9.

111K 6.9K 680
                                    

bacanya pelan" biar ga cepet selesai. btw ini tuh udah 1000an words😭 waktu pas nulis cerita sebelum"nya juga jumlah katanya sama kok.

"Silahkan dimulai." aba-aba dari Miss Nancy membuat tim Rain bersiap.

Mulai dari atraksi-atraksi biasa, melompat kemudian berputar di udara, dan sampai pada membentuk formasi. Tim Rain membuat formasi piramida dengan tiga tingkat. Untuk pertama kalinya mereka memakai formasi tiga tingkat. Rain tentunya yang paling atas.

Rain mencoba biasa saja saat berada di ketinggian ini dan ia terlihat santai sambil menampilkan senyum terbaiknya. Gadis itu menaikkan salah satu kakinya, sehingga kini ia hanya bertumpu pada satu kaki. Rain tidak tahu kalau ada rencana licik di salah satu temannya.

Sampai ia melihat Rayner berlari cepat ke arahnya dan disusul goyangan dari anggota di bawahnya membuat ia kehilangan keseimbangan. Senyum Rain menghilang saat ia merasa tubuhnya terjun dari posisi teratas itu.

"Rain!"

Sepasang tangan menangkap tubuhnya dengan sigap. Wangi yang familiar di indera penciumannya membuat Rain tahu siapa yang menangkapnya.

"I caught you." bisiknya.

Rayner merendahkan tubuhnya, hingga ia berjongkok dengan satu kaki dan Rain terduduk di depannya. Napas keduanya begitu cepat.

"Hei, hei, hei, lo gapapa?" tanya Rayner khawatir. "Rain jawab."

Rain menyandarkan sisi tubuhnya ke tubuh depan Rayner. Kedua tangannya memeluk leher cowok itu erat dan mulai menangis sesegukan.

"Gi-gimana kalo lo—"

"Sshh, gue nangkep lo, Rain, gue nangkep lo."

"Rayner! Rain gapapa?" seru Miss Nancy begitu sadar dari keterkejutannya.

"I don't think so." kata Rayner.

Miss Nancy mengusap rambut gadis itu. "Rain? Sayang?"

"Rain takut, hiks."

"Bawa ke tepi, Ray." kata Miss Nancy sebelum mengurusi anggota cheers lain yang ikut terjatuh.

"Umm, Miss?" panggil Rayner. "Vea sengaja nyenggol temannya." ungkapan Rayner membuat Miss Nancy terkejut.

Setelah mengatakan itu, Rayner menggendong Rain menuju tepi lapangan. Suasana sekolah menjadi hening setelah kecelakaan itu. Banyak yang mengerubungi anggota cheerleader.

"Kalian bisa ga, jangan kerumun depan Rain? Dia butuh udara, please." kata Rayner tajam.

Usai kalimat tajam itu, murid-murid menjauhi tempat Rain duduk. Mereka takut dengan aura menyeramkan yang dikeluarkan oleh Rayner.

"Gue ambil tas lo dulu bentar."

Beberapa detik setelahnya Rayner sudah kembali ke sisi Rain. Ia duduk bersila di sebelah Rain yang duduk menyandar pada bangku tepi lapangan. Rayner mengeluarkan botol air mineral yang ada di sisi tas Rain kemudian memberikannya ke gadis itu.

Setelah minum, Rain menyentuh dadanya dimana jantungnya masih berdegup sangat cepat. Rayner meraih kedua tangan gadis itu kemudian mengusapnya lembut.

"Hei." Rain menoleh dengan wajah bercucuran air mata. "Udah ya? Hm?" Rayner mengusap pipi Rain.

"Gue syok. Kalo, hiks, kalo gaada lo?" Rayner menarik Rain ke pelukannya. "Jantung gue kayak berenti sesaat pas kaki gue udah gaada di tangan mereka."

"Lo tau sendiri gimana gue di cheers. Bisa aja, bisa aja gaada yang mau nangkep gue. Huaa, hiks."

Rayner setia mendengarkan Rain sambil menatap Vea yang dimarahi di tengah lapangan oleh Miss Nancy. Gadis licik itu menangis dengan kepala menunduk. Kemudian matanya beralih ke arah Kessa yang berjalan ke arahnya sambil membawa tasnya.

Rayner and RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang