Official

10.7K 1.1K 14
                                    

Chika dan Ara saat ini sedang dalam perjalanan menuju apartment Ara. Chika yang masih kelelahan hanya menyandarkan dirinya di kursi samping kemudi. Ara yang sedang menyetir, melirik Chika yang ada di sampingnya.

"Ica, ke dokter ya?" tangan kiri Ara tergerak mengusap kepala Chika.

Chika menatap Ara, ia menggelengkan kepalanya "Aku ga sakit."

"Yaudah, nanti minum vitamin aja." Ara tidak memaksa Chika. Ia takut mereka akan bertengkar lagi, seperti kejadian di UKS.


Flashback On

"Aku minta maaf." ucap Ara.

Chika menatap Ara dengan pandangan yang tak bisa diartikan. Ara meminta maaf? berarti benar ia sudah menjalin hubungan?

"Aku minta maaf, Ica. Maaf kalo aku udah bikin kamu nangis. Aku tadi emang ditembak sama cowo itu," Ara memegang tangan Chika.

Chika ingin menarik tangannya yang digenggam Ara, tetapi Ara menahannya.

"Kamu tadi lihat sampai mana? waktu aku nerima bunganya?" tanya Ara.

Chika tidak berniat menjawab. Ia masih menatap Ara.

"Aku anggap iya, kamu cuma lihat sampe aku nerima bunga itu. Ica, aku bahkan ga kenal dia siapa, masa iya aku nerima gitu aja? tadi dia maksa aku buat pegang bunganya dulu. Tapi pernyataan dia aku tolak," Ara berkata lembut, menatap dalam masuk ke mata Chika. Ia juga mengusap tangan Chika memberi ketenangan.

"Bunganya aku balikin ke dia lagi, Chika." Ara tersenyum menatap Chika.

"Kamu..." Chika membuka suaranya.

"Iyaa, aku ga nerima dia." timpal Ara.

Chika menghela nafas lega. Jika saja Ara memang mengkhianatinya juga, Chika mungkin sudah tidak akan percaya kepada siapapun lagi.

Flashback Off



Ara menggandeng tangan Chika menuju apartmentnya. Ara membuka pintu dan ada satu pelayan yang menyambut mereka.

"Selamat sore, nona Zahra." ucap pelayanan tersebut ramah menyapa.

Ara hanya mengangguk dan membalas tersenyum tipis "Tolong siapkan makan malam, bi."

"Baik, nona." Pelayan itu lalu pergi dari hadapan Chika dan Ara.

"Kenapa diem? yuk masuk." ucap Ara dan menuntun Chika masuk ke apartmentnya.

Ara membawa Chika ke kamarnya, dan menyuruh Chika beristirahat. Chika sudah berbaring di kasur, Ara duduk di sebelahnya.

"Aku mandi dulu ya, kamu rebahan aja. Habis itu kamu bersih-bersih terus kita makan." ucap Ara sembari mengusap tangan Chika.

Chika mengangguk dan tersenyum. Ara yang gemas reflek menepuk-nepuk pelan puncak kepala Chika lalu berjalan menuju kamar mandinya.

———

Ara dan Chika sudah mengganti seragamnya. Chika memakai baju Ara. Awalnya ia hanya kelelahan, tetapi saat ini Chika merasa sedikit pusing.

"Ara," panggil Chika.

Ara yang baru saja masuk ke kamar, Ia berjalan mendekati Chika.

"Minum dulu." Ara membantu Chika membenarkan posisi setengah duduknya dan mengarahkan gelas berisi air mineral ke mulut Chika.

"Makasih, Ara." Chika tersenyum.

Ara mengangguk, Ia mengusap lembut pipi Chika.

"Masih pusing?" tanya Ara.

"Udah mendingan." Chika menjawab lalu badannya ia majukan ke arah Ara. Ia memeluk Ara.

Ara terkejut dengan sikap manja yang Chika tunjukkan saat ini. Ara membalas pelukan dan mengusap lembut punggung Chika. Ia merasa bahagia berhasil meluluhkan hati Chika. Ara juga yakin perasaannya kepada Chika bukan hanya sebatas kagum, tetapi lebih. Ia ingin selalu menjaga Chika.

"Turun dulu yuk, kita makan." ajak Ara.

Chika tak menjawab, ia semakin mengeratkan pelukannya dan membenamkan wajahnya di ceruk leher Ara. Chika mendapatkan kenyamanan dalam pelukan Ara. Ara membiarkan Chika memeluknya. Beberapa menit kemudian, Chika melepaskan pelukannya.

Ara tidak ingin membuang sia-sia kesempatannya. Pada saat Chika memeluknya tadi, ia berpikir apakah harus mencoba untuk berkata jujur kepada Chika. Respon yang diberikan Chika belakangan ini membuat Ara yakin jika Chika mulai membuka hati untuknya. Setidaknya ada ikatan terlebih dahulu, begitu maksud Ara.

"Chika, kamu mau kasih aku kesempatan? aku ga janjiin apa-apa, tapi yang kamu harus tau, aku akan berusaha. Maaf kalo aku ga pake cara yang romantis. Aku cuma pengen bilang kalo aku sayang sama kamu, bawaannya pengen jagain kamu. Aku ada kalo kamu butuh. Aku gaakan ngomong banyak, biar aku kasih pembuktian ke kamu. Chika, would you be mine?" Ara mengusap tangan Chika, ia memberi tatapan yang sangat dalam.

Chika terdiam. Ia berpikir sebentar lalu mengangguk "Tolong jangan kecewain aku. Kita jalanin dulu." Chika menatap Ara, menemukan ketulusan disana. Kali ini Chika mengambil resiko besar, semoga keputusannya tidak salah. Ia berharap Ara berbeda dari Vivi maupun Gerald.

Ara tersenyum hangat, tangan kanannya mengusap rahang Chika. Jari Ara menyentuh ujung bibir Chika.

"Can i?" tanya Ara.

Chika mengangguk sebagai jawaban.

Ara memajukan kepalanya mendekat, Chika memejamkan matanya. Bibir Ara dan bibir Chika bertemu, mereka membiarkan sebentar lalu saling melumat. Tidak ada nafsu didalam ciuman itu, mereka hanya menyalurkan rasa sayang masing-masing. Setelah dirasa cukup, Ara memundurkan kepalanya lagi. Mereka saling tatap dan tersenyum.

Cup

Ara mengecup kilat bibir Chika lagi.

"Turun dulu sayang, kita makan. Kamu harus minum vitamin." ucap Ara yang diangguki oleh Chika.

Mereka makan malam bersama, setelah itu Ara mengantarkan Chika pulang.

TBC


Vote sama comment yuk! 🤍

Makasih 1k votes-nya, guys! Asli, sebenernya nulis ini karena sok gabut aja tapi ternyata kalian excited buat baca. Keren bgt deh 🥲🤍

Nih, aku kasih official. Jangan pada marah-marah lagi weh. Gantungnya ga nyampe sehari ini :')

Reach You (Chikara)Where stories live. Discover now