Alo guys!
i'm back!apa kabar semuanya?
semoga sehat selalu ya!akhirnya aku update lagi dengan alur yg cukup panjang. gatau kenapa, pokoknya belakangan ini lagi lempeng bgt haha
do'ain ya, semoga lempengnya keterusan hahay
oke, langsung aja ya, gosah panjang-panjang.
selamat membaca!
<33.
.
.Jeongguk dan Taegguk dengan kompak membolakan kedua matanya. Ia terkejut saat Jimin menyebutkan kata itu sambil menatap ibunya.
Mereka ikut bangun dari duduknya, kecuali wanita itu. Karena tidak memiliki energi yang cukup banyak, ia tidak mampu bangun dari duduknya hanya untuk menyambut keterkejutan semua orang di dalam ruangan itu.
“Apa yang kau katakan?!” Jeongguk melambungkan suara cukup tinggi pada pria itu.
Sedangkan, yang diberi pertanyaan masih menatap wanita itu, wanita yang juga memasang wajah terkejut, dengan manik yang mulai berkaca-kaca.
Sepertinya wanita itu mengingat sesuatu. Sesuatu yang pernah terjadi dihidupnya.
Jimin mengepalkan telapak tangannya, air mata itu semakin menjadi-jadi, membasahi manik peraknya dengan perasaan yang cukup terkoyak.
“Apa maksudmu, Jim?!” Kali ini Taegguk yang bersuara, karena pria bermarga Jeon itu tidak merespon pertanyaan adiknya tadi.
Rupanya Taegguk juga bingung dan penasaran dengan apa yang tengah terjadi sebenarnya.
Wanita itu menitikkan air matanya. Maniknya juga masih menatap manik pria asing itu.
“Jigguk?” Kata wanita itu.
Ia meraih tongkatnya, ingin bangun dari duduknya dan menghampiri pria itu.
Tangan kirinya terulur, seperti ingin meraih Jimin, namun sayangnya pria itu malah melangkah mundur, seperti menghindarinya.
Bulir bening yang membasahi manik wanita itu menetes kala pria itu malah mundur menjauhinya. Ia merasakan sesak di dadanya.
“Kau—
“Aku benci karena kau ibuku!” Jimin mengatakannya penuh penekanan.
Taegguk dan Jeongguk hampir saja menghajar pria itu karena perkataannya, jika sang ibu tidak menahannya dengan sebuah tatapan dan kedipan mata.
Jimin mundur sekali lagi, kemudian memejam demi mengeluarkan sayap hitam dari punggungnya.
Sayapnya terbentang dengan gagah, memperlihatkan rupanya pada wanita itu, hingga membuatnya tertegun sekali lagi.
Jimin menoleh kearah jendela besar yang tertutup dengan rapat. Ia mengepakkan sayapnya dan menghantam jendela itu.
Jimin pergi dari sana dengan amarahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LATHOS [REVISI]
FantasyKetika ambisi yang besar berhasil menyatukan, dan membongkar segalanya yang telah dirahasiakan sejak lama. "Aku melihat seseorang memiliki sayap, yang besar." Sosok terkuat dari bangsa polip harus turun ke bumi untuk sebuah perintah, mencari seseor...