17: Say Merry Christmas to The Devil

Start from the beginning
                                    

Setelah lebih dari enam bulan belakangan, ini kali pertama ia mandi tanpa bantuan orang lain. Dan, ia baik-baik saja, lebih tepatnya mencoba untuk menjadi baik-baik saja dengan menyingkirkan bayangan kelam yang kerap membekas dalam kepala saat ia memejamkan mata. Air selalu mengingatkan perempuan itu pada sebuah tragedi, masih saja mampu menyajikan sekelumit rasa takut meski tak sebesar dulu kala. Kehadiran sosok 'Jaehyun' saat ini berpengaruh besar mengurangi ketakuran yang ia rasa, sedikit demi sedikit.

Usai dengan ritual mandi, kini Rosé mematut diri di hadapan sebuah cermin besar ruang ganti. Sebuah gaun model a-line berwarna putih melekat manis pada tubuhnya yang ramping. Berikut, rambut sebahu ia sisir pelan, tak lupa menabur sedikit riasan di wajah dan polesan lipstik di bibir juga menyemprotkan wewangian.

Konon katanya, Natal jatuh pada hari ini. Terbukti, di luar sana lonceng-lonceng gereja mengaung nyaring, kebanyakan rumah-rumah menyetel Jinggle Bel Rock dan membubuhkan hiasan nuansa Natal di pintu, anak-anak membunyikan terompet dan bertegur sapa juga bertukar hadiah.

Rosé mengamati kasak-kusuk manusia di bawah sana kala menyibak tirai kamar, terlampau fokus hingga tak menyadari seseorang di ranjang terbangun akibat terusik oleh sinar mentari yang menerobos ruang tanpa alang-alang.

Jeffrey di sana menyipitkan kelopak mata. Samar-samar, figur seorang wanita terindra olehnya seiring nyawa terhimpun memenuhi raga.

"Rosé ...."

Suara parau Jeffrey mengudara, seketika menggaet atensi Rosé yang mana punya sepasang koklea kelewat peka. Tersenyum tipis, Rosé menghampiri kembali ranjang pula mendudukan diri di tepian. Sebuah kecupan singkat ia letakan pada pipi kanan pria yang baru saja menegakkan punggung. Begitu tiba-tiba, hingga kesadaran secara penuh menerkam Jeffrey setiba-tiba itu pula.

Mempertahankan jarak wajah di antara mereka yang nyaris tiada, Rosé berbisik tepat di telinga Jeffrey. "Selamat pagi dan selamat Natal, suamiku sayang."

Begitu lembut rasonan suara Rosé menggelitik pendengaran sekaligus dinding hati Jeffrey. Selayak mimpi, tak pernah sekalipun terlintas pada pemikiran Jeffrey, bilamana ia akan menemui hari semanis ini. Ingin rasanya Jeffrey menampar pipi sendiri, tetapi apa daya, sosok anggun di hadapannya sekarang terlampau nyata adanya.

Kembali berdiri, Rosé bergaya seraya memutar tubuh hingga ujung gaunnya turut berkibar dan berayun. Tersenyum manis, beberapa helai surai ia sematkan ke belakang telinga kala bertanya, "Bagaimana menurutmu?"

Jeffrey mengamati lekat. Dari ujung kepala hingga kaki, kesan indah melekat begitu kuat. Gaun selutut berbahan sutra putih dan berhias renda bunga-bunga di sepanjang dada adalah pilihan Jeffrey tempo hari. Rosé mamakainya detik ini juga. Jeffrey tersenyum pula. "Sangat cocok padamu," pujinya kemudian.

Dua sudut bibir manis Rosé terkembang kian lebar sebelum bertutur penuh semangat. "Segeralah mandi! Hari ini Natal. Jangan lupa gunakan pakaian yang kemarin kita beli!"

"Kau sudah mandi?" Terlalu menggelikan kala bertanya demikian. Namun, satu perkara itu terlampau membuat Jeffrey penasaran, lagi pun terlanjur ia tanyakan. Pandangan Jeffrey masih sedikit buram, terlebih sinar sang surya dari luar terlalu menyilaukan mata hingga ia beberapa kali menyipit.

Dan, Rosé yang mengangguk cepat menimbulkan dahi Jeffrey berkerut keheranan. "Benarkah?"

Pasalnya, kalau bukan Jeffrey atau pesuruh di rumah yang membantu Rosé membersihkan diri, tidak ada orang lain lagi. Hari ini pelayan diperkenankan mengambil cuti, urusan masak-memasak untuk makan bersama telah dikondisikan oleh Alice yang kabarnya akan datang kemari siang ini. Sementara Jeffrey masih terlelap, apa perempuan itu membasuh badannya sendiri? Jeffrey bertanya-tanya tetapi terlalu sungkan untuk menyuara. Terlalu retoris dan jelas jawabannya, meski sukar dipercaya.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Where stories live. Discover now