cuplikan bab 11

2K 53 2
                                    

Cerita ini sudah tersedia di google Play Store yaaa.

Cerita ini sudah tersedia di google Play Store yaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(nih yg kemarin penasaran nasib Yura kuspil dikit ya)

Ibu memang hanya syok saja melihat video Mas Haris. Tapi, sejak itu Ibu tak lagi bicara, hanya melamun dan menangis. Aku yang merasa bersalah, semua karena aku tak pandai menjaga suami, juga merawat diri.

Setelah sholat, aku membantu Ibu untuk berbaring saja di ranjangnya. “Bu, lebih baik batalkan saja bicara dengan Della. Biar kami yang selidiki siapa yang sudah menghamili Della,” kataku seraya memijit kakinya.

“Ya, tak perlu juga ditanya. Sudah jelas, mungkin itu anaknya Haris.”

Aku ingin sekali bilang, kalau itu tidak mungkin. Namun, aku pun tak kuasa untuk mengungkapkannya. Biarkan waktu yang berbicara. Kalau aku bilang sekarang, nanti aku pasti dikira masih belum terima atas perceraian ini. Padahal aku yang meminta.

“Kamu ngekost di mana, Nduk?”

“Deket kantor, Bu.”

“Tinggal di sini lagi, ya.”

“Tapi, Bu. Kost-an itu sudah dibayar full sama bos aku.”

“Ya sudah, nanti kalau sudah habis kontrakannya. Kamu balik ke sini, ya.”

“Tapi, bagaimana dengan Della?”

“Nanti kita suruh laki-laki itu menikahinya, dan biar dia dibawa sama suaminya.”

Aku mengangguk. Jujur saja, selama aku tinggal di sini. Perhatian Ayah dan Ibu padaku teralihkan. Aku yang harusnya menjadi anak bungsu, aku yang seharusnya disayang dan didahulukan.

Namun, Ibu dan Ayah selalu bilang. “Della itu anak yatim piatu. Barang siapa yang akan merawat anak yang kedua orang tuanya meninggal dunia, akan mendapatkan keberkahan.”

Aku selalu mengalah, mencoba mengerti, memahami. Meski kadang aku pun punya rasa iri. Setelah kejadian ini, apakah masih bisa dibilang berkah?

“Bu, Ra. Semua sudah kumpul di ruang tamu.” Suara seseorang mengejutkanku.

Mas Doni, kakakku yang berdiri di depan pintu memberitahu. “Bantu Ibu, Nduk.”

Aku membantu Ibu untuk beranjak perlahan dari tempat tidur. Sebenarnya Ibu tak ingin ke depan, tapi ia hanya ingin melihat dan mendengar pernyataan langsung dari Della.

Di ruang tamu kedua kakak laki-lakiku sudah duduk berhadapan. Lalu Ibu duduk di sofa yang terpisah, sementara aku mengambil kursi untuk Della. Meletakkannya khusus di tengah memang sengaja seperti disidang.

Jantungku berdebar hebat, saat melihat Della yang baru saja keluar dari kamar dengan wajah tertunduk. Rasanya ingin marah, kesal, dan karena dia aku menjadi seperti ini, janda. Kemudian dia duduk di hadapan kami.

“Sebentar, kita tunggu satu orang lagi,” ucap Ibu.

“Assalamu’alaikum.” Sapaan salam terdengar dari arah luar, dan aku mengenal suara siapa itu.

Mas Haris.

Lengkapnya cus ke sini
Di KBM app judulnya CANTIK USAI BERCERAI
Karya Inka_Aruna

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cantik Usai BerceraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang