17.0 | Grief

3K 566 160
                                    

Jeongwoo memandangi luka di keningnya dari pantulan kaca. Perbannya telah dilepas hari ini, tapi jahitan itu masih terlihat basah. Hantaman dari benda bening itu juga menciptakan lebam di sekitar tulang alisnya. Syukur saat itu Jeongwoo masih sempat untuk sedikit menunduk atau gelas itu juga akan mengenai bagian mata.


"Jeongwoo, Eomma menunggumu makan di bawah." Jihoon memanggil adiknya dari pintu kamar.

Anak yang dipanggil itu tak sedikit pun menoleh. Tubuhnya masih tak bergerak memandang cermin di depannya. Jihoon kini menghela napasnya dan segera masuk ke sana untuk meraih tangan sang adik. Ia lekas menarik Jeongwoo ke luar.

Jihoon dan Jeongwoo pun sampai di ruang makan, kini mereka ikut duduk bersama Junghwan dan Yedam yang sudah berada di sana. Asahi hari ini pergi bersama Hyunsuk sejak pagi dan belum pulang, ibunya pun sibuk menyiapkan makan siang sendirian dan tengah menata pasta yang dibuatnya di atas meja.

"Seunghyun!" Sandara menepuk lengan suaminya yang baru saja mengecup kepala Junghwan dan Yedam. "Jangan mencium mereka, kau baru pulang!"

"Aku merindukan anak-anakku, kau mau kucium juga?" Seunghyun mulai menarik pinggang istrinya. Sandara segera menepis itu dan mendorong Seunghyun.

"Kau mandilah dulu!"

"Aku mau makan dulu." Seunghyun tersenyum pada sang istri dan segera duduk di kursi di sebelah Junghwan tanpa memperdulikan Sandara yang kini menarik dalam napasnya.

Seunghyun mulai mengusap surai si bungsu. "Kau sudah baik-baik saja, Junghwanie? Eomma bilang kau kambuh?"

"Aku tidak kambuh, Appa, aku baik-baik saja, Eomma bilang aku sudah akan bersekolah lagi besok," jawab Junghwan.

"Maafkan Appa, ya, karena tidak segera pulang."

Junghwan tersenyum dan mengangguk pada ayahnya.

"Bagaimana ujianmu, Yedam?"

Yedam menatap sang ayah, ia sedikit mencuri pandang ke arah Jeongwoo sebelum menjawab ayahnya. "A-aku-maksudku, ujianku lancar."

"Kenapa gugup begitu? Apa ujianmu sulit?"

Yedam menggeleng pelan. "Aku baik-baik saja."

Yedam kini kembali menatap Jeongwoo yang duduk berhadapan dengannya. Anak itu terus menunduk sedari tadi, Yedam tahu apa yang sedang adiknya pikirkan.

"Appa harap kali ini kau terpilih menjadi valedictorian, nilaimu akan cukup untuk bisa masuk SMA Yongsan. Kau tahu, kan, banyak lulusan SMA itu yang masuk SNU? Appa yakin kau akan lolos di jurusan bisnis SNU setelah lulus dari sana. Kau akan bisa meneruskan bisnis Appa dengan baik setelahnya. Appa percaya padamu."

Yedam hanya mengangguk tanpa melihat ayahnya.

"Di mana Hyunsuk?"

"Appa!"

Seunghyun segera menoleh ke arah Jihoon yang baru saja memanggil.

"Jeongwoo terluka tiga hari yang lalu, apakah Appa tidak ingin menanyainya?"

Jeongwoo yang masih menunduk itu segera mencengkram tangan Jihoon untuk menyuruhnya berhenti.

Sang ayah pun segera mengalihkan pandangannya ke arah Jeongwoo.

"Oh, Appa sudah mendengar semuanya dari Eomma, bagaimana kabarmu sekarang?" tanya Seunghyun.

Jeongwoo menghela napasnya dan mulai memejamkan mata.

Sungguh, Jeongwoo tahu dirinya seringkali dilupakan, tapi ia tak tahu kalau ayahnya akan setidak acuh itu pada dirinya. Ia masih mengingat saat Hyunsuk dan Junghwan masuk rumah sakit, tak peduli seberapa sibuk ayahnya dan seberapa jauh kota yang tengah ayahnya singgahi, ayahnya itu akan selalu pulang dengan segera. Kali ini sang ayah bahkan sama sekali tak menghubungi atau menanyakan keadaannya meski telah mengetahui itu.

Sloth Bear | AsahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang