Bagian 04

44 1 0
                                    

Bell masuk sudah berbunyi, siswa-siswi SMA Bhenika Bangsa lari berdesakan masuk kedalam kelas masing-masing.

Bugh ...
Zafa terjatuh, dia tak tahu siapa yang sengaja mendorongnya. "Kamu gak papa An?" Tanya Novan seraya membantu Zafa berdiri.

Zafa menelisik pria yang ada di depannya, "aku Zafa bukan An" ketusnya

"Eh iya maksud saya Zafa. Maaf" Zafa segera masuk ke kelas, dia enggan berlama-lama bersama Novan. Bisa-bisa dia dijadikan perkedel oleh Vera.

"Sungguh mirip, tak ada yang berbeda dari wajahnya. Aku merindukanmu An" gumamnya dalam hati.

Baru saja akan duduk Vera sudah menghampiri Zafa, tatapan kebencian terlihat jelas di mata gadis itu.

"Heh jauhin Novan, dia milik gue!"

"Tak perlu takut aku tak tertarik dengan pria itu" jawab Zafa dengan santai. Dia juga tak tahu mengapa dia bisa sesantai ini.

"Heh. Lo udah berani jawab pertanyaan gue" bentak Vera yang tak terima Zafa menjawab perkataanya

"Kamu tanya aku jawab, kamu diam aku juga diam, dan kamu sopan aku sebaliknya"
Lagi-lagi entah apa yang membuat Zafa berani melawan Vera hari ini.

"Kurang ajar!. Lo tau derajat Lo disini"

"Yups!" Simple hanya dengan kata itu dia menjawab perkataan Vera

"Ih makin jadi aja nih B*" bela Sindi salah satu teman dekat Vera

"Hahahah ... B*. Lo udah dapet berapa ha?" Tambah yang lain lagi

"Udah dapet banyak" jawab Zafa dengan datar.

Kali ini Vera tak terima, biasanya Zafa yang pendiam mengapa dia menjadi lebih berani sekarang.

Dengan emosi yang sudah di ubun-ubun, Vera dengan kesal menarik rambut coklat milik Zafa. Bukannya kesakitan atau teriak seperti gadis lain saat rambutnya ditarik, Zafa malah tersenyum misterius.

"What?. Sejak kapan Zafa jadi cewek kuat gini?" Bisik salah satu siswa

Banyak dari mereka yang berbisik-bisik tentang Zafa dan Vera. Sedangkan yang lain hanya menonton bahkan menyoraki Zafa untuk melawan.

Bahkan ada pula yang bertaruh, siapa pemenang antara keduanya.

Plakk ...
Sebuah tamparan mulus mendarat di pipi Zafa, kali ini Zafa sangat tenang seolah ia tak merasakan kesakitan. Dia hanya tersenyum lalu menyeringai membuat Vera mundur ketakutan.

"Lo kenapa gak ngehajar dia Ver?"

"Habisin coba"

"Kalau gue, udah gue jadiin daging giling Ver"
Teman-teman Vera sukses menjadi kompor yang semakin membakar emosinya.

"Kalo lo mau, habisin sendiri" ketus Vera, lalu keluar kelas.

Berbeda dengan Zafa, dia malah duduk santai beberapa kali dia merenggangkan otot-otot lehernya.

Klakk ... klakk ...
Suara otot-otot di leher zafa berbunyi membuat siswi-siswi tergidik ngeri pada gadis itu.

"Fa!" Tiba-tiba Febi datang mengagetkan Zafa yang tengah asik menghayal. Ternyata menghayal jadi kuat itu sangatlah menyenangkan.

"Andaikan itu nyata" ujar Zafa tanpa sadar

"Apanya yang nyata Fa?" Tanya Febi

"Tadi lo keren banget Fa. Gue salut sama lo, Lo kok bisa berani gitu sih lawan si nenek gayung itu" ucap Febi menerawang jauh

"Apa yang mereka katakan?. Aku melawan nenek gayung?" Gumamnya dalam hati

"Mana nenek gayung Bi, aku nge-fans banget mau minta tanda tangannya"

"Apa'an sih. Maksud gue Vera si nenek gayung" ujar Febi sedikit kesal dengan temannya ini

"Iya gue sampe terkejoed banget tau, lo bisa bersikap kayak tadi, kayak bukan elo" ujar Debi menambahi

"Apa maksud mereka, aku hanya menghayal tadi. Apa mereka masuk dalam hayalanku?" Pikir Zafa

Zafa hanya terdiam, dia merasa sedang menghayal tadi bagaimana mungkin itu adalah kenyataan. Menatap mata Vera saja Zafa tak bernyali, apa lagi melawan.

"A ... aku, pipis. Maksudnya mau pipis dulu" pamit Zafa pada kedua temannya itu. Jika tidak mereka akan bertanya lebih banyak lagi, yang membuat Zafa semakin bingung.

"Tadi lo keren banget Fa. Gue salut sama lo, Lo kok bisa berani gitu sih lawan si nenek gayung itu" kata-kata Febi terus berulang di kepala Zafa.

Dia juga kebingungan, dia hanya menghayal mengapa menjadi kenyataan?.
Tak ingin ambil pusing Zafa dengan cepat masuk ke toilet, bukan untuk buang air kecil tapi, untuk menghindar dari teman-teman rese nya itu.

Zafa sengaja berlama-lama di dalam toilet, bahkan dia sempat menghayal Novan menolongnya saat Vera Mengganggunya.

"Aishh. Ngapain lagi ngehayal kadal albino itu"

Braakk ...
Pintu seperti di pukul sesuatu dengan keras, Zafa segera membuka membuka pintu tersebut namun tak bisa, "sial ada yang ngunci dari depan" ucap Zafa dengan geram

Dia menekan knop pintu berkali-kali sampai akhirnya patah. "Astaga kok bisa patah gini?" Ujar Zafa kebingungan

Terdengar suara cekikikan dari luar pintu, Zafa sudah tau siapa dalang dari semua ini, siapa lagi kalau bukan Vera yang ingin mengerjainya.

Byuurr ...

PO ZAFA
_______
Seember air yang sangat bau entah air apa itu aku pun tak tau, air itu jatuh tepat di atas kepalaku membuat baju seragam yang ku genakan basah seketika

Aagrrh ...
Anak itu benar-benar menguji kesabaran ku.
"Bedabah kalian!, Buka pintunya Vera Subroto!. Jika tidak rasakan kemurkaanku" ucap suara itu dengan lantang

Astaga suara siapa itu?, aku tidak berbicara. Lalu siapa yang berbicara tadi.

"Aku tidak takut Zafa Mahira hahahah" jawabnya seraya tertawa terbahak-bahak.

Arrggh ...
Aku terkejut melihat sosok yang sama persis denganku, bedanya dia memakai gaun berwarna putih selutut, dengan rambut gelombang yang di biarkan terurai.

Tatapan matanya berhasil membuat bulu-bulu di tanganku meremang.
"Siapa kamu?!"

Dia tak menjawab pertanyanku, dia hanya tersenyum sambil terus memangkas jarak antara aku dan dia.

POV ZAFA END
____________

Brakk ...
Pintu toilet terbanting dengan keras, sampai-sampai daun pintu toilet tersebut terlepas. Menampilkan sesosok gadis yang basah kuyup sedang terduduk lemas, rambut basahnya menjuntai ke depan menutupi separuh wajah cantiknya.

Bau selokan, dan sampah bercampur menjadi satu, saat gadis itu keluar dari dalam toilet. Dia menjadi tontonan setiap mata yang dia lewati, banyak dari mereka menutup hidungnya hingga memaki gadis tersebut.

Dia tidak goyah, tidak pula menangis dengan perlahan dia memasuki ruang kelasnya, lagi-lagi semua mata tertuju padanya. Ada yang menertawakan, hingga menyuruhnya untuk pulang, namun gadis itu tak menggubrisnya.

"Anna?" Lirih Novan, dia seperti mengenali sosok yang dan di depannya

"Hei Zafa sangat cocok penampilanmu saat ini" ucap Vera membuat semua murid menertawakan Zafa.

Secepat kilat tanganya sudah mencengkram kuat leher jenjang milik Vera, sambil tersenyum misterius. Tubuh Vera perlahan-lahan melayang di udara kakinya kini tak menyentuh lantai.

Semua murid berteriak histeris, ada juga yang mencoba menolong Vera, namun malah mencelakakan dirinya sendiri. Semua murid berlari berhamburan keluar ruangan, kecuali satu murid yaitu Novan dia masih berdiri mematung di tempatnya.

"Zafa. Sudah Zafa, dia bisa mati" ucap Novan

Brugh ...
Seketika tubuh Vera terkulai lemas di lantai, rupanya gadis itu kehilangan kesadarannya.

Klak ...
Seperti tulang yang di patahkan Zafa menoleh ke arah Novan dengan tatapan membunuh, kemudian tubuhnya ambruk seketika di lantai.

"Zafa ...!"

From ZafaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon