Jalan?

9.9K 1K 13
                                    

Chika sedang berada di Ruang OSIS. Rapat sudah selesai, namun Chika masih diam dan belum ada niat untuk pulang. Chika melamun. Ia tiba-tiba mengingat mamanya yang harus bertahan hanya karena sudah terikat janji dengan orang tua mamanya.

Bukan masalah uang atau yang lainnya. Aya memiliki harta yang sangat cukup bahkan lebih jika memang bisa berpisah dengan Gerald.

Seseorang mengetuk pintu Ruang OSIS. Chika tidak menyadari. Orang itu masuk dan melihat sekitar, matanya menangkap Chika yang sedang melamun.

"Chika,"

"Chik,"

"Chikaa," panggil Ara tiga kali namun Chika tidak memberikan respon apapun. Ia masih tenggelam dalam pikirannya.

Ara melangkah maju dan mendekat ke Chika, lalu ia menepuk pelan pundak Chika.

"Eh!" Chika kaget dan reflek memundurkan dirinya. Ia lalu menatap seseorang disebalahnya. Ternyata Ara.

"Lo ngapain kesini?" tanya Chika.

"Gue diminta guru buat kasih berkas ini ke OSIS." jawab Ara. Ara paham, Chika pasti sedang memikirkan sesuatu, namun ia sama sekali tidak ada hak untuk bertanya.

"Ah, oke makasih." ucap Chika lalu membereskan barang-barangnya ke dalam tas.

Ara menatap Chika yang sedang bersiap-siap pulang. Ia masih harus mengantarkan satu berkas lagi ke ketua yayasan. Sebenarnya sejak kejadian di kantin, Ara dan Chika semakin dekat. Tetapi kedekatan mereka masih abu-abu. Chika yang terlalu membatasi ruang gerak Ara, dan Ara yang semakin sering memberikan perhatiannya ke Chika walaupun terkadang ia bersikap cuek.

"Gue mau minta tolong boleh?" tanya Ara

"Apa?" Chika sudah selesai membereskan barangnya. Kini ia menatap Ara.

"Gue masih harus ngasih berkas ini ke ketua yayasan, tapi belom ngerti dimana ruangannya. Kalo lo ga keburu, boleh minta anterin kesana?" tanya Ara.

"Boleh." ucap Chika.

Ara tersenyum tipis, tetapi di dalam hati ia merasa bahagia karena Chika tidak pernah mengabaikannya. Tidak seperti cerita yang beredar tentang sikap Chika yang tidak mau menerima orang baru di sekitarnya.

Chika saat ini sedang menunggu Ara keluar dari ruang kepala yayasan. Ia memainkan ponselnya.

"Makasih Chik udah mau nganterin, dapet bonus lagi ditungguin sama bidadari." ucap Ara yang tengah menutup pintu ruangan tersebut.

"Apasih, Raa." jawab Chika yang memasukkan ponselnya ke saku jaket dan menatap Ara.

Ara terkekeh, ia senang menjahili Chika. Sekarang Chika sudah menyadari, Ara sudah tidak terlalu cuek. Sikap Ara yang perhatian lebih dominan.

"Mau langsung pulang?" tanya Ara.

"Iya." jawab Chika.

"Yaudah, yuk." ajak Ara. Lalu mereka melangkahkan kaki ke arah parkiran.

"Chik, nanti malem ada waktu?" tanya Ara.

"Kenapa?" Chika fokus melihat kedepan.

"Mau jalan?" Ara bertanya. Ia mengajak Chika karena melihat sikap Chika hari ini yang terlihat sedang banyak pikiran.

"Sama lo?" tanya Chika balik.

"Iyaa Chika, mau?" Ara memastikan.

Chika menerima tawaran itu, tidak ada salahnya ia sedikit meluangkan waktu untuk bermain sebentar. Mereka berdua sudah sampai di parkiran dan masuk ke mobil masing-masing lalu pulang.

---

Ara menghentikan mobilnya di depan rumah dengan pagar yang menjulang tinggi. Ara membuka kacanya dan melihat Chika bersama seseorang yang beberapa kali Ara lihat. Ara turun dari mobil lalu menghampiri Chika dan Christy.

"Ara, maaf adek gue ikut. Tadi nyokap mendadak keluar kota. Dia lagi sedih, gue ga tega ninggalin dia sendirian di rumah." ucap Chika.

Ara tersenyum dan mengangguk. Ia merasa sangat lega ternyata apa yang dia pikirkan tidak seperti itu. Ara sempat salah paham, ternyata orang itu adalah adik Chika. Ia akan berusaha lebih kali ini untuk mendekati Chika, dengan cara yang elegan tentunya.

"Namaku Christy, kak. Salam kenal." Christy memajukkan tangan kanannya ke arah Ara.

Ara menerima uluran tangan Christy dan tersenyum "Ara, salam kenal juga."

Mereka bertiga masuk ke dalam mobil Ara. Tadinya, Ara ingin mengajak Chika untuk menonton tapi ia urungkan niatnya. Karena mereka sekarang bertiga, Ara mengajak ke time zone dan mereka berdua menyetujuinya.

---

Ara dan Chika sedang melihat Christy yang tengah asik bermain pump. Chika tersenyum melihat adiknya tidak memiliki beban dan terlihat bahagia. Biarlah Chika yang menanggungnya, batin Chika.

Ara menarik sudut bibirnya keatas. Ia tersenyum melihat Chika yang sedang memperhatikan Christy.

"Chika," panggil Ara.

"Iya?" tanya Chika.

"Aku tau ini terlalu cepet buat kamu percaya. Tapi aku cuma mau bilang, kalo kamu mau cerita apapun, kamu bisa dateng ke aku, Chik." ucap Ara tulus.

Chika menatap mata Ara, ia mencoba mencari kebohongan atau niat jahat Ara disana, tetapi yang ia dapatkan adalah tatapan tulus yang diberikan Ara untuknya. Chika belum bisa percaya. Ia masih trauma dengan perkataan manis seseorang dan berakhir dikhianati.

"Kamu belum percaya kan sama aku? gapapa, Chik. Aku bakal buktiin kalo emang aku serius mau jadi tempat kamu buat cerita dan jadi orang yang kamu panggil kalo butuh seseorang." Ara berkata demikian karena Chika tidak menjawabnya dan masih terdiam.

"Maaf Raa, aku ga bermaksud, dipikiran aku sekarang semua orang itu bisa jahatin aku kapan aja. Aku takut." Chika mengganti panggilan karena ia menghargai lawan bicaranya.

"Aku paham, Chika." Ara tersenyum manis dan menggenggam tangan Chika lalu mengusapnya. Chika tidak menolak.

"Kak Chikaaaa, aku laper." ucap Christy yang berjalan ke arah Ara dan Chika. Ara melepaskan genggaman tangan Chika dan tersenyum melihat tingkah adik kelasnya itu.

"Mau makan apa?" tanya Chika.

"Sushi!" ucap Christy semangat.

Chika gemas melihat tingkah adiknya itu, benar-benar seperti bukan anak SMA.

"Yuk." Chika merangkul Christy dan menatap Ara memberi kode untuk berjalan.

Mereka bertiga menuju ke restoran Sushi dan masih di dalam satu mall yang sama. Setelah itu Ara mengantarkan kakak beradik itu pulang.

TBC

Vote nya yuk! nanti kalo votesnya banyak, double up sabi kali yaaa :)

Reach You (Chikara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang