25. Lagi beruntung aja!

728 49 40
                                    

"Jadiii Arabella Boutique tertarik sama penawaran butik Butterfly?"

Pertanyaan yang Kevin yakin menjadi pertanyaan terakhir Siska karena raut gadis itu yang sudah lebih baik dan tak menunjukkan kegelisahan.

"Exactly!" Dan ini menjadi jawaban terakhir Kevin setelah lelaki ini menjawab belasan pertanyaan Siska.

"Okey." Siska mengangguk paham dengan muka yakinnya. "Gue pasti bisa! ATM, wait for me!"


"Lah ATM aku gimana?!" Siska menghentak-hentakan kakinya kesal.

"Gimana apanya sih? Ya ATM kamu masih Mami tahan lah." Bela melirik Siska melalui kaca supir.

"Ish masa gitu, cape-cape aku belajar tentang butik, gimana sih, pemilik butik tapi gak profesional gitu!"  Ya... Siska saat ini kesal, sangat kesal, pada owner butik Butterfly yang menurutnya amat sangat tidak profesional.

Kalian bayangkan, selama sisa perjalanan Siska menghabiskan waktunya untuk bertanya semua yang terkait dengan butik dan pertemuan ini. Kepalanya sampai berat ia paksa untuk mengingat semua informasi yang Kevin berikan 30 menit yang lalu.

"Gak profesional apa sih Fransisca?! Mereka udah nunggu kita lama, lagian kalo suaminya ga tiba-tiba masuk rumah sakit juga dia bakal nunggu kita lebih lama."

Siska berdecak keras. "Yaudah sih kita masuk aja ke resto buat makan, daripada diam-diem bae di mobil!"

"Gih kalo mau makan, nanti pulangnya naik taksi."

Siska yang semula ingin membuka mobil menghentikan kegiatannya. "Mami mau kemana?"

"Ada rapat satu lagi di Saras Development." Bela menoleh. "Kantornya cuma 20 menit dari sini," ujar Bela lagi saat Siska baru ingin membuka mulutnya, tahu apa yang akan Siska tanyakan.

"Oke, kalo gitu aku makan-nya ditemenin Kevin." Siska mengalungkan tangannya di lengan Kevin.

Bela mencondongkan tubuhnya ke belakang. "Gak bisa!" Ia menahan bahu Kevin yang sedang ditarik keluar oleh Siska.

"Ishh, apa sih Mami?!" Siska memukul pelan tangan Bela yang bertengger di bahu Kevin.

"Kevin ikut rapat sama Mami!"

"Kalo gitu aku ikut rapat." Tubuh Siska yang sudah setengah keluar itu kini ia masukan sepenuhnya lagi, ia kembali menutup pintu mobil dan duduk dengan anteng.

"Gak!" tolak Bela spontan.

"Yaudah Mami rapat aja sendiri, kenapa harus ajak Kevin?! Kan Kevin mah ngurusinnya butik." Siska menatap Bela dengan alis menyatu dan tatapan menuduh bahwa Bela mengambil kesempatan agar bisa berduaan dengan sahabatnya.

"Gak usah mikir macem-macem!" ujar Bela mengetahui otak Siska. "Mami ngajak Kevin karena dia ngerti tentang perusahaan dan berpengalaman juga. Kevin ikut ada guna, lah kamu?"

Bukannya Bela ingin apa-apa, hanya saja ia tidak ingin ribet. Ferhad sedang sibuk di kantor, dan jarak kantor Frans dengan Saras Development memakan waktu lumayan lama, apalagi jalanan sedang padat. Jadi, daripada susah-susah menunggu Ferhad, lebih baik Bela mengajak Kevin yang sudah ada di depan mata. Lagipula sesuai ucapan Bela tadi, Kevin jelas berpengalaman, menemui pertemuan-pertemuan semacam ini sudah menjadi santapannya sehari-hari.

"Aku ikut! No debat no kecot."

Bela merotasikan bola matanya. "Gak usah ribet deh Fransisca, kamu gak bakal ngerti."

"Tadi aku kan udah belajar sama Kevin."

"Butik sama perusahaan beda. Pembahasannya pun melenceng jauh dari apa yang baru aja kamu pelajarin."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 18, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Me Vs MamiWhere stories live. Discover now