00

41 9 29
                                    

Barletta sedang sibuk melanjutkan lukisan saat seseorang bertanya untuk menggunakan jasanya. Lukisan yang rencananya akan ia ikutkan dalam lomba dengan menggunakan nama samaran itu baru jadi seperempatnya. Ia memang tidak mau terburu-buru, karena menginginkan hasil yang maksimal. Apalagi waktunya masih kurang satu bulan lagi, tentu itu waktu yang bisa terbilang cukup untuk membuat sebuah karya yang indah. Saking seriusnya, Barletta bahkan sempat tak mendengar pertanyaan seseorang yang mengunjungi lapaknya.

"Maaf, mengganggu waktumu. Bisa tolong buatkan aku lukisan?" Lelaki itu hanya diam mengamati Barletta setelah bertanya. Karena alih-alih mendapat respon, Barletta justru bernyanyi sambil sedikit menggerak-gerakkan kepala dan menghentakkan kakinya. Tampaknya, ia memang sangat menikmati apa yang sedang dikerjakannya sehingga terlihat begitu serius. Ditambah adanya earphone yang menyumpal di kedua telinganya, tentu ia semakin tak menyadari jika ada seseorang yang sedang berbicara padanya.

Merasa tak kunjung mendapat jawaban, lelaki tersebut akhirnya mencoba untuk menyentuh Barletta menggunakan kuas yang ada di dekatnya untuk menarik perhatian, yang untungnya berhasil.

"Maaf. Silahkan duduk!" Barletta mempersilahkan dengan kikuk sambil melepas earphone-nya. "Ada yang bisa ku bantu?" lanjutnya.

"Jadi, bisa tolong kau buatkan lukisan untukku?" ujar lelaki itu, mengulang pertanyaannya yang tadi.

"Tentu. Ingin yang seperti apa?" tanya Barletta.

Lelaki itu kemudian menjelaskan spesifikasi lukisan yang diinginkannya. Lengkap dengan warna apa saja yang ia inginkan ada dalam lukisan dan juga ukuran kanvasnya. Setelah selesai dijelaskan, barulah Barletta mengerjakannya. Dimulai dengan membuat sketsa tipis menggunakan pensil, kemudian dilanjut dengan membubuhkan cat akrilik sesuai yang diinginkan lelaki tersebut.

"Ngomong-ngomong, kau tahu? Seseorang sedang mengamatimu. Tepat di depan Coffee Shop yang ada di belakangku. Tapi jangan buru-buru kau lihat, nanti dia bisa curiga. Dia ada di arah jam dua dari tempatmu duduk. Mengenakan jaket kulit berwarna coklat, dan seolah terlihat sedang sibuk dengan laptop yang ada di hadapannya," ujar lelaki tersebut, disela-sela Barletta membuat sketsa.

"Aku? Kau bercanda! Memangnya siapa aku, sampai-sampai dibuntuti orang seperti itu? Dan kau? Maaf saja, tapi bahkan aku juga tak mengenalmu," timpal Barletta. Ia sungguh tertawa geli mendengar penjelasan lelaki yang ada di hadapannya.

"Barletta Healden. Anak tunggal dari pasangan Luciano Healden dan Noris Healden, atau dengan nama asli Noris Francesca saat sebelum menikah. Luciano memiliki darah keturunan Italia sedangkan Noris memiliki darah keturunan Perancis, tapi keduanya berkewarganegaraan Amerika, sama sepertimu. Kalian tinggal di H.H. Vail House, dan kedua orangtuamu bekerja di perusahaan IT yang sama. Sedangkan kau, saat ini terdaftar sebagai mahasiswa Bachelor Arts di Colombia University, dan sering membuka jasa melukis di sini saat sedang libur atau senggang kuliah, sekedar untuk menyalurkan hobi dan mendapat uang saku selain dari orangtua. Aku benar, kan?" Lelaki tersebut tersenyum penuh arti setelah mengungkap serentetan informasi terkait Barletta. Tentu, Barletta yang mendengarnya jadi terkejut. Darimana dia mengetahui semua informasi itu?

"Kau ... siapa?" Hanya kata itulah yang mampu terucap dari bibirnya. Rasa herannya bahkan membuat dia sampai kesulitan menemukan kalimat yang mestinya lebih pantas untuk diucapkan.

"Ah ya, aku lupa memperkenalkan diri. Perkenalkan, namaku Luigi. Tepatnya Luigi Visconti. Salah satu orang yang selama ini menjagamu sejak kecil. Kenapa aku bilang salah satu? Ya, karena aku memiliki rekan se-tim dalam melakukan tugas ini. Selain itu, sebenarnya aku pribadi baru menjagamu selama tiga tahun belakangan ini. Sebagian besar informasi terperinci lainnya sejak kau kecil aku peroleh dari catatan pribadi ayahku, yang sayangnya meninggal saat bertugas menjagamu. Sehingga digantikan olehku. Apa penjelasanku cukup?"

"Tunggu, kau ini ... bicara apa?" Barletta menoleh pada Luigi dan sedikit memicingkan matanya. Merasa aneh dengan ucapan orang asing yang 'katanya' bernama Luigi tersebut.

"Menjagaku sejak kecil? Dan ... tim? Sungguh, aku tidak mengerti apa yang sedang kau ucapkan, LUIGI," lanjutnya, sengaja menekankan namanya karena mulai kesal dengan ketidakjelasan orang yang ada di hadapannya itu.

Namun yang ditanya hanya diam, tak menunjukkan respon apapun. Tatapannya pun terlihat kosong ke arah palet yang sedang dipegang Barletta.

Sadar terabaikan, Barletta memilih untuk melanjutkan saja lukisannya yang sedikit lagi selesai.

Sedangkan Luigi masih tetap diam, sambil mengamati hasil kerja Barletta. Sesekali ia mengecek ponselnya.

"Apa lukisanku sudah selesai?" tanyanya tiba-tiba, setelah jeda yang cukup lama.

"Hm ... ya, sedikit lagi. Sebentar!" ucap Barletta, tampak sedikit tergesa-gesa menyelesaikan lukisannya.

"Nah, sudah. Ini lukisannya!" Barletta segera menyerahkan lukisan berukuran 10 x 15 inci tersebut pada Luigi. "Total $275," lanjutnya. Masa bodoh dengan apapun yang sudah diucapkan orang itu sebelumnya.

"Terimakasih," ucap Luigi, "ini uangnya, dan ... kartu nama. Ku taruh di bawah uang. Silahkan datang ke alamat itu besok jam 8 pagi, jika ingin tahu penjelasanku lebih lanjut. Tolong jangan lihat alamatnya di sini, karena mungkin orang yang ada di Coffee Shop itu masih mengamati gerak-gerikmu. Pastikan juga agar besok tidak ada orang yang membuntuti. Ah ya, satu lagi. Tadi aku mengirim satu set pakaian ke alamatmu. Gunakan itu saat datang berkunjung besok. Semoga harimu menyenangkan!" Luigi segera beranjak dari tempatnya duduk, sementara Barletta semakin dipenuhi tanda tanya.

"Pakaian?" tanya Barletta pada Luigi yang sudah mulai pergi.

"Sampai jumpa!" Luigi malah berlalu begitu saja tanpa menoleh sedikitpun.

Barletta mengernyit heran, lalu buru-buru memasukkan uang dan kartu nama yang ia terima ke saku bajunya. Sekilas, ia melirik pada orang yang dimaksud Luigi. Dan, benar saja. Orang tersebut memang ada di sana. Seolah sedang sibuk dengan laptopnya, tapi diam-diam mencuri pandang padanya.

Jadi, siapa sebenarnya mereka berdua?

🍁🍁

‼️Note‼️

The original story only on Wattpad.

Uploaded at:
25 July 2023

🍁🍁

Absurd?
Iya, absurd. Maafkan aku 😅
Semoga kedepannya tulisanku makin menarik buat kalian baca deh ya.
Ehhee~

Okay, happy reading y'all!

.
.
.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 25, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Caligine: The Secret behindWhere stories live. Discover now