16. Dilema

84 13 9
                                    

Tidak peduli seberapa besar usahamu untuk menjadi baik, kamu akan selalu buruk di mata orang yang membencimu..

Tidak peduli seberapa buruk dirimu, orang yang menyayangimu akan selalu menuntunmu menuju kebaikan..

Happy reading~

-Seri's side

Seri tiba di cafe beberapa jam setelah bertemu Haechan di lobby. Sebelum ke kafe tadi, Seri terlebih dahulu menenangkan dirinya di rooftop. Saat perasaannya membaik, baru dia menuju kafe. Dia tidak ingin moodnya yang buruk berdampak pada aktivitasnya di kafe.

Suasana kafe lebih sepi dari biasanya, padahal sudah hampir jam makan siang. Seri juga tidak melihat keberadaan bossman di mana pun, yang ada hanya Haruto yang berdiri di belakang meja bar dan memandangnya datar.

"Kok kamu yang jaga? Bossman gak masuk?"

Tanya Seri begitu sampai di samping Haruto. Lelaki jangkung itu terlihat sibuk dengan ponselnya.

"Gak, si kembar lagi pulang kampung"

Si kembar yang dimaksud Haruto tentu saja Heyoung dan Hejun, tidak mungkin si kembar yang lain. Bicara tentang si kembar, Seri jadi rindu pada dua adik kembarnya. Terakhir mereka bertemu adalah saat ulang tahun mama. Sepertinya dalam waktu dekat ini, Seri harus pulang ke rumah mama untuk bertemu mereka, sekalian untuk healing dalam pelukan mama. 

"Lempeng amat lu, lebih lempeng dari biasanya"

"Masa sih?"

Seri menangkupkan kedua tangannya pada pipi tembemnya. Sebenarnya separah apa penampilannya hingga Haruto yang sangat irit bicara saja sampai buka suara menegur penampilannya.

"Hm, makin jelek lu"

"Heh! Gue udah tau kalo gue jelek, gak usah di perjelas juga kali"

Seri bersungut sungut mendengar kalimat ejekan Haruto. Ternyata di ejek oleh orang yang pendiam kesalnya berkali lipat yah. Sedangkan oknum yang membuat Seri kesal hanya terkekeh ringan.

Selanjutnya, atmosfer kafe hanya dihiasi oleh keheningan. Bangku bangku pelanggan terlihat kosong setelah pelanggan terakhir meninggalkan kafe beberapa saat yang lalu. Hanya ada suara AC yang berdesing pelan, dan lonceng di atas pintu masuk yang sesekali bergerincing saat tertiup angin. 

"Haruto"

Entah kenapa melihat Haruto yang duduk terdiam memandangi buku yang sejak tadi di pegangnya, lidah Seri menjadi gatal untuk memanggilnya. Seri merasa bosan di saat kafe sedang sepi seperti sekarang ini. Ditambah lagi kalimat Haechan beberapa jam yang lalu masih saja terus terngiang dalam pikirannya, membuat kepala Seri serasa ingin pecah. Seri butuh pelepasan untuk semua masalah yang belakangan ini menggerogotinya, Seri mulai muak dengan semuanya.

"Napa?"

Haruto terlihat menutup bukunya setelah meletakkan pembatas untuk menandai bacaannya. Melihat raut wajah Seri yang sejak tadi tidak enak dipandang, Haruto merasa harus mendengarkan setiap kata yang akan dikeluarkan Seri dari bibir kecilnya itu.

"Salah gak sih kalau kita mau lindungin orang yang kita sayang?"

"Ga salah lah"

"Salah gak sih kalau kita cuma gak mau mereka terluka? Gak mau mereka sedih?"

"Gak salah kok"

"Salah gak sih kalau kita cuma mau yang terbaik buat mereka?"

"Ga salah Seri. Cuman mungkin cara penyampaian kamu aja yang kurang tepat"

Wonderwall || Kim DoyoungWhere stories live. Discover now