6. Chemistery

16 9 5
                                    

Voted, komen, and follow!
Share juga dong!
Kurang 2 chap lagi habis itu SMA!!! (BOCORAN)

▪■Selamat Membaca■▪

"Yak Ibu, apa kau baik-baik saja?!" jujur aku panik melihat Ibu tengah bersandar pada tembok rumah sakit sembari memegang kepalanya.

Ibu ... dia tersenyum, masih sempat-sempatnya dia memikirkan orang lain ditengah sakitnya. Dia tidak ingin membuatku cemas, padahal itu yang aku inginkan. Merasa bahwa Ibu dicintai semua orang. Walau faktanya mungkin ... hanya diriku.

"Tidak, Ibu tidak papa."

"Apakah Ibu membawa uang?" tanyaku agak ragu.

Ibu mengernyit, dia merogoh sakunya. "Tidak nak ... memangnya mau kau buat apa?" tanyanya.

"Ibu duduk dulu di sini. Tunggu aku, jangan kemana-mana," balasku menununtun Ibu menuju ke kursi tunggu. Lalu, berjalan menjauh.
.
.
.
.
.
Aku meringis, saat merogoh kantung celana. Aku hanya mempunyai uang sepuluh ribu, sisa dari uang pemberian Ibu selama seminggu. Padahal, aku sudah berusaha mengirit uangnya. Tetapi, karena aku harus membeli buku ... alhasil sisanya tinggal sedikit.

Aku berjalan tergesah, melewati koridor rumah sakit, berniat membeli makanan di kantin rumah sakit. Ayah dan Bunda memintaku dan Ibu untuk menjaga Rara, seraya mereka pulang mengemasi perlengkapan Rara untuk dibawa ke rumah sakit.

Aku tahu Ibu lapar saat ini ... aku juga ... hanya saja, aku mungkin bisa menahannya. Sudah terbiasa buatku untuk menahan lapar, terkadang Bibi tidak mengijinkanku makan selama tiga hari. Beruntung Allah memberiku kekuatan.

Bukh!

Aku mengurungkan niatku dan berhenti. Tatapan mataku tertuju pada seorang gadis. Dia, gadis itu terjatuh dari kursi roda. "Apa kamu baik-baik saja?" tanyaku saat sampai di sana. Berlutut dihadapannya.

Gadis itu mengangguk, sepertinya dia tidak mau berkontak mata denganku. "Ya," singkatnya.

Aku menyatukan alis, menyodorkan tangan untuk membantu. Namun, gadis itu menolak dan memilih berdiri sendiri. "Tidak ... terimakasih sebelumnya," jawabnya.

Aku masih bingung dengan sikapnya. Tapi ah sudahlah!

"NINA?! KAMU TIDAK APA-APA?!" samar-samar aku mendengar teriakan itu. Rupanya, Dokter Seno yang berteriak. Berlari menghampiri gadis itu dan membantunya.
.
.
.
.
.
"Permisi, Bu. Berapa harga seporsi nasi goreng?"

Aku menjajahkan kakiku pada salah satu kedai yang buka. Mengingat ini masih pagi, dia harus pintar memilih makanan yang mengenyangkan dan irit biaya. "Lima belas ribu dek," balas Sang empunya kedai.

Ah sial! Uangku kurang. "Eum kalo harga seporsi soto berapa?"

"Ouh, itu harganya tujuh belas ribu."

Aku menunduk, makanan rumah sakit memang sedikit mahal. Mungkin, aku akan kembali saja. Aku akan membeli roti untuk Ibu makan. Setidaknya itu bisa mengganjal perutnya.

"Tolong dua porsi nasi goreng spesial, sama teh hangatnya dua, ya?"

Tunggu dulu, ketika aku berbalik dan memutuskan kembali ... ada seseorang yang menahanku. Aku berbalik dan menatapnya, mataku membulat sempurna. Ah dia!

📚📚📚

"Makanlah yang banyak."

Aku tersenyum canggung, saat dokter itu mengatakannya dengan lemah lembut. Kini, aku, Ibu, Dokter, berada di kantin rumah sakit. Dengan Ibu yang duduk di sebelahku, dan Dokter yang duduk di hadapan Ibu. "Baik, terimakasih ... atas makanannya."

AKSARA: "The Adventure of Writter"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang