execution (end)

2.4K 241 137
                                    


(Warning! Bad ending?)

...

Pagi yang cerah, matahari bersinar begitu terang diiringi dengan angin sepoi-sepoi yang sejuk. Meski suasana hari ini begitu indah, suasana di ruang hakim begitu mencekam

EU, USSR sedang duduk di kursi pengadilan dengan borgol yang berada di tangan mereka. Mereka sudah memakai baju tahanan berwarna oranye dengan nomor di belakang nya

Indonesia juga PKI ada disana, bukan sebagai tersangka tapi sebagai saksi dan korban atas kelakuan kedua orang hina ini.

Para kerabat-kerabat dari korban mereka mengutuk untuk memberikan hukuman yang setimpal untuk kedua bajingan itu.

Apa mereka tidak mengutuk PKI maupun Indonesia? Oh jelas tidak. Berterima kasih lah kepada PFI yang membela kedua adiknya.

Bisa saja PKI terkena jerat hukum juga karena telah membantu USSR tuannya, tapi dengan kemampuan PFI yang bisa memanipulasi keadaan PKI bisa selamat dan hanya kena sanksi sosial

(Oh kawan, aku tidak pintar soal hukum. Maaf)

"Semuanya harap tenang, biarkan sidang ini berlangsung dengan cara kekeluargaan"

Ucap seorang hakim yang akan mengadili perkara ini, mendengar itu para kerabat-kerabat korban dan juga sedikit saksi. Duduk diam menahan semua sumpah serapah mereka kepada EU maupun USSR

"Tuan EU , apakah benar anda telah menculik anak dari tuan Asean juga telah membunuh lebih dari 50 orang termasuk anak dari tuan Asean?"

Ucap hakim kepada EU, EU hanya mengangguk pasrah. Untuk apa melawan? Dia juga mulai lelah akan kehidupan bejatnya

"Apa alasan mu melakukan hal tidak terpuji seperti itu?"

"Tidak ada, aku melakukannya sesuai keinginan seseorang"

Para orang-orang disana membisikan kata-kata yang mungkin kurang pantas didengar oleh siapapun. Singkatnya mereka terkejut dengan pernyataan EU dan menyebut EU monster.

"Dan tuan USSR, apakah benar anda telah membunuh 100 orang lebih dan merekrut anak dibawah umur pada saat itu?"

"Iya benar"

"Kenapa?"

"Karena aku menyukainya"

Lagi-lagi orang-orang dibuat terkejut karena jawaban USSR yang enteng, seakan-akan perbuatan yang ia lakukan hanya sebuah kesalahan yang kecil.

"Sudahlah pak hakim! Tembak mati saja mereka!"

"Ya! Nyawa harus di bayar dengan nyawa!"

"Orang seperti mereka tidak pantas hidup di dunia ini!"

Ucap para keluarga korban dan juga sedikit saksi. EU dan USSR hanya diam begitu juga dengan kakak beradik Indonesia dan PKI .

Tidak mereka bukannya takut untuk berbicara, namun mereka tidak ingin memberatkan hukuman kedua orang yang sama-sama mereka sukai. Memang terdengar gila tapi memang itu faktanya

Namun nyatanya dengan diamnya mereka justru menjadi Boomerang untuk 'mantan' bosnya. Indonesia dan PKI di anggap trauma karena terlalu sering di ancam oleh EU juga USSR.

Tanggapan ini diperkuat dengan perilaku mereka yang terkesan tidak nyaman, panik, dan ketakutan. Tangan mereka bergetar hebat bahkan berbicara saja mereka terbata-bata dan selalu melirik ke arah tuan mereka.

"Saudara Indonesia, bisa kah kau menjelaskan apa yang terjadi saat saudara EU membekap mu dirumahnya?"

Ucap sang hakim kepada Indonesia, dia ingin mendengar semuanya dari sang korban langsung agar lebih jelas. Indonesia tertunduk, diam dan tak tau harus berbicara apa. Ia benar-benar ketakutan!

Dear Mr.hitmanWhere stories live. Discover now