16. Di balik Senyuman Itu

3 2 2
                                    

Voted, komen, share yuk!
Tambahin ke reading list kalian juga dong:)
Follow me, now:>

▪■Selamat Membaca!■▪

"Kakak ngelamunin apa hayo?" gertak Risha menganggetkan Seno.

Pasalnya, semenjak kepergian Bella ... Seno hanya diam termenung di ruang tamu. "Enggak lagi mikir," jawabnya.

Risha tertawa mengejek. "Ah masa?" godanya.

Seno menggelengkan kepala cepat. "Sekarang sudah malam, lebih baik kalian cepat tidur!" titah Seno kemudian pergi menuju kamarnya.

Risha menyenggol Bulan, memberi kode, lantas mereka berdua tertawa bersama. "Nah sampe kepikiran dia!" ujar Risha.

Tawa Bulan terhenti, menatap sosok Bintang tengah memperhatikan mereka dengan tatapan aneh. "Apa lo lihat-lihat?" ketusnya.

Bintang berjengit kaget, memundurkan wajah beberapa inchi. "Enggak ada," balasnya sembari menggerakkan tangan di depan wajah.

"Gimana keadaan Emma?" tanya Risha.

"Dia udah di kamar istirahat," balas Bintang pelan.

"Emma? Ngapain lo tanyain keadaan Emma ke dia?" sahut Bulan penuh selidik.

Risha menghembuskan napas kasar. "Ya iyalah, dia adeknya Bintang. Masa gue harus tanya sama Pak Yanto tukang kebun di sini?"

Bulan membelalakkan matanya, menutup mulutnya. "Tunggu dulu! Lo itu Bintang yang dulu itu?!" pekiknya hampir berteriak jika saja dia lupa kalau ini sudah malam.

Biantang menaikkan sebelah alisnya heran. "Kamu siapa?" tanyanya polos.

Bulan menggeleng tidak menyangka. Menunjuk Bintang menggunakan jarinya. "Inget sama boneka beruang putih berpita merah?"

"Hah? Jangan bilang kamu anak itu?!" sahut Bintang sedikit terkejut.

"Iya gue! Jadi Emma adik lo, ya?"

Bintang mengangguk pelan. "Titip salam buat dia, bilang dari kak Bulan!"

"Ayok dah kita tidur, punggung gue pegel nih! Gegara tadi siang nyabutin rumput di halaman belakang."

Bulan pergi setelah menitipkan salam, menarik lengan Risha untuk segera beranjak dari sana. Menuju kamar, mereka memang tidur se-kamar semenjak menduduki bangku SMP. Bukan karena kekurangan tempat, hanya saja itu permintaan Risha. Mau tidak mau, Bulan hanya menyanggupinya.

Bintang menatap sendu punggung Bulan. Pantas saja, setiap kali berpapasan dengan Bulan, dia merasa de ja vu. Tetapi karena cukup banyaknya penghuni rumah ini, dia merasa semua orang yang ditemuinya berbeda. Rumah ini memang dihuni oleh kurang lebih tiga puluh orang. Dengan sepuluh staf serta karyawan, dan sisanya adalah anak yatim-piatu, atau bisa saja kekurangan.

📚📚📚

"Loh enggak tidur?" tanya Bintang setelah melihat Emma masih terjaga dari tidurnya.

Gadia itu masih menatap ke jendela besar di sebelahnya. "Belum ngantuk," ujarnya pelan.

Bintang tersenyum, menghampiri adiknya. Menarik kursi kecil dan menduduki tepat di sebelah ranjang Emma yang tidak terlalu tinggi. Mengusap dahi Emma secara teratur. Tersenyum hangat, sembari menyanyikan lagu.

AKSARA: "The Adventure of Writter"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang