04. Rumah

193 26 2
                                    


Rumah tak selamanya berbentuk bangunan

Sebuah pelukan hangat pun bisa menjadi rumah tempatmu kembali


Happy reading ~



Pagi ini Seri mengawali harinya dengan kepala pening, hasil dari menangis semalaman. Setelah mengupulkan kesadaran, gadis itu perlahan bangkit dari tempat tidur. Merapikan seprei dan bantal juga melipat selimutnya. Kebiasaan Seri setiap pagi. Setelah mencepol asal rambut panjangnya, Seri berjalan keluar kamar.

Sekarang sudah pukul 8 pagi. Suasana di dorm NCT 127 cukup damai pagi ini. Ruang tamu masih kosong, sepertinya semua orang masih tidur. Seri bisa memahami itu, semalam mereka begadang sampai dini hari.

Seri pada akhirnya bergegas ke kamar mandi setelah terdiam beberapa saat di ruang tamu. Membasuh muka dan menyikat gigi. Tidak lupa merapikan rambutnya yang sedikit kusut. Lagi, setelah bebersih pagi, Seri kembali terdiam di tempatnya. Memandangi cermin di hadapannya, memperhatikan wajahnya yang sedikit membengkak dengan mata agak merah. Memikirkan semua kejadian dalam hidupnya. Ia mengkhawatirkan ayahnya. Dan nenek. Tapi kemudian ia sadar jika ini adalah pilihannya. Rasa rindu ini adalah konsekuensi yang harus ditanggungnya.

Setelah menghela napas panjang, Seri beranjak dari kamar mandi. Berjalan menunduk menuju dapur untuk mengambil segelas air. Di dapur ternyata ada orang. Lee Haechan, berdiri membelakanginya. Sepertinya ia sedang membuat minuman. Sampai ia sadar ada orang yang memperhatikannya dari belakang.

"Oh, Seri-ya"

Benar, Haechan sedang membuat segelas teh. Seri melihat kakaknya itu sedang memegang mug berisi minuman yang masih beruap. Haechan masih berdiri di depan pantry sambil memandangi adiknya lembut, tersenyum pada Seri.

Melihat senyum Haechan pagi ini, entah mengapa Seri merasa lega. Ia seperti menemukan bahu untuk bersandar. Menceritakan semua keluh kesahnya yang selama ini ia pendam sendiri. Seri masih punya seorang kakak yang bisa meminjamkan bahunya sejenak, yang kini berdiri di depannya dengan senyum hangatnya.

Tanpa membuang waktu untuk melamun lagi, Seri berlari kecil mendekati kakaknya. Menubrukkan tubuhnya pada Haechan yang baru saja meletakkan mug dari tangannya ke pantry. Seri memeluk erat Haechan sambil menenggelamkan wajahnya pada dada bidang lelaki itu. Membuat sang empunya kebingungan.

"Hei, kamu kenapa?"

Seri hanya menggeleng sebagai jawaban, membuat Haechan semakin kebingungan. Namun Haechan tetap membalas pelukan adiknya. Mengusap pelan punggung kecil itu.

"Aku.."

Seri mengguman kecil dalam dekapan Haechan.

"Hm?"

"Aku rindu oppa"

Ucap Seri pada akhirnya sembari mengeratkan pelukannya. Walau sedikit kaget mendengar pengakuan adiknya, Haechan hanya terkekeh dan meletakkan dagunya di kepala Seri yang jauh lebih pendek darinya. Haechan tahu adiknya itu punya gengsi tinggi, makanya sedikit lucu sekaligus momen langka ketika Seri dengan malu malu mengungkapkan perasaannya seperti ini.

"Aku juga rindu adikku. Oppa tadi cari kamu di kamar, tapi kamunya udah gak ada. Ternyata kamu udah bangun. Pas lewat depan kamar mandi, ada suara air"

Seri hanya terdiam mendengar semua ucapan Haechan. Masih dalam posisi yang sama, Seri terlanjur nyaman sampai tidak mau melepaskan pelukan mereka. Usapan tangan besar Haechan di punggungnya juga terasa hangat sekaligus menenangkan.

Wonderwall || Kim DoyoungTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon