik gua"jelas sasa dengan nada songongnya seperti biasa. Tapi seisi ruangan menatap sendu ke arahnya yang dibalas senyum sinis

"Gini aja. Sekarang kalian pilih 3 hal. Keselamatan dimensi ini atau kematian Rylia"
"Bahkan kalau besok Rylia bukan mati karena mengembalikan adiku ke dimensi kami, dia akan tetap mati karena kiamat disini "

"Efeknya mungkin tak sebegitu besar. Javalika sudah dilingkupi tabir tak kasat mata yang akan membuat sihir apapun tak bisa keluar. "Elion menyahut menjelaskan.

"Lagi pun gua penyihir memiliki struktur bagus dan kental akan magis. Mungkin binatang-binatang bisa menyelamatkan diri kesana dengan beberapa manusia yang beruntung"

Moment In Second World |END|Where stories live. Discover now