12.

108K 6.3K 579
                                    

Rain melangkah riang menuju kelas Rayner. Tadinya ia bersama Leya dan Rere, tapi kedua temannya itu lebih memilih menuju kelas mereka. Rain yang sudah biasa ditinggalkan merasa biasa saja.

Di tangannya ada sekotak kopi dan es krim rasa cokelat. Ia sedang ingin makan es krim cokelat, sedangkan kopinya akan ia berikan untuk Rayner.

Kaki yang terbalut sepatu berwarna putih itu berhenti di ambang pintu. Ia merengut tidak suka saat melihat ada Kessa duduk di hadapan Rayner dan mereka tertawa bersama.

Seisi kelas melihat ke arah Rain. Ada yang mencemoohnya dan bagi yang laki-laki memuji gadis penyuka stroberi itu.

"Dahlah, Ray, Rain buat gue aja, lo ama Kessa." seru salah satu anak cowok di kelas Rayner.

Mendengar seruan tersebut, Rayner menoleh ke depan dan mendapati Rain berdiri di pintu dengan wajah kesal, tapi itu terlihat lucu dimatanya.

Rain melangkah masuk dengan langkah lebar. Rok pendeknya sampai terkibas lumayan tinggi, karena langkahnya yang bar-bar itu.

"Hei—" sapaan Rayner terpotong saat tanpa disangkanya, Rain duduk di atas paha kanannya. Hal tersebut mengundang pekikan tidak percaya dari teman-teman Rayner.

Rayner mengerjap sebelum tersenyum menggoda. Satu tangannya melingkari pinggang Rain posesif.

Sekolah mereka bukanlah sekolah biasa. Guru-gurunya lebih membebaskan mereka, tapi tetap ada beberapa peraturan yang wajib dipatuhi. Contohnya, tidak boleh having sex di sekolah.

"Ini pertama kalinya lo duduk di paha gue."

Rain menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dengan gerakan anggun. "Rain harus nunjukin kalo Rayner punya Rain, kan?" katanya pelan dengan nada yang diimutkan.

"Ehm," Kessa tersenyum lebar. "Aku ke kelas ya, Kak? Nanti aku—"

"Iya. Bye, Kessa!" kata Rain ceria.

Kessa mengangguk sekali lalu pergi dari kelas Rayner. Gadis itu berani sekali datang ke kelas senior.

Saat Rain akan bangun dari paha Rayner, cowok itu malah menahannya. "Di sini aja, Jelly."

"Kenapa lo manggil gue kayak gitu?"

Rayner menopang kepalanya di atas tangan kiri. Ia menatap Rain yang membuka bungkus es krim yang gadis itu bawa. "Menurut lo, kenapa?"

Rain menjilat bibirnya saat merasa ia makan es krim belepotan. "Eum, i don't know. Tell me." katanya lalu kembali makan es krim sambil menatap Rayner.

"Lo lucu."

Gadis di pangkuannya mengernyit. Ia menghisap bibir bawahnya sebelum menyodorkan es krim ke mulut Rayner. "Itu jawabannya?" tanyanya dengan mata tertuju pada lidah Rayner yang menjilat es krimnya.

"Bukan."

"Terus apa jawabannya? Jangan bikin penasaran deh, Ray. Lagian nama gue tuh Rainy Abigail dipanggilnya Rain. Kenapa lo ganti-ganti nama gue jadi Jelly? Jelly Abigail. Yea, not bad. Tapi di akte kelahiran nama gue Rainy Abigail."

Rayner mengangguk-angguk sambil meminum kopi yang dibawa Rain. Ia memundurkan tubuhnya sampai mentok ke sandaran kursi dan mengarahkan gadis itu duduk di tengah-tengahnya.

Keduanya tidak peduli kalau sedari tadi menjadi tontonan menarik untuk anak kelas Rayner yang tidak pergi ke kantin. Mereka sudah biasa menjadi pusat perhatian.

Merasa Rayner tidak akan menjawab, Rain akhirnya memilih meraih ponsel laki-laki itu dan melakukan selfie dengan macam gaya. Di belakangnya, Rayner hanya memperhatikan sambil memainkan rambut Rain.

Rayner and RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang