30

251 115 241
                                    

Jimin hancur, benar-benar hancur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin hancur, benar-benar hancur. Apakah benar-benar tidak ada kesempatan baginya untuk kembali memiliki Yoora? Apakah Yoora memang begitu membencinya? Oke ini semua salahnya, tapi apakah Yoora tidak bisa melihat sedikitpun ketulusan dari diri Jimin sekarang? Demi apapun Jimin sudah berubah.

Melihat Yoora yang memakinya, menghindarinya, dan segala sikap kasar serta dingin gadis itu sudah benar-benar berhasil menghancurkannya. Dan sekarang, ditambah dengan kembalinya Hyunjin. Rasanya Jimin benar-benar ingin mati, terserah jika ini terlalu berlebihan, terserah jika orang menyebutnya terlalu obsessed terhadap Yoora. Nyatanya Jimin benar-benar dibutakan oleh cintanya kepada Yoora yang begitu besar.

Sekarang Jimin masih setia mematung meratapi kepergian Yoora, bahkan dengan bodohnya air mata Jimin sudah meronta-ronta ingin dikeluarkan.

Dengan emosi dan rasa keterpurukan yang bercampur aduk, akhirnya Jimin segera menaiki motornya. Jimin mengendarai motornya membelah jalanan dengan kecepatan di atas rata-rata, Jimin sudah seperti orang yang sedang kesetanan.

Ia tidak bisa berbohong bahwa saat ini dirinya dikuasai oleh rasa cemburu yang teramat besar.

Sesampainya di rumah, dapat dilihatnya rumah itu sepi bagai tak berpenghuni. Jimin langsung saja menuju kamarnya. Dengan emosi, ia mulai membanting semua barang yang ada di kamarnya itu. Perasaannya benar-benar kacau saat ini, ia cemburu, ia ingin marah, tapi apa haknya?

"GUE UDAH BERUBAH YOOR!!! GUE MOHON!!! GUE GA MAU KEHILANGAN LO!!!" teriak Jimin kuat.

Nafasnya tercekat, lalu tanpa sadar bulir air mata sudah membasahi pipinya. Jimin merindukan Yoora yang dulu, ia sangat membutuhkan Yoora.

Kamar yang tadinya benar-benar rapi, sekarang sudah terlihat seperti kapal pecah, Jimin benar-benar seperti orang gila. Merasa belum puas, akhirnya satu tinjuan ia layangkan ke arah cermin, lantas cermin itu pecah dan kacanya berserakan jatuh ke bawah. Seakan tak bisa merasakan apapun, ia terus saja memukuli cermin itu sampai kacanya benar-benar hancur tanpa bentuk. Tanpa sadar, jari-jari tangannya sudah penuh dengan luka dan darah.

Tapi Jimin benar-benar tidak bisa merasakan sakit kecuali pada hatinya. Jimin akhirnya terduduk, tangisnya pecah. Ia benar-benar tidak kuat.

Jimin menarik rambutnya kuat, menenggelamkan wajahnya pada lutut, meringkuk seolah-olah tidak lagi memiliki kekuatan. Ia terisak, membuat ruangan itu dipenuhi oleh suaranya saja. Suara kehancuran, suara penderitaan.

"Yoor.....sakit Yoor sakit...lo mau ngebales gue kan?... Oke gue udah kalah Yoor...lo menang, lo pemenangnya Yoor...gue udah menderita..." gumam Jimin masih dengan isakannya. Tubuhnya bergetar, ia merasa sudah seperti laki-laki yang sangat memalukan.

"Yoor...gue mohon...gue mohon kembali ke pelukan gue..." ujar Jimin lirih.

Merasa dirinya tidak kunjung tenang, akhirnya Jimin mengambil beberapa botol minuman beralkohol yang tersimpan di kamar ayahnya, masa bodoh dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, yang jelas Jimin benar-benar membutuhkan minuman itu saat ini.

THE GAME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang