Berubah

208 48 13
                                    

"Hidup telah mengajariku tentang jangan pernah mengharapkan apapun pada siapapun"

-Anna-

Hari berlalu begitu cepat, semua keadaan kembali seperti semula. Vania telah keluar dari rumah sakit dan kembali kepada Atlas. Sedangkan Anna, ia menjadi lebih pendiam dari sebelumnya. Untuk Angga, ia dikeluarkan dari sekolah.

"Att, ke kantin yok!" Ajak Vania memecahkan lamunannya. Semenjak ia putus dengan Anna, pikirannya menjadi kosong. Atlas lebih suka diam melamun dan menyendiri. Tak ada yang berani mendekatinya termasuk Dion.

Atlas menatap wajah Vania dan tersenyum mengangguk. Vania menggandeng tangan Atlas, kini sentuhan Vania tidak memberikan efek apapun padanya. Perasaannya sudah mati.

Mereka berjalan menuruni anak tangga, Atlas menatap tangga dengan tatapan kosong. Vania sangat sedih melihat Atlas seperti ini. Ia lebih baik melihat Atlas yang ceria dan bahagia seperti dulu walaupun tidak bersama dirinya.

Sesampainya mereka disana, tak sengaja mereka berpapasan dengan Anna dan Adel. Anna melewati Atlas seperti orang asing, begitupun dengan Atlas. Sedangkan Adel, ia menatap dengan sinis kearah mereka berdua.

Atlas dan Anna merasakan hal yang sama, hatinya begitu hancur saat mereka terlihat sangat asing. Dan diperkirakan akan sulit bagi mereka saling berbicara empat mata ataupun hanya sekedar menyapa.

*******

"Att, ada yang mau aku omongin ke kamu" papar Vania dengan mata berbinar menatap wajah datar Atlas.

"Aku mau minta putus, kamu enggak sayang lagi kan sama aku? Aku tau Att, kamu cinta sama Anna. Kamu sayang kan sama Anna? Aku mau kamu kejar cinta kamu, bukan kayak gini. Kamu udah nyiksa diri kamu sendiri Att" Kini air mata Vania yang sudah tak tahan untuk dibendung, perlahan mengalir.

Atlas hanya diam menatap wajah Vania, yang dikatakan Vania benar. Atlas tak harusnya menyerah begitu saja dan melampiaskannya kepada Vania.

"Aku enggak bakal benci sama kamu, kita masih bisa jadi temen Att" sambung Vania memegang tangan Atlas dan beranjak pergi.

Atlas masih diam terpaku, apa yang harus ia lakukan. Ia tak tahu. Ia mengusap wajahnya dengan kasar.

"Kenapa hidup gue harus kayak gini!!" Ucapnya sembari menjambak rambutnya.

"Tenang bro" suara Dion membuatnya  terkejut.

"Lo ngapain disini?" Tanya Atlas tak mau diganggu.

"Gue mau nemuin sahabat gue, lo tau dia dimana?"

"Bukannya sahabat lo itu cuman gue?"

"Tapi lo bukan Atlas yang gue kenal!!" Dion meminum es yang dipegangnya.

"Atlas yang gue kenal, enggak bakalan nyerah gitu aja. Denger At lo udah dewasa, lo bisa ambil keputusan yang lo pikir itu bener. Gue bantuin lo deh, kalo lo enggak berani minta maaf ke Anna" ujar Dion dengan menepuk pundak Atlas.

Atlas menyadari kesalahannya, seharusnya ia mengakui tentang perasaannya dari dulu. Kini ia sadar, bahwa ia sangat mencintai Anna dan tak bisa hidup tanpanya.

"Mulai kapan?" Tanya Atlas dengan senyum mengembang sempurna.

"Mulai apanya?" jawab Dion menaikkan satu alisnya.

"Mulai rencana minta maafnya?" Sambung Dion dan dijawab anggukkan kepala dari Atlas.

"Lo udah nyoba buat telfon dia?"

"Kayaknya nomor gue diblok deh" ucap Atlas dengan lesu.

"Yaelah, makanya jangan mainin perasaan cewek"

"Hadeh, lo enggak tau gimana diposisi gue"

"Iya-iya, mulai besok aja deh" papar Dion dan berjalan pergi.

"Lo mau kemana?" Teriak Atlas mengejar Dion.

"Mau masuk kelas lah! Lo enggak denger? Udah bel dari tadi!!"

*******

Kringggggggg!!! Suara bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas.

Lagi-lagi Atlas berpapasan dengan Anna, ia menatapnya sebentar. Tapi Anna mengalihkan pandangannya. Atlas hanya tersenyum hambar dan berjalan menuju tempat parkir.

Sesampainya di parkiran, ia bertemu Adel dan Dion. Atlas memakai jaket warna biru dongker dengan garis putih dikerahnya.

"Gue duluan Att!!" Ucap Dion sembari berjalan melewatinya. Atlas tersenyum mengangguk.

Setelah memakai helm, Atlas menaiki motornya dan mulai menghidupkan mesin. Ia pergi menjauh.

Ditengah perjalanan, tiba-tiba motor ninja warna hitam mengebut didepan Atlas dengan ugal-ugalan dan hampir membuatnya terjatuh.

Ninja itu memberhentikan motor Atlas, pria yang mengendarainya turun dari motor dengan memakai helm dan mendekati Atlas.

Ia menarik jaket Atlas dan membuatnya turun dari motor.
"Apa-apaan lo!?" Ucap Atlas tak terima sembari melepas helmnya.

"Banyak omong Lo!!" Jawab pria itu dengan memukul perut Atlas berkali-kali.

"Argghh!!" Atlas merintih kesakitan, ia tersungkur. Pria itu mendekati tubuh Atlas dan memukuli wajahnya. Membuat sudut bibir Atlas dan hidungnya berdarah.

"Lo siapa!!?" Atlas menarik jaket hitam yang dipakai pria itu. Tetapi pandangannya mulai kabur, ia melepas cengkramannya. Pria itu berjalan menjauh dari Atlas, meninggalkannya tak sadarkan diri ditengah jalan yang sepi.

*******

"Seharusnya lo enggak usah ngelakuin ini Ka, ini berlebihan!!"

"Berlebihan? Dia udah nyakitin dua perempuan sekaligus, dan lo mikir kalo ini berlebihan? Harusnya lo  bilang, kalo Atlas yang berlebihan bukan gue!!" Ucap Pria itu penuh emosi dengan berjalan mondar-mandir di gedung kosong.

"Pertama dia nyakitin hati Anna dan kedua elo Van!!"

"Gue emang sakit hati Ka, tapi gue juga yang minta putus sama Atlas!! Dia enggak salah sama sekali!!" Bela Vania.

"Gue engga peduli!! yang gue tau sekarang, dia harusnya jagain Anna!! Gue udah bela-belain ngehapus perasaan gue ke Anna, tapi Atlas. Atlas bisa-bisanya segampang itu ngehancurin perasaan Anna!!" Jawab pria itu dengan nafas yang gusar.

"Tapi Anna enggak cinta sama lo!! Mau sampai kapan lo kayak gini?? Mau sampai kapan Raka!?" Bentak Vania sembari berjalan mendekati tubuh Raka.

Raka menatap Vania dengan wajah memerah, ia tersadar. Yang ia lakukan kepada Atlas terlalu berlebihan untuk seseorang yang tidak mempunyai status spesial dengan Anna.

Vania menyentuh pipi Raka, hatinya kini merasa lebih damai. Ia memeluk Vania dengan erat, air matanya mengalir begitu saja.

"Maafin gue, maafin gue" ucap Raka.

Raka dan Vania memang sahabat kecil dari dulu, ia terpisahkan karna orang tua Vania yang mendapat tugas pekerjaan di Bandung. Tapi sekarang semuanya kembali seperti semula, Raka memilih kuliah di Bandung untuk menemui sahabat kecilnya itu dan tujuannya kini tercapai.


Hai dear ,
Sebelum membaca ke bab selanjutnya ,
Minta tolong bantu vote , follow dan coment yah😊
Karna itu sangat berharga , bagi penulis pemula seperti saya😇

Semoga harimu menyenangkan ❤️

Gadis Ambisius (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang