The Fourth Petal is Red (C).

Mulai dari awal
                                    

Althea duduk berhadapan di dalam ruangan si wakil direktur. Air muka Rossa Harumningtyas terlihat tenang, cara bicaranya kalem, meski tatapan matanya menatap tidak bisa dibilang santai.

"Benar. Atasan menilai kematian Bapak Andrew bukan disebabkan oleh kecelakaan biasa, lagipula sampai sekarang putranya belum mengaku kalau dirinya bersalah. Baik atas tuduhan pembunuhan di apartemen J.K, maupun penusukan ayahnya. Saya mendapatkan laporan dari tim digital data di Kepolisian barusan, mereka menemukan adanya indikasi manipulasi di kamera pengawas. Selain itu, kamera di sekitar area rumah mendiang Bapak Andrew sempat mati beberapa menit saat insiden terjadi".

Althea terkesiap kaget. Berita terakhir yang disebutkan Rossa adalah hal baru baginya. "Dengan kata lain".

"Kalau firasat ku benar, ada yang sedang mencoba mengacaukan dan memfitnah keluar Jaksa Andrew, entah karena alasan apa. Namun alasan seperti ini bukanlah bukti konkrit, di mata hukum kita membutuhkan data fisik. Itu sebabnya, aku mengajukan nama anda untuk penyelidikan gabungan resmi".

"Mengapa saya?".

"Aku sudah dengar, anda meminta secara pribadi kepada mendiang Jaksa Andrew untuk mengambil kasus apartemen J.K bahkan jauh sebelum data resminya masuk ke kejaksaan. Kenapa?".

Althea terdiam, menundukkan kepala. Kedua tangannya terkepal erat di atas pangkuannya. "Soal itu...saya...".

Rossa melambaikan tangan depan wajahnya. "Sudahlah itu tidak penting. Bukan rahasia umum lagi kalau anda adalah  'dukun' di kantor kita".

Althea mendongakkan wajah. Menatap kaget pada atasan, senior, sekaligus mantan mentor saat berkuliah dulu. "Ibu Rossa".

"Yang jelas saya mau anda menyelesaikan kasus ini. Saya percaya pada kemampuan dan kompetensi anda. Nona Althea Taslim" kata Rossa langsung pada intinya. Dia memang dikenal blak-blakan dan paling benci berbelit-belit.

Perempuan itu menyodorkan map coklat ke hadapan Althea, yang segera diterima oleh wanita itu untuk dibuka.

"Surat izinnya sudah turun untuk anda dan staff anda. Saya juga telah meminta kepada kepolisian agar berkas resminya segera ditransfer ke kejaksaan. Anda akan bekerja sama secara terbuka dengan unit kepolisian yang mengurus kasus ini sejak awal" tambah Rossa.

Hati Althea mencelos. Itu artinya unit tim Farkas.

Lagi.

Entah kenapa Althea merasa kalau Rossa sengaja memasangkan mereka sebagai partner. Ini sudah kedua belas kalinya semenjak Althea bergabung dalam unit divisi kasus Pidana Khusus. Kalau sebelumnya, biasanya hanya faktor kebetulan semata sehingga Althea dan tim Farkas saling bersinggungan.

"Saya mengharapkan hasil maksimal dari anda. Jaksa Althea. Dan juga....saya turut berduka cita. Saya tahu persis bagaimana rasanya menjadi saksi kematian rekan seperjuangan" ujar Rossa. Terdengar tulus.

Althea akhirnya berani menatap kedua netra wanita itu untuk pertama kali sejak dirinya berada di ruangan ini. "Terima kasih, ibu. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan kasus ini. Saya berjanji akan ikut mencarikan keadilan. Demi mendiang Bapak Andrew" tukas Althea. Sungguh-sungguh.

Rossa menatap Althea dalam-dalam. "Saya percaya padamu. Ah. Dan tentang konferensi pers, serahkan pada saya. Saya akan mengurusnya. Fokus saja pada kasus ini".

Althea mengangguk sambil berdiri dari duduknya. Ia lantas segera berpamitan. Rossa memberinya izin.

Setibanya diluar ruangan ibu bos, Althea berniat menghubungi beberapa orang, di antaranya Farkas dan Edo. Akan tetapi....sesuatu terjadi.

Rasa nyeri luar biasa menghantam bagian belakang kepala Althea. Datangnya terlalu tiba-tiba hingga dirinya terkejut dan tak bisa menahannya. Map berisi seluruh berkas kasus terlepas dari kedua tangannya. Lembaran kertas berjatuhan di atas lantai.

Sepasang netra Althea menggelap, bersamaan dengan itu sebuah visi secara ajaib muncul dalam kepalanya.

Bunyi ketukan ujung sepatu hak tinggi berwarna merah di atas lantai marmer hitam mewah.

Sosok bertubuh ramping dalam balutan jas hujan terusan perempuan sewarna merah darah.

Suara feminim mendendangkan lagu tembang macapat Jawa.

Figur itu tampak berjalan di  lorong panjang. Tampaknya di dalam sebuah rumah mewah bergaya Eropa kuno.

Suara perempuan dalam visi Althea semakin lama semakin jelas dan keras.

Di akhir, sosok tersebut sedikit mengangkat wajahnya, membuat satu sisi rahangnya nampak sedikit dari dalam bayangan tudung jas hujan. Dan ketika ia menyeringai, deretan gigi putih yang tersusun rapi tampak berkilat, terlihat dibalik bibir dipenuhi polesan lipstik tebal yang kali ini berwarna ungu tua.

Bibir itu bergerak, membentuk deretan kalimat yang dapat di dengar Althea sebagai.

"Kamu suka kado dariku kan? Althea Taslim".

Di saat bersamaan, koneksi visi terputus. Hantaman nyeri menghajar kepala Althea. Seakan  Thor baru saja memukul tengkorak bagian belakangnya memakai Mjolnir.

Althea bisa mendengar dirinya menjerit. Tubuhnya terbanting ke depan, jatuh menghantam lantai. Telinganya berdenging kencang sekali. Ia bisa merasakan cairan keluar dari hidung juga kedua lubang indra pendengarannya.

Terlalu sakit hingga rasanya kepala Althea ingin meledak.

Althea bisa mendengar suara pintu membuka, sosok Rossa tampak berjongkok di depannya, memanggil-manggil namanya, panik, seraya berteriak meminta tolong.

Akan tetapi Althea sudah tidak tahan lagi.

Berikutnya, wanita itu membiarkan rasa sakit menelan jiwanya bulat-bulatm membiarkan dirinya tenggelam ke dalam pusaran kegelapan dan kehampaan.

Althea kehilangan kesadaran.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Author's Note :

Satu. Cerita ini genrenya thriller-paranormal-dark romance. Sepertinya sudah dijelaskan di awal. Jadi harap dimaklumi jika ada banyak scene cheesy yang mungkin tidak cocok bagi pembaca penyuka less skin ship.

Dua. Sistem hukumnya tidak mencontoh persis dengan yang ada di Indonesia. Alias sengaja dibuat berbeda. Jadi tolong, jangan bingung jika di kepolisian ada panggilan kapten segala l.o.l.

Tiga. Maaf karena telat publish. Tim penulis kalau pagi harus membagi waktu antara bekerja dan bersekolah, belum lagi perbedaan waktu berjarak dua jam 🙈🙈.

Sekali lagi terima kasih atas kesediannya membaca. Salam hormat dari penulis dan segenap tim. 💜.









A Rose's with a Thorn (The Dark Secret Series : #01)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang