Chapter 51

2.4K 538 146
                                    

Malam hari, rumah sakit..

(Name) berdiri agak jauh dari ranjang ibu mertua--ehk, calon ibu mertuanya. Ia menatap Jin-Woo yang duduk disana.

'Kalau aku melihatnya, tampaknya dia akan bisa membuka mata tanpa ada masalah apapun. Eternal Slumber, kasus dimana tidur tetapi tidak dapat bangun. Penyakit yang muncul setelah adanya Gate.' Batin Jin-Woo.

"Aku akan menyelamatkanmu, tunggu aku sampai saat itu tiba." Ucap si pemuda tinggi. Setelah berpamitan, sepasang kekasih itu keluar dari ruangan secara bersamaan.

'Aku harus menjadi lebih kuat.. Jika boss lantai menengah sekuat itu, aku akan kalah melawan boss lantai atas. Levelku memang naik saat aku naik lantai, tapi..'

Tampak Jin-Chul berdiri di hadapan mereka. "Hari itu.. Apa kalian yang mengalahkan monster di Double Dungeon? Berkat kalian, aku bisa belajar kalau sudut pandangku terbukti tidak akurat."

"Kita bertemu lagi ketua." Sapa Jin-Woo, sedangkan (Name) hanya menatap Jin-Chul.

Jin-Chul mulai menjelaskan tentang pekerjaannya, dan (Name) menanggapinya dengan menguap kecil. "Ada seseorang yang berharap bisa bertemu dengan kalian, bisa kalian meluangkan waktu sebentar?"

Selama berjalan, tidak ada yang bersuara kecuali langkah kaki mereka. Begitu sampai, manik gelap Jin-Woo mengecil, tampak terkejut. "Hunter Sung Jin-Woo dan (Fullname)? Senang bertemu, saya Go Gun-Hee." Tampak seorang pria tersenyum ramah sambil mengulurkan tangan, namun mana yang dikeluarkannya tidak biasa.

Jin-Woo dan (Name) menjabat tangan itu bergantian. "Silahkan duduk."

"Sebelumnya aku mengucapkan selamat karena kalian menjadi seorang hunter rank S."

"Masih ada pemeriksaan ulang yang tersisa."

"Sejujurnya, pemeriksaan ulang itu tidak ada artinya. Alat detektor hanya alat untuk mencacah informasi, bukanlah suatu alat yang bisa mengukur jarak kekuatan. Bahkan untuk mengukur rank saat ini, kami tidak sanggup membedakan rank S, rank SS, ataupun rank SSS." Jelas Gun-Hee.

"Lalu kenapa..."

Dan setelah itu, (Name) tidak begitu menyimak pembicaraan mereka berdua. Manik (E/c)nya fokus pada Jin-Chul yang berdiri tegap.

"Kami bisa membantu Hunter Sung Jin-Woo dan Hunter (Fullname) berkembang dijalan yang berbeda." Hingga perkataan Gun-Hee menarik perhatian (Name).

'Singkatnya, Asosiasi Hunter tidak menawarkan harta, melainkan tahta.' Pikir (Name) kembali melirik Jin-Chul sejenak.

'(Fullname).. Aku tidak tahu kenapa kau menatapku seperti itu.. Tapi bisakah kau berhenti? Sung Jin-Woo menatapku tajam sejak tadi.' Batin Jin-Chul menyembunyikan tangannya yang sedikit gemetar takut.

Hening menyelimuti mereka semua yang sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga sepasang kekasih itu menoleh satu sama lain, mereka pun mengangguk bersamaan.

"Maafkan kami." Ucap Jin-Woo memecah keheningan. Gun-Hee memang sempat menduganya, jadi ia tidak terlalu terkejut.

'Jadi pada akhirnya hanyalah uang kah..?'

"Kami ingin bertarung." Sambung si pemuda tinggi yang tidak diduga oleh sang ketua.

[The Torture's Goddess bersorak kegirangan]
[900 koin telah disponsori]
[The Element's God mengatakan kalau Dewa Dewi sia-sia menghamburkan koin]
[The Sword's God membalas kalau The Element's God terlalu pelit kepada inkarnasinya]

"Maaf, tapi Dungeon dan Monster lebih menarik bagi kami." Tambah (Name) seraya tersenyum sopan.

"Maksud kalian bertarung dengan monster?" Sepasang muda mudi itu mengangguk serentak.

"Iya/benar." Jawab mereka bersamaan.

Gun-Hee kembali terkejut--terlihat dari manik matanya yang sempat mengecil. 'Ya tuhan. Mata itu.. Mereka mengatakan yang sebenarnya. Sudah berapa lama aku tidak merasa seperti ini?' Gun-Hee meletakkan tangannya di dada, merasakan degup jantung yang kian meningkat.

