43. Kesetiaan Sang Ketua Preman Pasar Margasari itu Patut Diacungi Jempol

28 11 0
                                    

Satu senajata api terhempas begitu saja saat tubuh sang empu dihantam dengan beban lebih dari 200 pon. Johan tidak memberi kesempatan lawannya untuk membalas. Setelah berhasil menindih anak buah Naufal Firdaus tersebut. Ia dengan kekuatan penuh mulai menghujani dengan puluhan tinju membabi buta. Hanya butuh hitungan detik, darah muncrat kemana-mana. Wajah pria yang menjadi korban sudah tidak karuan rupa. Bengkak, tidak. Lebih dari itu, darah mengucur dari bibir, pelipis, dahi serta hidung. Dan saat hantaman terakhir, Johan sadar lelaki di bawahnya sudah terkapar tidak berdaya. Entah pingsan atau sudah tewas.

Sementara Johan berjibaku dengan pria malang tersebut. Tian langsung menggapai senjata api berjenis AK-47 itu. Menembaki setiap musuh yang batang tubuhnya terlihat. Kini dua pria berbeda generasi ini sedang bersembunyi dari hujan peluru di balik meja yang terbalik.

Suara sirene yang bergema seantero pesiar adalah isyarat bertanda bahaya. Seketika seorang melepas tembakan dan disusul teman-teman lainnya. Terlihat pula beberapa orang berseragam pelayan ikut mengeluarkan senjata api dari balik jas mereka. Sementara sisanya serta para pelayan perempuan diserang kepanikan dan memilih bersembunyi dari bentrokkan.

Naas, berondongan peluru itu menelan korban---mereka adalah orang-orang yang tidak siap dan belum sempat menyembunyikan anggota badan dari penglihatan musuh.

Berlanjut dengan lengkingan seseorang yang memerintah agar semua tamu undangan jangan sampai kabur --- semakin memperkeruh suasana.

Tetamu yang tersisa sebenarnya belum mengerti sepenuhnya yang sedang terjadi, tapi insting bekerja lebih peka hingga tanpa diperintahpun semuanya kompak meratakan tubuh dengan kaki meja.

Seorang tamu laki-laki yang berhasil menyelundupkan senjata api langsung membalas serangan. Serentetan tembakan menyasar satu titik, lalu suara gesekan baja mengusik pendengaran, membuat anak buah Naufal yang berada dibawahnya bergidik ngeri. Mereka sigap untuk menjauh dan benar saja kurang dari semenit sejak tembakan pertama melesat, lampu gantung berukuran besar yang berada di pusat ballrom terjatuh dengan anggun ---menghantam apapun yang berada dibawahnya, termasuk empat orang yang tidak sempat menyelamatkan diri. Lantai seketika bergetar dan pecahan kaca berhamburan kemana-mana.

Seketika arah tembakan lebih terfokus pada laki-laki tersebut dan berakhirlah sampai keadaan sekarang. Tetamu yang masih hidup dipaksa menjadi binatang buruan.

Meja kayu persembunyian Tian dan Johan terus diberondongi, mustahil jika tetap berdiam di sana. Saat Johan selesai dengan urusannya. Perlahan, keduanya merayap seperti kura-kura untuk mendapat persembunyian yang lebih aman.

Tepat dugaan, saat mereka telah berada di balik sebuah pilar yang lumayan besar. Meja yang ditinggalkan telah berlobang-lobang dan tidak lama kemudian berubah menjadi sampah kayu.

Tidak jauh dari tempat dua anak buah Ardi tersebut. Riska, kedua belah tangannya telah terisi pistol. Gadis itu amat terampil dalam memainkan dua senjata tersebut. Terbukti, ia telah menumbangkan beberapa anak buah Naufal Firdaus. Entahlah, Tian tidak tahu dari mana dua senjata api itu berasal.

Tidak mau kalah dari bawahannya. Jenifer yang bertubuh subur mampu bergerak dengan gesit untuk menghindari serentetan peluru terbang. Lalu, dia dengan gampang pula merampas senjata dari mayat anak buah Naufal--- korban Riska. Kemudian ikut bergabung dalam bentrokkan dari arah yang berlawanan. Rupa-rupanya sedari awal, Riska bertugas untuk mengamankan pergerakkan Jenifer, hingga transjender itu mendapat posisi trategis untuk membalas serangan.

Sementara itu, batang hidung Naufal Firdaus dan Andreas sudah tidak terlihat lagi di tempat itu.

Rupanya saat bentrokkan terjadi, ada sekitar tiga orang selain Dimas yang juga tidak berada di ballrom. Tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di ruang pesta. Tiga laki-laki itu dengan susah payah mengamankan selembar nyawa mereka. Berbeda dengan Johan dan kawan-kawan ketiga orang tersebut bisa jauh lebih leluasa bersembunyi karena memang pusat bentrokan ada di ballrom.

Dimas: From Zero To Villain.[Selesai, Belum Revisi.] जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें