7. siapa?

16.7K 2K 173
                                    

Pov Maura

"Haloo Mama mertua ada apa gerangan mampir kesini?" sapaku ramah. Tentu saja kulakukan setelah aku berhasil menguasai diriku. Dengan berjalan agak gemetar aku mendudukan diri disamping mbak Mita.

"Kamu." tunjuknya kerahku. Membuatku reflek mengacungkan jari keatas.

"Maura Hendrawan disini."

"Heh perempuan mandul. Kamu sengaja ngelakuin inikan. Kamu iri ngeliat Faris sama menantu idaman saya nikah." ucap Ibu mertuaku menggebu.

"Ngelakuin apa? Bukannya anak anda sudah menikah dengan perempuan yang sempurna itu." aku melirik Mbak Mita yang berani mengangkat dagu menghadapi ibu mertuanya itu.

"Halah gak usah ikut campur kamu perempuan miskin." hardik Ibu mertuaku itu membuatku mengelus dada. Sebegitukah dia mendewakan harta sampai tega menyakiti hati orang lain yang di anggap tak setara.

"Ya jelas saya ikut campur. Ini rumah saya. Apapun yang terjadi di rumah ini jelas saya harus tau. Apalagi menyangkut Maura, adik saya."

"Mama tu dateng-dateng marah-marah. Nuduh-nuduh tapi gak dijelasin duduk permasalahannya. Mana kita ngerti." kataku menengahi.

"Nah betul." mendengar itu Ibu mertuaku terlihat mendengus persis seperti banteng.

"Jadi perempuan mandul itu membuat pesta anak saya kacau. Dia mengganti makanan catering untuk tamu undangan jadi nasi kucing pinggir jalan. Iyakan ngaku kamu." ucapnya dengan wajah merah padam sambil menunjuk-nunjuk kearahku.

"Emang anda ada bukti." tantang mbak Mita membuat ibu mertua kami itu gelagapan.

"Halah, udah jelas kalau yang gak suka sama pernikahan ini tu dia. Pasti dia yang ngelakuin."

"Hanya karena adik saya gak suka sama pernikahan itu lalu anda pikir yang ngelakuin itu adik saya? Jangan seenaknya nuduh ya. Hanya karna anda lebih tua jangan kira saya takut." ucap mbak Mita yang terdengar begitu datar.

"Menuduh orang tanpa bukti itu fitnah. Katanya orang berpendidikan kok kelakuannya gitu. Aku bisa ya ngelaporin Mama ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik." kataku pelan membuat wajah ibu mertuaku itu mendadak pias. Lalu tanpa kata dia meninggalkan rumah mbak Mita. Membuatku mengucap kata hamdallah.

"Ra." aku menoleh menatap mbak Mita.

"Kamu yang ngelakuin itu?" aku hanya menyengir menampilkan deretan gigiku. Membuat mbak Mita menggelengkan kepala.

"Kok bisa?" tanyanya begitu antusias.

"Jadi waktu itu aku nemuin nota pembayaran untuk catering di celana mas Faris. Langsung aja aku datengin ke restorannya buat konfirmasi eh mereka mengiyakan. Trus aku bilang aja kalau acaranya dirubah di panti asuhan. Jadi ya cateringnya dikirim ke panti asuhan. Trus karna gak tega ya aku tetep ngasih makan buat tamu undangan tapi diganti pake nasi angkringan pinggir jalan. Pinter banget ya mbak aku?" tanyaku sambil menaik turunkan alis.

"Keren banget kamu Ra. Mbak aja sampai gak kepikiran kesitu. Kebayang betapa malunya mereka ngasih makan acara nikahan pake nasi kucing." ucap Mbak Mita kemudian terbahak.

"Bukan cuma itu mbak aku juga ngganti kue pernikahannya jadi kue bolu." mendengar itu tawa Mbak Mita makin pecah bahkan sampai air matanya keluar. 

Melibatkan emosi dalam setiap masalah hanya akan membuat kita menyesal dikemudian hari. Bisa saja aku tadi datang kesana melabrak pernikahan mas Faris. Tapi hal itu malah akan membuat pandangan miring terhadapku. Mereka bertanya bukan karena peduli tapi karena mereka hanya ingin tahu. Kemudian kisah itu akan dijual ke orang lain dengan sedikit bumbu. 

Gadis Lumpuh Perebut SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang