11: Big Consequences

Mulai dari awal
                                    

"Benar. Masuklah!" titah Rosé lembut, tetapi tak lantas menyingkirkan keraguan pada pancaran mata Jinwoo. Anak itu justru menunduk untuk kemudian tangan kecilnya meraih ujung jemari Jeffrey. Sebuah miniatur karakter kartun pahlawan kesukaannya, spiderman, ia letakan di atas telapak tangan Jeffrey.

"Ini adalah mainan kesukaanku. Aku memberikannya untukmu, Paman. Jangan marah lagi, ya!"

Mendengar penuturan lugu si anak, Jeffrey berkedip beberapa kali. Ia memadang bergantian benda di tangan dan sepasang hazel yang menyorot penuh ketulusan sebelum akhirnya mengambil napas sejenak sebelum turut menyamakan tinggi badan dengan Jinwoo. Meraih tangan kecil Jinwoo, Jeffrey kembalikan benda yang tadi sempat anak itu berikan padanya.

"Jika ini mainan kesukaanmu, kau tidak boleh memberikannya pada siapapun. Jaga dan jangan biarkan orang lain mengambilnya. Dan juga, aku tidak marah padamu. Hanya, lain kali perhatikan langkahmu, tubuhmu sangat kecil dan gampang jatuh. Paham!"

Anggukan pelan Jinwoo berikan seusai Jeffrey berpetuah. Ia memandang mainan yang kini kembali dalam genggamannya lalu mengukung erat-erat seolah memang tak ingin kehilangan benda itu.

Rosé yang sedari tadi mengamati interaksi mereka pun turut mengembangkan dua sudut bibir. Kali ini sebuah bungkusan kecil permen jeli dikeluarkan Jinwoo dari kantung seragamnya, kembali ia ulurkan ke hadapan Jeffrey.

"Kalau begitu, aku akan lega jika Paman menerima ini." Ia bersuara cukup nyaring.

Maka, sebab tak ada lagi alasan bagi Jeffrey menolak, ia meraih bungkusan permen jeli dari Jinwoo. Tak bisa pula untuk tidak membalas sebuah senyum yang diberikan oleh Jinwoo sebelum anak itu berjalan pelan tenggelam di antara gerbang sekolahnya.

Dua pasang mata insani di sana bertemu. Jeffrey resmi menanggalkan senyuman yang sempat menoreh di wajahnya kala tahu Rosé tak melewatkan barangkali sedetik pun dari memperhatikan pria itu. Dengan pergerakan yang agak kaku Jeffrey bangkit lalu mengulurkan bungkusan permen di tangannya. "Untukmu."

Rosé tak lantas menerima. Kerutan muncul di dahi wanita itu sebelum bertanya, "Mengapa? Anak itu memberikannya padamu."

"Aku tidak suka jeli."

Dan, pernyataan Jeffrey berikutnya tak juga membuat raut bingung Rosé menghilang. Di dalam benak wanita itu, rasa keheranan kian bertumpuk. Ini kali pertamanya melihat seorang Jung Jaehyun bersikap kaku pada orang lain sebagaimana yang terjadi beberapa saat lalu, padahal Jaehyun selalu begitu ramah pada siapa saja terlebih seorang anak kecil. Lalu sekarang, Jaehyun bilang tak suka permen jeli, padahal dulu mereka kerap berebut makanan itu. Meski pada akhirnya Rosé yang lebih banyak menghabiskan.

Memandang wajah sosok yang berdiri di hadapannya kini, Rosé lagi-lagi ditubruk perasaan aneh. Ada segelintir ragu perihal benarkah sosok itu adalah suaminya. Rosé mencoba menyingkirkan spekulasi yang agaknya tak masuk akal. Terlebih mengingat fakta sebuah kecelakaan yang menyebabkan pria itu melupakan banyak hal. Sekali lagi Rose menegaskan pada diri sendiri agar tak terlalu mempermasalahkan jika nantinya ia kembali menemui sebuah perbedaan di antara suaminya sebelum dan setelah tragedi enam bulan silam.

"Terima kasih."

Mengambil bungkusan di tangan Jeffrey, seuntai senyum kembali Rosé persembahkan untuk pria itu. Sedikit kesulitan kala membukanya, Rosé sempat menoleh pada Jeffrey yang kinikembali mengoperasikan ponsel dan sibuk meneliti sekitar.

Jeffrey tengah mencari alamat resort mereka, Rosé tahu sehingga ia tak hendak mengganggu pria itu dengan permasalahan kecilnya. Mungkin nanti ia bisa membuka permennya menggunakan gunting atau pisau saat tiba di resort. Ia hendak memasukan benda itu ke dalam saku mantel, tetapi urung ketika merasakan sebuah jemari kokoh mengambil alih.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang