19.Hmmm

8K 313 10
                                    

Lembayung melepar tasnya kasar kedalam mobil lalu masuk dengan tergesa-gesa. Ia menoleh kebelakang sekejap dengan gestur panik sebelum akhirnya menyalakan mobilnya dan melecat dari bangunan bekas gudang tua.

Gerombolan pemuda keluar dari gudang dengan balok kayu di tangannya. Melihat mobil Lembayung telah keluar melewati gerbang, mereka mengumpat kesal dan langsung pergi berlari menunggangi motor mereka yang awalnya terparkir di sebelah gudang.

Satu persatu kawasaki D-Tracker keluar menyusul Lembayung yang telah melecat jauh.

Lembayung mengemudikan mobilnya cepat, dari kejauhan ia melihat deretan mobil yang terjebak macet.

"Brengseeek, " Ia menghantam stir mobil karena kesal.

Kemudian dengan cepat ia menoleh kebelakang, sialnya gerombolan motor kawasaki yang mengikutinya semakin dekat.

Tanpa pikir panjang lagi ia langsung membanting stir kekanan memotong jalur lain hingga kendaraan yang melintas di jalur kanan mengerem dan mengklakson mendadak.

"Tiiiin.... Tinnnnnn"

Lembayung membawa mobilnya masuk kedalam gang kumuh nan sempit.
Ia berusaha melajukan mobilnya dengan cepat membuat beberapa anak kecil yang ada di sana menjerit takut dan para lansia yang sedang duduk di depan rumah mereka, mengelus dada karena kaget.

"Mentang mentang bawa mobil, gue sumpahin celaka lu, " Teriak seorang nenek yang sedang menyapu di teras rumahnya yang sempit sambil mengacungkan sapu ijuknya.

Tak berhenti di situ gerombolan pemotor itu ternyata masih mengikuti lembayung.

"Berpencarrrrrrrrr......... " Teriak pemuda paling depan kemudian tersenyum menyeringai, motor mereka pun menyebar masuk ke lorong-lorong yang ada di gang sana.

Lembayung makin was-was melihat mereka memisahakan diri, nampaknya Lembayung salah tanggap ini masih kawasan geng itu , pasti mereka sudah hapal tiap lekuk kampung ini.

Lembayung terus melajukan mobilnya berharap sampai di jalan raya secepat mungkin.

"Mati gue... " Guman Lembayung saaat sampai di ujung gang yang telah di blokade oleh geng-geng itu.

Angkasa memijat pelipisnya pusing memikirkan kejadian hari ini.

Ia kesal dengan semua orang, kenapa mereka membungkamkan diri. Apa yang terjadi pada keluarga kecilnya?

Kepalanya agak sakit, dari pagi ia sama sekali belum makan apapun tapi masalah sudah menghampirinya.

"Drtttttt drttttttttt"  Ponsel Angkasa bergetar diatas nakas. Ia mengambil lalu membaca nama yang tertera di layarnya. Ternyata Gildan, lalu ia menggeser logo merah yang berarti menolak panggilan tersebut.

Ia melempar kembali ponselnya ke matras. Namun  ponselnya kembali berdering.

Angkasa geram, lalu mengangkat panggilan itu.

"Angkasaaaa..... Bantuin kitaaa, "

"Brugggggg.... Pugggg" Suara tubuh yang terhantam sesuatu.

Angkasa mengerutkan dahi, baru kali ini ia mendengar Gildan minta tolong. Ada apa kira-kira? Angkasa mulai berpikir kalo ada yang menyerang BUMANTARA.

"HALOOOO.... LO DIMANA? " teriak Angkasa panik, ia mengambil kunci mobilnya dan memakai jaketnya.

"Ujung gang Kenanga, deket makam tua.... CEPETTTT, " Teriak Gildan.

Mendengar lokasi yang di sebutkan tadi, Angkasa langsung berlari menuruni anak tangga dengan langkah tergesa-gesa. Ia melewati keluarganya yang berembug dengan berlari tergesa-gesa.

Mr. Angkasa (18++) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin