40.RAVEL-ALUNA

Mulai dari awal
                                    

Setengah jam mereka berputar mencari petunjuk tapi tetap tidak ada. Akhrinya mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar di salah satu pohon. Ravel menegak habis minum lalu menatap ke salah satu titik.

Sebuah gudang di tengah hutan.

•••

Aluna terbangun saat dingin nya air menyentuh kulitnya. Dia menatap Chelsea di depannya dengan satu kepalanya sakit, perutnya sakit semuanya terasa sakit.

"Ada kata terakhir yang ingin lo sampaikan? " ucap Chelsea.

Aluna hanya diam, dia yakin Ravel dan yang lain akan menyelamatkan nya.

"Gak ada? "

Chelsea mengangguk dia mengambil korek api dan sebuah besi lalu membakar besi itu.

"Gimana kalau besi panas ini nempel di seluruh kulit mulus lo? Pasti Ravel akan ilfeel kan? "

Aluna berontak saat Chelsea mendekatkan besi panas itu ke tangannya. 

"Mmmm..."

"Kenapa? Takut? Enggak panas kok. "

Aluna berontak sekuat tenaganya, air matanya jatuh dia tidak ingin.

"LO BISA DIEM GAK SI?! " bentak Chelsea.

Aluna tidak menghiraukan ucapan Chelsea.

PLAK

"DIBILANGIN DIEM YA DIEM! "

Tubuh Aluna bergetar matanya menatap memohon pada Chelsea.

"Tolong selamatkan Aluna, " batin gadis itu.

"Gak ada yang bisa nyelamatin lo! Kalaupun Ravel datang dia pasti kalah jumlah! "

Chelsea menghidupkan lagi korek dan kembali membakar besi itu, dia menarik tangan Aluna sebelah kanan.

"MMMMMM..... " teriakan Aluna tertahan matanya mengeluarkan air mata, rasa perih dan panas serta kebas merambat ditangannya.

Chelsea bermain-main dengan besi panas itu ditangan Aluna.  Perempuan itu tertawa senang saat melihat ukirannya disana dia menuliskan namanya dan nama Ravel.

"Liat cantik kan?! " seru Chelsea senang.

Aluna menggeleng, perih.

"Kenapa nangis? Sakit? "

"Makanya jangan belagu! "

"Ini baru dari gua, belum dari yang lain! "

Chelsea keluar lalu masuk lah Hartono serta Desi. Sesi membawa sebuah cambukan yang dipastikan itu sudah panas.

Mata Aluna tambah Berkaca-kaca dia menatap memohon pada ibu dan ayahnya. Dia tidak menyangka orang yang selama ini dia kira baik, merawatnya dengan kasih sayang malah tega memperlakukan nya seperti ini.

"Halo sayang, kenapa nangis hm?  Gak usah nangis percuma sebentar lagi juga ajal kamu menjemput. "

Desi menatap berbinar pada kulit tangan Aluna yang sudah memerah bahkan sudah mengeluarkan darah lalu Desi mengambil air garam yang sudah dia siapkan tadi, dia menyiram tangan Aluna dengan air garam itu.

RAVEL-ALUNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang