12. Hukuman

6 2 1
                                    

Vote, komen, and share yuk:)
Follow juga dong!

▪■Selamat Membaca■▪

Bella mengedipkan mata beberapa kali. Mengangguk ragu tanpa dia sadari. "Apa yang harus gue lakuin?" tanyanya perlahan.

Aksa tersenyum sekilas. "Besok, sepulang sekolah ikut saya."

Tika menatap Aksa, meminta penjelasan. Aksa menganggukan kepala tanpa memudarkan senyum. Tika mengerti maksudnya, kemudian mengangguk menyetujui. Bella menatap bingung kedua Ibu dan anak itu. Tetapi dirinya kembali hanya bisa pasrah dan menerima.

📚📚📚

Mentari merotasikan diri pada pusat peraduannya. Masih teringat janji untuk kembali, pada sang malam. Bersinar kilau, tatkala cahanyanya melebur. Memberikan penerangan alami padanya. Mengubah pandangan malam, menjadi melodi ritmik merdu.

"CIELAH KAPAN JADIAN?!" suara menggelegar itu milik Zihan, tatkala melihat Aksa berjalan diiringi Bella.

Aksa menghembuskan napas samar, menggeleng pelan. Bella merotasikan bola matanya malas. "Apa'an dah, kagak ada acara pacaran!" sinis Bella membuat semua orang yang mendengar bubar dan kecewa.

Zihan memicingkan mata. Menelisik penampilan Bella dari dekat. "Kek enggak asing sama lo deh?" ujarnya.

"Dia Bella ... adik sepupu saya, masih ingat?" jawab Aksa cepat.

Zihan membulatkan mata, menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. "BELLA?!" serunya mengundang atensi semua.

"YA ELAH!! BOCAH INGUSAN ITU?!"

"Gue enggak ingusan ya, kalo lupa!!"

"BUSET DAH, NGAKAK GUE BUAHAHAHA!!"

"Ish! Bisa enggak ngomongnya jangan di sini?" sungut Bella.

Pasalnya mereka masih berada di depan gerbang sekolah. Masih membawa tas dan hendak menuju kelas masuk. Terkecuali Bella tentunya, gadis itu masih berada di jenjang menengah pertama.

"Et dah galak amat neng?" balas Zihan memundurkan wajah beberapa inchi.

Aksa memijat keningnya, bisa lama jika membiarkan ini terus berlanjut. "Sudah, ayo ikut saya!" lerainya.
.
.
.
.
.
Perpustakaan ....

"Lo mau ngomong apa sih, gue kok dibawa-bawa?" ucap Zihan setengah berbisik.

Tidak mau terdengar petugas perpustakaan yang galaknya masya allah itu. "Zihan, kamu punya mobil, 'kan?" tanya Aksa memulai.

Zihan mengerutkan kening. "Punya dong, eh maksudnya punya papa gue!" singkatnya sembari terkekeh.

Aksa menimang dagu, berpikir sejenak. "Kamu bisa bawanya?" ujar Aksa memastikan.

Zihan melototkan matanya, menggebrak meja cukup keras. "GUE---"

"SIAPA ITU?" potong petugas perpustakaan dengan mata elangnya seolah mampu menembus kepala siapa saja.

"KALAU MAU GHIBAH JANGAN DI PERPUS!" lanjutnya membuat Zihan kembali mengatupkan mulutnya.

"Gue bisa, emangnya kenapa?" ucapnya kembali setengah berbisik.

Aksa menganggukkan kepalanya. "Kalau nanti sepulang sekolah, bisa antar saya dan Bella?" tanyanya.

"Kemana?"

"Jalan-jalan," sahut Bella.

Aksa kembali memandang Bella. "Sekarang kamu sekolah dulu," ucap Aksa lembut.

AKSARA: "The Adventure of Writter"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang