36. Mampus

6K 328 36
                                    

Udahhh bagi yang masih di bawah umur + otak suci, jangan baca deh di part ini. Ga tega soalnya....😭😭😭😭

18++++ ya!!!!! Sekali lagi 18++++++++++

____****____

Angkasa mundar mandir ga jelas di ruang tamu, pertanyaan Rana tadi di sekolah terus berputar di kepalanya.

Gimana cara nembak Rana supaya berkesan?  Haruskah dia nembak Rana di vila? Ah enggak, Rana udah pernah ke vila. Nembak di sekolah, di depan semua siswa? Ah itu alay banget.

"Nape lu? " Gildan melempari Angkasa menggunakan kulit kuaci., " Minggir. Film gue udah mulai. " Cletuk Gildan kesal karena pandangannya terhalangi oleh Angkasa yang berdiri tepat di depan TV.

Angkasa berdesis lalu duduk di sebelah Gildan.

Kali ini rumah Angkasa ga rame kaya biasanya. Entah setan apa yang merasuki Aksa sampe-sampe dia nraktir temen-temennya makan di Gemilang, salah satu rumah makan baru yang katanya menunya itu enak-enak.

"Lo nyesel ngundurin diri jadi ketos? " Tanya Gildan saat suasana hening.

Angkasa terperanjat dan menggeleng cepat, " Gak. Sama sekali enggak! "

Gildan menggigit kuacinya dan menaikan satu alisnya, " Lalu? "

Angkasa menghela napas berat lalu menyandarkan punggunya, " Gimana cara nembak Rana supaya berkesan? "

Gildan tersedak mendengar pertanyaan Angkasa, ia meraba gelas kopi di nakas samping sofa lalu meneguknya habis.  Ia kemudian mengusap sisa kopi di mulutnya lalu bernapas lega.

"Lo ga papa? " Tanya Angkasa santai.

"Lo yakin mau nembak Rana? " Tanya Gildan masih tak percaya.

"Maksud lo? " Angkasa menaikan satu alisnya. " Lo pikir perasaan gue ke Rana itu cuma main-main? " Angkasa menegakan  tubuhnya dan menatap Gildan tajam.

Gildan tersenyum kikuk, " Gu.. Gue ga ngeraguin perasaan lo. Tapi... Lo yakin nembak Rana di situasi kaya gini? "

"Situasi gini gimana? "Tanya Angkasa ga paham.

Gildan melongo mendengarnya, Angkasa ternyata beneran ga  nganggep di keluarin dari Osis adalah situasi sulit. Otaknya udah berbucin ria, " Gak.. Ga jadi, " Ia lalu kembali menatap tv dengan tampang terheran-heran.

"Lo ga ada ide? " Angkasa keliatan kesal karena ga nemu ide sama sekali. Dan Gildan malah ga ngasih saran.

Gildan berdeham, " Kasih cincin aja. Sama kaya gue waktu nembak Gemoy " Katanya enteng.

Angkasa berdesis ," Cincin terlalu biasa," Ia lalu kembali memikirkan sesuatu.

"Tanya ke Rana aja, " Katanya dengan raut masa bodoh.

___***___

"Paham Ran? " Kata papa Rana sambil mengikat tali sepatu sambil sesekali melirik Rana yang meremas ujung baju tidurnya.

"Iya pah... " Jawab Rana  usai mendengar omelan papanya, soalnya tadi sepulang sekolah dia ga langsung pulang. Rana malahan main ke rumah Gemoy dulu.

"Yaudah istirahat sana, " Kata papanya yang baru selesai memakai sepatu di sofa ruang tamu.

Rana melirik papanya yang tumben-tumbenan rapi banget malem-malem gini. Mana rambutnya mengkilap banget kaya habis pake KIT.

Papanya lalu berdiri dari sofa dan berjalan ke dapur, Rana mengekor dengan tatapan mengintimidasi. Ternyata papanya mengambil dompet dan ponsel yang terletak di meja makan.
"Papa mau jalan dulu, " Katanya sambil menaik turunkan alis dan tersenyum jahil.

Mr. Angkasa (18++) Where stories live. Discover now