Sudah hampir 2 menit menunggu, pria itu tak kunjung keluar. Sungguh perasaan Rea kini tak karuan, apalagi kedua kakak kelas yang ia tanyai tadi tak berhenti saling berbisik.
"Rea balik lagi aja kali ya?" monolog Rea. Ia memundurkan kakinya perlahan-lahan berencana untuk pergi dari kelas itu. Saat dia berbalik badan...
"Ada apa?" suara singkat dengan nada datar itu terdengar tepat dibelakang Rea. Ia pun membalikkan badannya menatap pria yang sedang berdiri di depan pintu kelas.
Rea menelan salivanya, seperti yang Fay ucapkan, Rea harus berani menatap Arion.
"Kak, Rea mau..."
"Langsung bilang aja. Gue lagi sibuk."
"Ini kak, buat kakak..." ucapnya sambil menyodorkan sekotak bekal yang ia bawa.
Arion mengerutkan dahinya, bingung, "Apa?"
Rea menggigit bawah bibirnya, sungguh berada diposisi ini sangat sulit! jantungnya sedari tadi sudah maraton tak terkendali, tapi jangan sampai niat baiknya ini tak membuahkan hasil!
"Bekal bu-buat-"
"REA JANGAN GAGAP YAAMPUN!"
"Ini bekal buat Kakak."
***
"Hari ini gue harus dapet nomor WA nya! kemarin padahal ngobrol, bisa-bisanya gue lupa minta nomor WA dia, hufttt..."
Gibran menaikkan setengah alisnya, "Cewek yang waktu itu Lo bawa ke GOR?"
"Iya Gib! siapa lagi?"
"Akhirnya Lo naksir cewek juga Bry, setelah sekian lama putus sama Ayla." saat menyebut nama 'Ayla', Bryan menatap Gibran tak suka. Kenapa namanya harus terdengar lagi?
Bryan mendecak, "Udah gue bilang gak usah sebut lagi nama dia."
"Hehe, Sorry."
Akhirnya mereka sampai di depan kelas seseorang yang ingin Bryan temui, siapa lagi kalau bukan Rea?
"Gib, gue gengsi. Lo yang mintain nomor WA nya dong, please..." Bryan memohon.
Gibran mendecak, "Gak. Minta sendiri gak usah gengsi! Lo kan Kakak Kelas, pake alesan apa kek gitu"
Bryan nampak berpikir, alasan apa yang akan ia lontarkan kala Rea bertanya kenapa Bryan meminta nomor WhatsApp nya. Ini bukan kali pertama Bryan meminta nomor WhatsApp seseorang, apalagi seorang cewek! tapi entah kenapa, pada Rea sungguh berbeda rasanya.
"Ayo cepet Bry! keburu bel nih" gertak Gibran.
"Kalem Gib. Gue masuk kelasnya dulu," Bryan pun mulai melangkah ke arah pintu kelas yang terbuka setengah itu.
Disaat yang sama, Fay juga akan keluar untuk membuang sampah permen karet miliknya. Fay yang berjalan sambil fokus memainkan ponsel tak menyadari kalau Bryan tengah mendekat ke arah pintu kelas.
Brukkk
"Eh... Eh... mata Lo gak liat-liat anj-" ucapannya tak jadi ia lanjutkan saat melihat siapa orang yang menabraknya. Eh lebih tepatnya orang yang dia tabrak!
Bryan mengernyitkan dahinya, "Anj
...?"
"Jinggg" sahut Gibran membuat kedua pasang mata yang baru saja bertabrakan itu langsung menatapnya tajam.
"Diem, Gib!"
"Anjir ini Kak Bryan! aduh, mana gue tadi hampir ngomong kasar sama dia" batin Fay sambil mengigit bawah bibirnya menahan malu.
YOU ARE READING
AREA
Teen FictionArion itu ada. Namun tak terkejar, tak mudah ditaklukkan, sulit untuk di dapatkan, tapi tetap saja aku ingin menggapainya. Awalnya rasa ini hanya terpendam, tapi seseorang membantuku untuk berjuang. Meski aku malu, aku ragu, aku takut, dan tak beran...
PART 10
Start from the beginning
