9

239 21 2
                                    


" Kenapa sih kamu masih aja bertahan ? "

" Dengan semua rasa sakit yang udah kamu terima, kenapa sih masih bertahan ? "

Kian menatap jauh ke langit. Pertanyaan itu membuatnya terdiam, air mata yang sejak tadi telah membasahi wajahnya sudah tidak lagi mengalir.

" Aku gak tau kenapa, tapi bagiku bertahan adalah sebuah kewajiban. Bahkan saat semua hal  sudah  seperti tidak lagi memiliki harapan, bertahan ditengah keadaan  yang sudah tidak mungkin lagi. "

" Tapi mau sampai kapan Ki ? Kamu gak kasihan sama dirimu sendiri ? "

Feny menghela napas panjang, untuk kesekian kalinya ia mencoba menyadarkan Kian agar berhenti memperjuangkan orang yang sama sekali tidak berhak untuk diperjuangkan.

" Dan lagi, aku gak tau sampai kapan aku bakal gini Fen. Aku tahu, jika sudah waktunya aku akan baik - baik saja. Aku sadar, bahwa apa yang terjadi saat ini adalah memang untuk mengajarkanku agar lebih kuat lagi. "

Feny yang mendengar itu hanya bisa diam, rasa bersalahnya semakin muncul saat ia harus melihat sepasang mata itu kembali mengeluarkan air mata.

" Tapi Ki " Ucapannya terhenti saat sebuah panggilan masuk tertera dilayar handphone miliknya.

Ia segera beranjak dari tempat duduknya, membiarkan Kian kembali dalam kesendiriannya.

' semua pasti bakal baik - baik aja Fen, yang aku perlukan hanya bersikap tenang, sabar,  dan siap untuk menghadapi semua kemungkinan yang bakal terjadi.

Baik itu berpisah dengan rasa sakit ini atau  menyambut akhir yang indah ' batin Kian.

Sejak berita kalau Kian mengundurkan diri dari perusahaan tempat ia bekerja, Gilang memutuskan untuk segera kembali dari luar kota bersama dengan Feny dan beberapa rekan kerja lainnya dan segera memutuskan untuk pergi menemui Bian. Yang ada dipikirannya saat ini adalah bagaimana ia bisa menyelesaikan kekacauan yang sedang terjadi. Kian adalah salah satu karyawan terbaiknya sekaligus anak angkatnya. Dan ia tentu tidak akan membiarkan sesuatu hal buruk terjadi padanya.

Feny membuka pintu kamarnya, bisa terlihat dengan jelas kalau Kian benar - benar sedang dalam masa sulitnya. Bahkan sejak tadi, ia tidak berubah sedikitpun dari posisinya.
Kejadian lima tahun lalu kembali terulang lagi hari ini, Feny kembali harus melihat Kian dalam keadaan seperti ini. Ia melangkah perlahan, lalu ikut duduk bersandar pada sisi ranjang tempat tidur miliknya.

" Ki, pak Gilang mau ketemu kamu  " ucapan Feny sesaat setelah ia menyamakan posisi duduknya dengan Kian.
Kian menoleh kearahnya, matanya memandangan lama sosok disampingnya itu.

" Aku tidak ingin bertemu dengan siapapun Fen " kata Kian sembari kembali menatap langit senja yang semakin gelap.

"  Kamu gak boleh terus - terusan kaya gini Ki, aku mau kamu selesaikan semuanya. "

" Tapi Fen "

.

Hening menyapa dalam ruangan ini, sejak tadi Kian hanya diam menatap seisi ruangan. Begitu juga dengan Bian, setelah apa yang telah dilakukan Gilang pagi ini membuatnya mau tidak mau harus kembali bekerja bersama dengan Kian.

" Kenapa ? " Pertanyaan itu keluar dari mulut Bian setelah sekian lama mereka berada dalam keheningan, karena setelah Gilang keluar dari ruangannya dan meninggalkan mereka berdua tidak ada sepatah katapun yang terdengar baik dari Kian maupun Bian.

Kian merotasikan matanya, menatap kearah Bian yang sejak tadi berdiri menatap keluar jendela dengan posisis yang membelakanginya.

" Maksudnya ? "

Memeluk dukaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें