DUA- Kota dan Kenangan

5.2K 594 11
                                    

2

Kinanti masih ingat saat sang ayah berkata, sejauh apapun kita pergi, berapapun jaraknya, rumah adalah tempat untuk kita kembali. Rumah adalah tempat yang akan selalu kita rindukan. Ya, rumah dan juga kotanya.

Kinanti merindukan kota ini, kota tempat dulu ia lahir. Kota tempat ia menemukan sahabat terbaiknya. Tempat dulu ia pernah begitu bahagia menikmati masa kecilnya.

Bagaimana tampaknya sekarang? Bagaimana suasananya yang hampir Kinanti lupa bagaimana rasanya. Yang Kinanti ingat hanyalah derai air mata gadis sebelas tahun di peron stasiun, menunggu kereta yang akan membawanya menjauh dari Malang tiba.

Desis suara dari roda kereta terdengar di telinga. Laju kereta memelan begitu melewati Buk Gluduk, tanda kereta akan berhenti di stasiun kota Baru. Kinanti meminta bantuan seorang porter untuk menyiapkan satu koper miliknya yang berukuran besar. Tidak lupa ia memberikan upah untuk sang porter.

"Matur nuwun, pak." keduanya saling menunduk dan berterimakasih sebelum akhirnya Kinanti meninggalkan peron menuju area tunggu stasiun.

Jam besar di dinding stasiun menunjukkan pukul 3 sore. Ia yakin meminta untuk kakaknya menjemput di jam yang sesuai. Nasib, jam segini Kinanti yakin Raka Bajra Mahawira masih tengah tertidur lelap.

"Mas!! Piye to? Aku nunggu lama banget."

"Taksi ada kan? Atau mau mas pesenin taksi online?" suara di seberang terdengar lesu seperti belum terisi penuh oleh nyawa.

Sudah Kinanti duga dari awal. Lupakan soal Raka yang benar-benar luar biasa sifatnya seperti nama tengahnya, Bajra.

"Gak perlu, Kinanti mau di jemput Mas Genta aja."

"GAK!! Siapa bilang boleh dijemput orang lain?" berhasil.

"Kangmas yang ganteng, baik dan Kinanti sayang." suara Kinanti sengaja ia lembutkan dan manja, sebuah senjata utama saat membujuk Raka. "Jemput Kinanti di stasiun ya, jangan lupa ajak Widya. Isi bensin juga, Kinanti laper pengen makan"

"Makan di rumah aja, mas sendiri yang jemput."

"Widya udah siap berangkat kok, tinggal jemput."

"Tugas kuliah mas banyak gak bisa lama-lama "

"Alasan. Yaudah kalau gak mau, mas Genta pasti mau nurutin Kinanti." kembali mengancam dengan sedikit berharap Raka akan mau menurut walaupun terpaksa.

Bisa-bisanya setelah dua tahun terakhir kali mereka bertemu, Raka membuat alasan untuk tidak menjemput adiknya pulang dari perantauan. Bukan apa, Kinanti hanya rindu kakaknya. Ah, soal siapa Genta? Itu adalah teman Raka yang dulu pernah menyukai Kinanti. Raka tahu kalau Genta adalah cowok paling buaya diantara teman-temannya dan ingin mendekati adiknya. Lagipula semua teman Raka adalah kakak bagi Kinanti, begitupula Genta hanya ia anggap seperti kakaknya. Sayangnya Kangmas Raka masih gak sudi adiknya di dekati Genta. Raka amay sangat posesif perihal apapun yang menyangkut adiknya.

"Kangmasmu kuwi Raka apa Genta?"

"Genta. Mas Genta aja pas Kinanti masih di Blitar udah nawarin mau siap-siap jemput. Mas Raka? Malah tidur, banyak alasan lagi." Sindiran itu membuat Raka menghela nafas kesal. Sukses.

"Yawes. Beneran lho Widya harus sudah siap terus kita makan cari lesehan."

Merasa puas dengan jawaban Raka, Kinanti mengangguk antusias walaupun ia tahu Raka tidak mungkin melihat anggukan kepalanya. "Hati-hati mas."

----

Sudah terlalu lama Kinanti meninggalkan Malang, hingga ia tidak menyadari betapa kota itu berubah cukup banyak. Mungkin memang benar delapan tahun pergi meninggalkan kota tempat Kinanti dilahirkan tidak mengubah fakta bahwa akan ada tempat untuknya kembali. Sebanyak apapun perubahan dari kota itu begitu juga diri Kinanti sendiri bukan berarti mereka tidak terikat akan satu hal. Kenangan.

KINANTIWhere stories live. Discover now