"Karena adikku menunggu sendirian di rumah, jadi aku harus pulang secepatnya." Ucap Jin-Woo sambil berdiri.

"Saya juga harus segera istirahat.." Tambah (Name) lalu menguap kembali.

"Terimakasih atas waktu kalian." Balas Gun-Hee ikut berdiri.

"Ketua Woo Jin-Chul, intuisimu tidak salah. Tapi bukan kami yang membunuh monster di Double Dungeon." Jawaban Jin-Woo membuat Jin-Chul kaget.

'Jadi siapa..' Sepasang kekasih itu tidak membalas, mereka hanya berjalan keluar ruangan bersama.

Tidak perlu waktu lama hingga mereka berdua sampai di apartemen mereka. Begitu (Name) berada di depan pintu seraya mengusap sebelah mata, ia melihat ada beberapa kejanggalan.

'Lampu apartemen menyala? Dan Mana ini..' Tanpa berlama-lama, si gadis langsung masuk--entah sejak kapan Jin-Woo juga ikut masuk.

Dihadapan mereka, seorang pria setengah baya duduk nyaman diatas sofa. "Selamat datang. Bagus sekali ya kau pulang larut malam, bareng laki-laki pula." Ia menyambut mereka dengan senyum--yang terlihat cukup menakutkan.

(Name) menatap pria itu sejenak, lalu menoleh ke arah lain--melepaskan alas kaki. "Daripada Oppa, sudah bertahun-tahun tidak kembali ke Korea." Balasnya ketus.

"Lama tidak bertemu, Jae-Ha Hyung." Sapa Jin-Woo membungkuk hormat, namun diabaikan oleh sang pria bermanik aquamarine, Kim Jae-Ha. Si pemuda tinggi hanya tersenyum sabar. Kalau saja dia bukan calon kakak iparnya, entah bagaimana nasib Jae-Ha sekarang.

Pria itu melonggarkan dasi yang ia pakai. "(Name), kau paham kalau aku sibuk mengurus perusahaan."

"Ya, aku paham. Yang tidak aku paham adalah kau tidak pernah mengirimi kami uang untuk biaya rumah sakit ibu ataupun menghubungi kami satu kali pun." Gadis itu masih membalas dengan ketus.

Jae-Ha sempat heran, namun sedetik kemudian dia menggeram. "Apa maksud ... Sialan, pantas orang-orang tua itu menahanku sekuat tenaga."

Pria bermarga Kim itu menghela nafas, berusaha menenangkan pikirannya. "Oke. (Name), sekarang jelaskan padaku apa hubunganmu dengan pria itu." Titahnya seenak jidat sambil menunjuk Jin-Woo.

Perempatan imajiner muncul di kepala Jin-Woo. 'Tahan Jin-Woo, tahan.. Ingat kalau dia calon kakak ipar.' Ia mendengus.

"Oppa amnesia apa gimana sih? Ini Sung Jin-Woo, tetangga kita." Jae-Ha menganga lebar, pasalnya sang pria tak menyangka kalau si bocah cupu yang dia kenal akan berubah menjadi setampan ini dalam beberapa tahun.

"Serius? Dia? Si bocah cupu itu?" Tanya si pria berambut gelap tidak percaya. Jin-Woo kembali mendengus.

"Iya Hyung, ini aku. Kalau begitu (Name), Jae-Ha Hyung, aku pamit istirahat dulu. Maaf mengganggu waktu kalian." Yah, daripada Jin-Woo naik darah di rumah sebelah, lebih baik dia istirahat di rumahnya saja.

Setelah memastikan Jin-Woo pergi, (Name) berjalan menuju dapur. Ia mengambil 2 kaleng bir dan memberikan salah satunya pada Jae-Ha, lalu dengan nyaman mendudukan diri di sofa lain. "Jadi, ada urusan apa Oppa kemari? Kau tidak akan pulang kalau tidak ada urusan mendesak bukan?" Tanya si gadis menatap datar sang kakak.

Jae-Ha memandang sekaleng bir yang baru saja dia buka, lalu meminumnya. Setelah cukup puas, ia mulai bercerita. "Jika aku bilang kalau aku bertemu dengan orang yang berasal dari Dungeon, apa kau akan percaya?"

Bersambung..

1027 kata

A/N : Wah.. Jae-Ha baru datang bawa masalah nih, ngajak gelud ya? Btw, foto paling atas itu Kim Jae-Ha. Chapter ini gaje, banyak typo, bahasa non baku, bahasa kasar, dsb. Jangan lupa vote dan comments, nantikan kelanjutannya minggu depan ya~

The Regressor (Solo Leveling × Reader)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt