"Sepertinya begitu." jawab si pemuda. Seringai kecil terlihat di bibirnya. Seiring menajamnya pengelihatannya, kedua irisnya perlahan berubah warna menjadi biru terang.

"Agaknya aku tahu siapa vampir yang telah membawa manusia itu kesini."

"Siapa?"

"Archilles. Siapa lagi kalau bukan dia?"

"Dan aku rasa. Ini adalah waktu yang tepat untuk aku hancurkan semua rencana mereka." Pemuda itu tertawa singkat, lalu kembali berujar, "akan aku hancurkan mereka dan negeri ini. Aku muak dengan semuanya!"

"Rhino. Kau gila?"

"Kita berdua bisa mati!"

"Aku tidak peduli." Perkataan dan raut wajahnya terlihat sinkron. Rhino benar-benar serius dalam mengatakan hal itu yang membuat Jean— temannya itu sedikit getir.

"Kau tidak memikirkan aku? Aku dan kau bisa mati."

"Kau yakin ingin menghancurkan semuanya? Sekalipun kau ikut hancur di dalamnya?"

"Aku yakin kau tahu jawaban yang akan aku katakan sekarang. Jadi, kurasa aku tidak perlu lagi mengatakannya."

Jean merotasikan bola matanya.

"'Aku tidak peduli. Aku memang ingin mati. Aku muak dengan kehidupan disini. Aku ingin menghancurkan semua layaknya mereka menghancurkan jiwaku.' Begitu, kan?" kata Jean yang sudah hapal dengan jawaban Rhino saat ditanyakan pertanyaan semacam tadi.

Rhino hanya tertawa sebagai respon. Sedangkan Jean, ia mendengus kesal. Selalu. Jean selalu kesal setiap kali membahas topik ini bersama Rhino.

Lelaki itu, Rhino, selalu bisa membuat Jean getir dengan perkatannya yang terdengar tidak main-main. Jean lelah mengadapi sikap keras kepala Rhino.

Tapi anehnya, Jean tetap saja mau berteman dengan lelaki jadi-jadian itu sampai detik ini.

"Rhino dengar."

"Jika kau memang ingin terlibat lagi dengan mereka. Itu pilihanmu memang."

"Tapi aku mohon. Jangan hancurkan negeri sekarang. Aku belum menikah dan mempunyai anak. " Jean berdecak sebal serta jengkel. "Aisshh, kenapa kau sama sekali tidak memikirkan orang di sekitarmu, hah?"

"Aku bahkan belum tahu bagaimana rasanya berciuman, atau saling bersentuhan dengan orang yang aku sayang. Jadi— jadi aku minta padamu, untuk biarkan aku mencapai itu dulu, oke?!"

"Setelahnya, kau boleh hancurkan apapun yang kau mau. Mengerti?!"

Rhino kembali tertawa cukup keras. Meskipun wajah Jean memelas, itu tidak cukup membuat Rhino iba. Hal demikian malah membuat Rhino makin ingin menjahilinya

"Hahaha. Bukannya kau sudah pernah bercinta dengan Lutte? Jangan membual. Aku tahu itu."

"Kau yang jangan membual!"

"HAHAHAHA."

Jean menghela nafas resah.

"Kalau kau memang ingin menghancurkan rencana mereka sekarang. Maka curi saja kepingan mutiara milik mereka. Dengan itu kau sudah cukup membuat mereka terganggu."

"Tanpa kau memberitahu, aku sudah lebih dulu memiliki rencana untuk mengambil kepingan mutiara itu." Rhino melirik Jean dengan tatapan jahil.

"Bagaimana kalau aku culik perempuan itu? Bermain-main sebentar di kamar. Sepertinya akan seru, bukan?"

Jean sontak panik dengan kedua mata terbelalak. Perkataan Rhino barusan sangat berani dan membuat Jean mengelus dada.

"Kau sepertinya memang sudah gila!"

Blood & LightWhere stories live. Discover now