Dia Lagi?

12.5K 1K 12
                                    

Chika berjalan masuk ke kelasnya. Ia merasa sedikit kesal karena tadi sempat menabrak seseorang tetapi permintaan maafnya diabaikan. Tadi Chika tidak datang terlambat dan sampai ke sekolah lima menit sebelum gerbang utama ditutup. Walaupun ia adalah anak pemilik sekolah ini, Chika sama sekali tidak mau memanfaatkan keadaan tersebut. Yang Chika takutkan hanyalah image ketua OSISnya. Masa iya seorang ketua OSIS datang terlambat? tentunya Chika akan merasa gagal karena tidak bisa memberi contoh yang baik.

Chika menaruh tasnya di meja dan duduk dibangkunya sembari mencari ponsel di dalam tas.

"Kenapa lo?" Dey, teman sebangku Chika bertanya karena raut muka sahabatnya yang terlihat kesal.

"Gue gapapa, cuma rada kesel aja tadi hampir telat." jawab Chika. Memang itu juga menjadi alasan tetapi sebenarnya lebih karena ada seseorang yang tidak meresponnya tadi.

Dey mengangguk mengerti.

"Pagi Dey pagi Chi-"

Pletak

"Gausah teriak-teriak bisa?" ucap Ashel sembari menjitak kepala Jinan yang berada disampingnya.

"Sakit, Shel. Ah lo mah ga seru." Jinan kesal dan memegang kepalanya yang sedikit sakit karena mendapat jitakan dari temannya itu.

"Lagian lo kaya lagi di hutan." Ashel menghela napasnya.

Chika dan Dey hanya melihat keributan kecil kedua sahabat di depannya itu sembari terkekeh kecil.

"Udah-udah. Buruan duduk, gurunya udah mau masuk." ucap Chika. Moodnya sedikit membaik karena kejadian tersebut.

Chika, Jinan, Dey, dan Ashel. Mereka sudah berteman baik dari kelas sepuluh. Bisa dibilang mereka sudah menjadi sahabat. Pertengkaran kecil dalam pertemanan sudah biasa terjadi diantara mereka, tetapi tidak membuat keempatnya berpisah.

Kecantikan mereka yang diatas rata-rata, terutama Chika, membuat mereka sangat dikenal di sekolah ini. Tidak hanya mengandalkan penampilan, mereka juga memiliki prestasi masing-masing di bidangnya.

Guru berjalan masuk ke kelas Chika. Suasana kelas yang sedikit ramai menjadi tenang. Jinan sebagai ketua kelas memimpin teman-temannya untuk memberikan salam kepada guru mereka.

"Selamat pagi, Bu." ucap anak-anak kelas 11 IPA 1 secara bersamaan.

"Selamat pagi, anak-anak. Yessica Tamara, kamu dipanggil oleh kepala sekolah dan diminta untuk keruangannya sekarang." guru tersebut berucap sembari tersenyum mengarah ke Chika.

"Baik, Bu. Saya izin keluar dahulu, terimakasih informasinya." Chika membalas senyum gurunya lalu berjalan menuju ruang kepala sekolah.

---

Chika membuka pintu ruangan kepala sekolah. Ia tersenyum kepada kepala sekolah yang mana adalah tantenya, alias adik dari Aya.

"Chika, Ibu mau minta tolong ke kamu." ucap Melody.

"Apa yang bisa saya bantu, Bu?" tanya Chika. Chika mengedarkan pandangannya dan matanya menangkap sosok yang tadi pagi bertemu dengannya. Chika kembali menatap Melody.

"Tolong bantu siswa baru ini untuk berkeliling sekolah. Beri tahu semua ruangan yang ada di sekolah ini. Namanya Zahra Nur Khaulah. Setelah selesai, kamu bisa antarkan dia ke kelas 11 IPS 1. Itu saja, Chika." Melody menjelaskan perintahnya.

"Baik Bu, saya mengerti." ucap Chika.

Chika menatap Ara yang masih duduk. Ara masih terdiam dan tidak melakukan pergerakan apapun. Ia juga menatap balik Chika.

"Ayo." Chika lalu berjalan keluar ruangan tersebut.

"Ah iya," Ara bangkit dari duduknya dan mengalihkan pandangannya ke Melody.

"Terimakasih Bu, saya pamit keluar." lanjut Ara sembari tersenyum tipis.

"Sama-sama, Zahra." ucap Melody.

Ara melangkahkan kakinya keluar ruangan dan menemukan Chika di samping pintu sedang menunggunya.

Keadaannya menjadi canggung. Keduanya kembali saling menatap dalam diam sampai Chika memecah keheningan tersebut.

"Lo mau diem disitu apa gimana? ayo jalan." ucap Chika.

Ara hanya mengikuti langkah Chika dari belakang karena ia sama sekali belum tau area sekolah barunya ini.

TBC

Semoga enjoy yaa sama ceritanya.

Reach You (Chikara)Where stories live. Discover now