01 ◕ Three Longing Hearts

Start from the beginning
                                        

"Park Chanyeol" ucap Kris dengan suara lembutnya. Suara yang menjadi begitu lembut dan mengalun indah menyebut nama itu. Nama yang dihafalnya. Nama yang seperti di rekatkan dalam palung hatinya yang terdalam. Nama yang bahkan hanya mengucapkannya saja membuatnya tersenyum tipis.

Namun tak lama karna senyuman itu sirna. Ia memeluk Shixun lebih erat. Shixun merasakan kesedihan sang ayah. Meskipun sang ayah tak membuka suaranya. Ia membalas pelukkan sang ayah.

"I love him" ucap Kris dengan suara parau. Dan air matanya jatuh begitu saja. Mungkin efek lelah juga alkohol yang diminumnya.

"Papa, sangat mencintainya" ucap Kris. "Namun papa juga adalah orang yang paling menyakitinya" tambahnya. Sang anak bingung. Bagaimana bisa sang ayah menyakiti orang yang dicintainya? Bagaimana bisa rasa sakit dan cinta datang bersamaan? Itukah alasan mamanya menangis setiap malam?

"Dan papa sangaaat merindukannya" ucap Kris. Shixun merasakan pelukkan sang ayah yang mengendur. Ia menatap sang ayah yang kini menatapnya dengan senyuman tipis.

"Kenapa tidak menemuinya? Dimana rumahnya? Papa ingin Hunnie menemani papa mencarinya?" tanyanya dengan wajah polos.

"Hunnie bukan anak kecil, Hunnie dinasehati oleh nenek. Papa menyayangi Hunnie tapi tidak menyayangi mama, itu sebabnya papa pergi" ucap Shixun. Ucapannya membuat Kris tersentak.

"Papa, apa papa sadar kalau papa tersenyum ketika mengucapkan nama itu?"

"Benarkah?"

"Eum! And Hunnie loves your smile so muchh!!"
Kris mendorong Shixun dan menarik selimut untuknya. "Tidurlah. Papa juga mengantuk, mau istirahat-

"Apa besok kita akan mencari orang itu?"

"Tidak bisa, sayang"

"Kenapa?"

"Karna dia sudah bahagia bersama orang lain. Ini adalah cerita seorang pangeran yang mencintai seorang ratu yang sudah memiliki raja" ucap Kris mencoba membuat cerita itu se-simple mungkin.

"Nenek bilang-

"Nenek itu tidak tahu apapun. Jangan dengarkan nenek!" ucap Kris dan mencubit pipi sang putra dengan gemas. "Pejamkan matamu, atau tidur diluar?"

"Ish.. dasar jahat" ucap Shixun dan segera memejamkan matanya. Kris mengacak rambutnya dan mengecup kening sang putra.

Bersamaan ketika ia beranjak keluar, menutup pintu kamar Sehun dan memasuki kamarnya, ponselnya bergetar. Username 'Mama' yang terpampang jelas membuatnya ragu untuk mengangkatnya namun ia tetap menerimanya.

"Halo?"

"Bagaimana? Kau akan kembali ke Korea?"

"Ma, Kris ingin komplain. Tolong jangan mengajarkan Sehun emosi orang dewasa? Dia masih lima tahun, Ma"

"Mama tidak mengajarinya. Mama hanya menjawab pertanyaannya ketika dia bertanya kenapa kau tidak tinggal bersamanya. Kau tidak mencintai Luna, itulah jawabanku. Apa itu salah? Kau mencintainya?"

"Ma-

"Ah sudahlah. Terus saja kau keras kepala pada pendirianmu itu Wu Yifan"

Kris menghela nafasnya. Ia membuka pintu balkon kamarnya. Hawa dingin menusuk masuk dan membuatnya menggigil. Namun alih-alih menutupnya ia justrru melangkah keluar dan memantikkan lintingan tembakau pada apitan jarinya.

"Chanyeol, kau tidak merindukannya, Kris?"

"Dia sudah bahagia, Ma. Dia mungkin lebih bahagia dariku" ucap Kris dengan senyuman miring. Mengejek dirinya sendiri yang masih mencintai orang itu sementara orang itu mungkin tak lagi ingat dengannya.

Krisyeol; The Immutable TruthWhere stories live. Discover now