Perhatian

10.9K 1.2K 23
                                    

Chika mengendarai mobilnya ke sekolah. Di sebelahnya ada Christy yang sedang fokus memainkan handphonenya. Setelah beberapa menit, mobil Chika sudah berhenti di parkiran sekolah.

"Kamu gamau turun?" tanya Chika. Ia melepaskan seat beltnya dan sedikit merapikan seragamnya.

"Lah? udah sampe. Maaf kak, aku lagi fokus main game." jawab Christy sambil tersenyum kearah Chika.

"Iya yaudah. Ayo turun." ucap Chika. Mereka berdua membuka pintu mobil dan ternyata tepat disebelah mobil Chika, ada Ara yang juga keluar dari mobilnya.

Ara menatap kedua orang yang saat ini berdiri bersebelahan. Ia masih diam.

"Kamu ke kelas duluan ya." ucap Chika ke Christy. Christy hanya mengangguk dan menjauh dari Chika juga Ara.

Chika menatap Ara yang masih terdiam lalu ia melangkah membuka pintu mobilnya kembali dan mengambil paper bag berisi cookies yang sempat ia beli tadi di perjalanan menuju ke sekolah.

"Ara," panggil Chika.

"Iya, Chik." jawab Ara.

Chika memegang tangan Ara dan menyerahkan paper bag dari tangannya "Ucapan terimakasih gue buat kemarin."

Dahi Ara mengernyit memandang paper bag yang sudah ada ditangannya sekarang dan kembali menatap Chika.

"Gue ikhlas bantuin." jawab Ara.

"Anggep aja gue lagi pengen kasih lo ini." ucap Chika.

"Makasih." jawab Ara, ia tidak ingin ribut hanya karena hal sepele.

Chika hanya mengangguk dan mereka berdua berjalan ke kelas bersama karena kelas mereka yang bersebrangan.

Chika dan Ara banyak mendapatkan tatapan dari murid lainnya. Mereka kaget sekaligus kagum melihat dua murid; yang satu terkenal dan yang satunya cukup dikenal berjalan bersama. Visual yang dihadirkan tidak main-main. Chika sosok ketua OSIS dan anak basket yang berparas cantik dan Ara anak ekskul dance yang cool tetapi juga cantik.

Mereka berdua tidak memperdulikan tatapan yang ada dan langkah mereka terhenti di depan kelas 11 IPA 1 dan 11 IPS 1.

"Gue ke kelas, Ra." ucap Chika.

Ara hanya mengangguk dan berjalan masuk ke kelasnya.

Chika masih belum bergerak. Ia bingung dengan sikap Ara yang kembali cuek. Ara sama sekali tidak tersenyum. Ia menghela nafas. Sebenarnya kenapa Chika harus memikirkan itu? apa ia mulai tertarik dengan Ara? ah tidak. Chika menggelengkan kepalanya lalu melangkahkan kakinya masuk ke kelas.

---

"Lo mau pesen apa, Chik?" Dey bertanya kepada Chika. Ia sudah mencatat pesanan Jinan juga Ashel. Hanya Chika yang belum.

"Gue gampang nanti." jawab Chika.

Dey hanya mengangguk. Ia tak mau memaksa sahabatnya yang sedang tidak mood itu.

Ara berjalan dari arah pintu kantin dan matanya langsung menatap Chika yang memainkan ponselnya. Ia tidak bersama Mira, Azizi, dan Adel karena mereka tertidur di kelas.

"Gue boleh duduk disini? tanya Ara.

Jinan, Ashel, dan Chika hanya diam menatap Ara yang sedang menunggu jawaban mereka. Jinan dan Ashel bingung kenapa anak pindahan itu mendatangi mejanya.

"Heh! napa pada diem?" Dey datang membawa pesanan Jinan dan Ashel.

Chika tersadar karena ucapan Dey lalu menatap Ara "Boleh."

Ara yang sudah mendapatkan izin lalu duduk di bangku kosong sebelah Chika. Ara melihat teman-teman Chika yang sedang makan, tetapi Chika terlihat tidak memesan apapun.

"Chika, lo ga makan?" tanya Ara.

"Lagi males makan." Chika menjawab tanpa menatap balik Ara.

"Gue pesenin ya? lo mau apa?" Ara bertanya lagi.

"Gue ga mood makan." Chika masih memainkan ponselnya.

Tangan Ara tergerak untuk memegang pipi kanan Chika dan mengarahkan muka Chika agar ia mau menatap Ara.

"Dapet tenaga dari mana kalo ga makan? lo mau sakit?" Ara menatap mata Chika.

Chika tidak menolak sama sekali dengan apa yang dilakukan Ara. Ia hanya diam. Entah, rasanya tidak ingin melawan. Padahal jika ada orang lain yang berusaha mengejar Chika, ia akan langsung menutup diri dan meminta mereka untuk menjauh.

Chika hanya menggeleng menjawab pertanyaan Ara.

"Tunggu disini, gue pesen makan dulu." Ara bangkit memesan makanan untuk Chika.

Jinan, Ashel, dan Dey menatap tak percaya ke arah Chika. Mereka juga bingung kapan anak pindahan itu dekat dengan Chika? kenapa ia sangat berani mendekati Chika? dan mengapa Chika diam saja? Ah, mereka merasa Chika berhutang cerita.

"Apa?" tanya Chika membalas ketiga tatapan sahabatnya yang tidak bisa diartikan itu. Mereka bertiga menggeleng, mengingat Chika yang sedang tidak mood. Menjaga kedamaian suasana makan mereka.

Ara datang membawa satu porsi nasi goreng dan dua gelas jus melon. Tangan Ara tergerak memberikan nasi goreng dan jus melon ke hadapan Chika. Chika menatap mata Ara.

"Chika, dihabisin yaa." Ara menatap Chika balik dan tersenyum.

Chika bingung dengan perubahan sikap Ara lagi. Apakah Ara hanya sedang bermain-main dengannya?

"Makasih. Lo nyuruh gue makan kenapa lo sendiri ga makan?" Chika heran.

"Gue udah makan cookies dari lo." Ara hendak meminum jus yang ia pegang.

Chika tersenyum tipis, ia merasa Ara menghargai apa yang ia berikan.

TBC

Vote nya jangan lupaa 🤍

Btw, jujur aku kaget ngeliat story rankingsnya. Ini cerita iseng aku buat dan publish 4 hari yang lalu, belom ada seminggu weh. Aku ga expect apa-apa sebenernya karena yaudah pengen nulis aja, jadi rada kaget hehe. Cuma mau appreciate buat yang udah mau baca dan nunggu, makasih yaa!!

 Cuma mau appreciate buat yang udah mau baca dan nunggu, makasih yaa!!

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Reach You (Chikara)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt