Dia mulai bertanya-tanya, kenapa orang yang tidak menginginkan anak seperti orangtuanya dan dirinya malah mendapatkannya? Kenapa orang baik yang menantikan anak seperti Tante Rena dan Om Lim tidak dikaruniai? It's unfair, it's so unfair. Namun, saat itulah Laura mendapatkan pencerahan soal pilihan yang akan diambilnya. Laura memutuskan untuk menjaga kandungannya dan menyerahkan bayi itu kepada Tante Rena dan Om Lim setelah lahir. Kemudian, dia akan pindah ke luar negeri, sesuai perintah ayahnya, dan tidak akan pernah kembali lagi. In the end, that's really what she did.

Hidup Laura akhirnya menjadi damai. Dia tidak lagi terbebani rasa takut akan orangtuanya di Bandung. Dia tidak lagi terbebani rasa khawatir akan bertemu Maxime di sekolah. Laura menghilangkan jejak dan melanjutkan sekolah di Perth, melanjutkan kuliah, menjadi seorang dokter, hidup seorang diri, tanpa teman, tanpa pasangan, menjaga jarak dengan semua orang, living as a lonewolf. Sampai suatu hari beberapa tahun yang lalu, Laura menerima sebuah telepon dari seorang perempuan muda dengan suara yang panik dan terbata-bata: Aimee.

Ada sebuah nomor tak dikenal yang menghubungi Laura. Melihat kode negaranya, Laura tahu itu dari Indonesia, dari kode areanya sudah pasti dari Bandung. Firasat Laura tidak enak. Something must have happened. Mungkin orangtuanya sakit atau meninggal. Sulit bagi Laura untuk menebak, sebab sejak dia pindah ke Perth, dia sudah tidak ada kontak lagi dengan orangtuanya.

"Ha-halo?" Terdengar suara yang tidak dikenal Laura saat itu.

"Iya, halo?" Laura membalas. Keningnya berkerut, bingung mengapa ada orang dari Indonesia mencarinya setelah sudah belasan tahun dia tinggal di Perth.

"Mmm—bi-bisa bicara dengan Laura?"

"Saya sendiri. Ini siapa?"

"Ah, ngg—ha-halo, Ci Laura." Aimee membalas dengan tergagap. "Ini Aimee. A-aku—"

Jantung Laura mencelus. Aimee tidak perlu menjelaskan kepadanya, Laura sudah tahu siapa dirinya. Bagaimana mungkin Laura tidak ingat nama itu? Laura-lah yang memberinya nama. Aimee, nama Perancis, artinya orang yang dicintai. Shit. Setelah dicampakkan Maxime seperti itu pun, Laura masih menamai bayinya dengan sebuah nama yang berasal dari bahasa Perancis. Laura berharap Aimee bisa hidup dicintai banyak orang, tidak seperti dirinya. Her wish came true.

"—a-aku sepupunya Ci Laura." Aimee melanjutkan kalimatnya dengan gugup. Laura memberinya kesempatan. "Kita nggak pernah ketemu sebelumnya. Aku anaknya—"

"Tante Rena dan Om Lim." Laura melengkapi ucapan Aimee. "Ada apa... Aimee?"

Perasaan Laura bercampur aduk saat menyebut nama itu. Aimee. Dia hanya pernah menyebut nama itu sekali dalam hidupnya, saat dia menamainya. She felt a strange heartache when she pronounced that name.

"Maaf aku ganggu Ci Laura," ucap Aimee. "A-aku mau ngasih tau, Papa sama Mama kecelakaan dan dokter ngasih tau aku soal tindakan, tapi aku nggak ngerti. Bo-boleh Ci Laura ngomong sebentar sama dokternya?"

Laura terperanjat mendengarnya. "Gimana caranya bisa kecelakaan? Kamu sama siapa sekarang?"

"A-aku sendiri."

"Kamu sendirian?!" Mendadak Laura menjadi cemas dan panik.

"Iya. Ci Laura, ma-maaf, boleh ngomong sama dokternya sebentar?"

"Oke."

Laura menelan ludah. Dia berusaha untuk tetap tenang saat berbicara dengan dokter di telepon. Dia cukup lega setelah memahami kondisi Tante Rena dan Om Lim. Mereka mengalami kecelakaan mobil, keadaannya tidak sampai kritis, tapi perlu penanganan yang cepat. Yang dikhawatirkan Laura sekarang adalah Aimee yang sendirian. Selesai berurusan dengan dokter, Laura kembali berbicara dengan Aimee.

"Aimee, kamu betul-betul sendirian sekarang?" tanya Laura.

"Iya, Ci."

"Kamu nggak hubungi—" Laura menyebutkan nama-nama om, tante dan sepupu-sepupunya yang lain yang diingatnya. Laura tahu, kemungkinan besar keluarga Tante Rena juga tidak dekat dengan mereka, tetapi lebih masuk akal jika Aimee menghubungi mereka yang berada di Bandung ketimbang Laura yang berada di Perth dan tidak pernah bertemu dengannya! Lagipula, bukankah seharusnya Om Lim juga punya keluarga?

Tanpa Laura ketahui saat itu, Aimee memilih untuk menghubungi Laura bukan tanpa alasan. Dia sudah tahu siapa Laura. Di antara rasa takut dan kalutnya, dia sengaja menghubungi Laura, sengaja memberitahu bahwa saat ini dia sendirian. Aimee berharap, jika suatu saat kemungkinan yang terburuk sungguh terjadi, jika ternyata Tante Rena dan Om Lim lebih dulu pergi meninggalkannya di dunia ini, Laura jadi tahu bahwa Aimee sendirian dan butuh bantuan. Ada satu suara dalam hati kecil Aimee yang mengatakan, jika situasi terburuk itu terjadi, Laura tidak akan menelantarkan Aimee begitu saja.

Sepertinya strategi Aimee berhasil. Tante Rena dan Om Lim memang kemudian pulih dan selamat, tapi kejadian itu mengubah jalan pikiran dan rencana Laura. Mendadak dia merasa bertanggung jawab akan hidup Aimee. Laura pun memutuskan untuk kembali ke Indonesia, dengan tujuan supaya jika suatu hari terjadi sesuatu pada Tante Rena dan Om Lim, Aimee tidak akan terlunta-lunta sendirian. Laura tidak akan membiarkan Aimee menanggung segala beban hidupnya hanya sendiri saja, Laura tidak ingin Aimee mengalami nasib yang sama sepertinya.

~

SINCERELY (Completed)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن