14. Masih Ingat?

3 2 1
                                    

Vote, komen, dan share yuk!
Coba deh bantu promoin cerita ini ke akun medsos kalian, bantu yuk:)
Don't forget follow me now!

▪■Selamat Membaca!■▪

Brak!

Zihan menatap tajam Bella, tatapanya beralih kepada mobil papanya. Jangan sampai lecet barang sedikit pun. Atau dirinya bisa habis ditangan Ferdi nanti. "Mobil gue jangan dikasarin Bella!" sungutnya mengelus pintu mobil belakangnya.

Bella merotasikan bola matanya malas. Mengibaskan tangan di depan wajah Zihan. "Lebay!!" sinisnya.

Aksa menggeleng, melenggang masuk melewati pekarangan luas rumah bernuansa kayu itu. "Kalian tidak ikut?" tanya Aksa tanpa menghentikan langkahnya.

Kedua insan itu---Bella dan Zihan---menjatuhkan rahang. Terkejut dengan lokasi strategis rumah ini. Bayangkan saja, ada rumah sederhana bernuansa coklat kayu, di tengah hutan. Terdapat juga danau tepat beberapa meter di belakangnya. Ah, jangan lupakan pegunungan di sebrang danau sana! Langit senja juga menambah aksen indah.

"Indah ...." gumam Zihan masih cengo.

Bella menganggukkan kepalanya. "Kali ini gue sependapat sama lo," ucapnya.

Zihan tersadar dari lamunannya. Menatap Bella sinis, kemudian melangkah menyusul Aksa dan meninggalkan Bella di parkiran sendiri.

"WOY! KALIAN BERDUA MAIN TINGGAL AJA SIH!!" seru Bella seraya mendengus sebal. Menyugar surai panjangnya ke belakang.

📚📚📚

"Assalamualaikum," salam Aksa saat mereka bertiga sudah sampai di depan pintu rumah.

Ceklek!

Seorang gadis menyembulkan kepalanya di balik pintu. Membelalakkan matanya lebar saat tahu siapa gerangan yang datang sore ini. Dengan gerakan sigap, gadis itu membuka lebar pintu rumah. Menatap Aksa dengan senyum lebar.

"K-kak Aksa?!" tanyanya masih tidak percaya.

Aksa menimang dagunya. Berpikir keras, siapa gadis itu. "A-aku Bulan kak. Inget enggak?" tanya Bulan penuh harap bahwa Aksa akan menyisakan sedikit ruang di kepalanya untuk mengingat Bulan.

Aksa membulatkan mata sekilas. Mengangguk paham, terkekeh kecil. "Hahaha tentu saya ingat, dengan sosok anak perempuan yang merelakan boneka kesayangan pemberian dari sosok almarhumah ibunya untuk diberikannya pada gadis kecil."

Bulan tertegun sejenak, berusaha mencerna kalimat Aksa dengan baik. "Tau dari ma-akh! Pasti dari kak Seno!!" monolog Bulan pada dirinya.

"EKHEM!!" Zihan mengode Bulan untuk segera menyelesaikan perbincangannya dengan Aksa dan menyegerakan mereka masuk.

Bukan apa, hanya perjalanan panjang yang mereka lalui membuat pegal. Terlebih, Zihan yang menyetirnya. Bulan tersadar, tersenyum canggung. Menyingkir sedikit dari pintu. "Eh maaf, silahkan masuk kakak-kakak ...." tuturnya sopan.

Di saat Aksa dan Zihan masuk, Bella berhenti sejenak, menatap sekilas Bulan. Tersenyum simpul. "Gausah terlalu canggung, gue masih empat belas tahun. Gue rasa, umur kita juga enggak terlalu berbeda," jelas Bella sembari terkekeh kecil.

"Hehehe gue lebih muda setahun dari lo kak. Apa boleh gue manggil lo dengan nama?"

Bella mengangguk mantap. "Boleh aja," singkat Bella dan segera melanjutkan langkahnya menyusul dua laki-laki itu.

AKSARA: "The Adventure of Writter"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang