BAB 3. Kesialan Besar

90 26 14
                                    

Hal pertama yang kulihat saat membuka mata adalah langit-langit berwarna putih.

Ini seperti langit-langit di kamarku, ah aku pasti tertidur dan yang terjadi tadi hanya mimpi.

Lagipula, mana mungkin aku mendadak kembali ke tahun 1965, jelas-jelas saat ini tahun 2021.

Konsep perjalanan waktu itu hanya fiksi aku yakin itu.

Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling.

Kenapa ada tirai penutup di sekitar ranjangku?

Tunggu sebentar ... ini bukan kamarku!


"Kau sudah bangun? Apa kau baik-baik saja?" Seorang wanita paruh baya membuka tirai dan berdiri di samping ranjang, menghampiriku.

Aku menatap wanita itu, dan seorang pemuda yang berdiri agak jauh dari ranjangku bergantian.

Mereka siapa? Aku tidak pernah melihat mereka sebelumnya.

Sebentar, pemuda itu? Tidak, tidak mungkin dia pemuda yang kutemui di dalam mimpiku tadi.

Apa ini? Bagaimana bisa pemuda itu ada di sini?

Lalu apakah semua ini nyata? Apa aku tidak sedang bermimpi?

Aku mencubit lenganku.

Dan rasanya sakit.

Ini semua bukan mimpi.

Tubuhku kembali bergetar, aku bisa benar-benar gila sekarang.

"Nak apa kau baik-baik saja?" Tanya wanita itu lagi dengan cemas.

Aku menggeleng. Ya saat ini aku memang sedang tidak baik-baik saja, bagaimana aku bisa baik-baik saja dengan keadaan seperti ini?

"Apa kita perlu membawanya ke Rumah Sakit?" Wanita itu menoleh pada pemuda yang sejak tadi berdiri agak jauh darinya.

"Tidak perlu, aku ... baik-baik saja." Ucapku terbata.

Aku harus mencoba berpikir jernih, jika memang aku ada di tahun 1965, walaupun terdengar tidak masuk akal.

Aku harus segera memikirkan cara agar segera kembali, bagaimanapun caranya.

"Benarkah? Kau tadi tiba-tiba pingsan di depan Perpustakaan dan kami langsung membawamu ke Klinik ini. Apa kau sungguh tidak ingin ke Rumah Sakit?"

Aku mengangguk dengan terpaksa, "aku tidak apa-apa, hanya sedikit syok." Ujarku.

Wanita itu memegang bahuku, ia nampak khawatir. "Apa kau mengalami suatu hal yang buruk?" Tanyanya.

Ya aku jelas mengalami suatu hal yang benar-benar buruk. Aku Mentari Senja, gadis dari tahun 2021 tiba-tiba saja kembali ke tahun 1965.

Rasanya aku ingin menjawab seperti itu, namun hal itu akan terdengar sangat konyol, bisa-bisa aku berakhir di Rumah Sakit Jiwa jika tidak berpikir waras saat ini.

Aku berusaha mengarang skenario yang bisa terdengar lebih masuk akal.

Untungnya berkat film, drama dan buku yang sering kutonton dan baca, aku sedikit bisa mendapatkan skenario yang dapat kugunakan saat ini.

"Euhmm ... barang-barang dan uangku semuanya hilang di curi. Aku ... baru saja tiba di sini hari ini, namun sudah mengalami kesialan. Aku tidak tahu bagaimana nasibku ke depannya. Aku tidak mengenal siapa-siapa di sini dan tidak punya uang sama sekali." Ucapku dengan terbata dan frustasi.

Skenario yang menyedihkan namun sebenarnya adalah hal yang benar-benar terjadi padaku, walau tetap terdapat hal yang memang karangan dariku.

"Bagaimana hal itu bisa terjadi? Oh malangnya nasibmu." Ujar wanita itu kini mengelus kepalaku.

30 Juli (On Going)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora