4. What's Wrong with Me

Start from the beginning
                                        

"Apa ini?"

"Dibuka dulu, Jae. Baru kau akan ngerti."

Jae yang mulai tidak sabaran, mulai merobek dan melihat isi dalamnya. Ternyata sebuah kertas berisi syarat untuk mendapatkan beasiswa untuk tahun terakhir di SMA
Apgujeong.

"Kau dapat ini darimana?"

"Tahu sendiri kan, kalau rumah kepala sekolah dekat dengan rumahku. Beliau menitipkan ini padaku untuk diberikan padamu. Dan beasiswa ini terbatas, hanya untuk 1 orang saja."

"Aku tidak tertarik, banyak syarat yang ribet. Lebih baik ini dikasih pada orang lain saja." Jae kembali memasukkan kertas itu ke dalam amplop.

"Ett..! Tunggu!" Daewan menahan Jae yang mau menyerahkan kembali amplop itu padanya. "Tidak sembarangan orang yang berkesempatan untuk mendapatkan ini, tahu! Salah satu syaratnya adalah nilai rapor di atas rata-rata. Kurasa cuma kamu dan cewek kasar itu yang bisa men-"

"Sebentar, aku baru merasa ada yang janggal. Kenapa harus malam-malam begini, kamu kasih ke aku? Kepala sekolah kan masih bisa kasih ke aku besoknya."

"Haa... hm... soal itu...." Daewan mulai gelagapan dan menunjukkan ekspresi aneh. Kening Jae semakin berkerut melihat ekspresi Daewan yang berubah.

"Pokoknya kamu harus mendaftar beasiswa itu! Jangan sampai tarzan itu pula yang mendapatkannya! Sudah ya, aku harus nyusul Vega, entar aku kena marah lagi."

Tanpa menunggu balasan Jae, Daewan langsung melesat pergi dengan motornya.

Hah, tarzan? Cewek kasar? Siapa yang dimaksudnya daritadi sih?

Jae yang masih kebingungan, mengedarkan pandangannya sampai tanpa sengaja kedua matanya bersirobok dengan mata seseorang di seberang jalan.

Hmm... kurasa aku sudah mengerti maksud Daewan.

***

Jalanan cukup sepi saat kususuri trotoar sambil membawa sebungkus plastik sampah tetapi aku tidak terlalu merasa takut karena masih ada cukup penerangan oleh lampu jalan, ditambah setidaknya aku menguasai teknik bela diri jika benar-benar bertemu orang jahat. Tiba-tiba aku merasa dadaku mulai berdebar-debar.

Duh... aku teringat lagi dengan kejadian 3 tahun lalu. Hm? Kebetulan sekali aku nyampenya pas busnya sampai juga.

Aku segera meletakkan kantong plastik ke dalam tempat sampah dan hampir berbalik pulang ketika bus melaju pergi setelah menaikkan penumpang. Sebuah pemandangan tak biasa terpampang di depanku, tepatnya tempat parkir Kafe Winstar.

Seorang lelaki berjaket hoodie hitam menyodorkan sebuah berkas coklat kepada lelaki lainnya. Setelah diperhatikan lebih jelas, ternyata mereka adalah Daewan dan Jae.

Ngapain mereka berdua saja di tempat parkir? Sangat mencurigakan.

Tak lama, Daewan segera beranjak pergi dengan motornya meninggalkan Jae yang masih termangu menatap berkas dipegangnya. Jae masih terdiam beberapa detik sebelum membuang benda tersebut ke dalam tempat sampah di dekatnya. Jae lalu mengangkat kepalanya dan detik selanjutnya tanpa sengaja, kami saling bertatapan!

***

"Haah... hahh... haaahh!"

Nafasku masih tersengal-sengal setelah menutup pintu depan rumahku. Dapat kurasakan kalau mukaku masih memerah seperti terpergok sesuatu.

Tunggu, kenapa aku langsung lari tadi ya? Nanti dia malah makin yakin kalau aku sengaja menguping pembicaraan mereka padahal tadi sama sekali gak terdengar apapun.

Aku masih dapat mengingat dengan jelas, beberapa detik setelah kami bertatapan, si Jae malah tersenyum singkat padaku.

Dulu saat SMA kelas 1, jangankan tersenyum, melihat dan berbicara padaku saja dia enggan. Setelah berhasil menenangkan diri, aku segera masuk ke kamar untuk membaca-baca buku pelajaran yang baru.

Reminded MemoryWhere stories live. Discover now