Tersakiti

455 101 7
                                    

"Apalagi yang kau harapkan dari seseorang yang telah
melangkah pergi?"

-Atlas-

"Karna setelah kematian bokapnya, nyokap Anna sering nangisss kayak enggak jelas gitu dan nuntut Anna biar jadi anak yang pintar kayak bokapnya. Kadang, nyokapnya juga marahin dia Sampek mukulin Anna, Kalo Anna gak dapet peringkat pertama" Adel menjeda ucapannya sebentar.

"Terus karna sikap nyokapnya yang berubah-ubah, seiring berjalannya waktu. Anna mulai berubah jadi pendiem, gampang sakit, dan ambisius. Padahal dulunya, Anna terkenal cewek periang dan terbuka ke semua orang"

"Oh jadi gituuu, terus denger denger Anna dulu sahabatan sama Vania?" Tanya Atlas ingin tau lebih dalam.

"Iya bener, dulu deket banget. Kemana mana selalu bareng Tapi itu dulu bangett, kayaknya zaman SMP sekarang udah enggak"

"Kenapa emang? Karna peringkat?"

"Iya karna itu jugaaa, tapi ada alasan yang lain" jawab Adel sedikit ragu.

"Alasannya Apa??"

"Mmmm sebenarnya kalo dipikir-pikir Anna yang salah"

"Karna???"

"Karna menurut gue, dulu Anna nyia-nyiain persahabatanya sama Vania. Vania selalu ada saat Anna butuh, tapi Anna enggak pernah ada saat Vania butuh"

"Terus terus??"

"Terus juga, waktu pemilihan ketua OSIS pas SMP. Vania pengen banget buat jadi ketua, tapi sayangnya Anna yang kepilih. Bukan itu aja, bahkan dulu waktu Vania suka sama orang. Pasti orang itu malah suka sama Anna bukan Vania. Lo tau sendiri kan, perasaan cewek kayak gimana?"

"Iya, gue tau. Makasih ya Del waktunya, gue mohon sama Lo jangan bilangin ke  Anna tentang ini"

"Iya Att" ucap Adel dan berjalan pergi meninggalkan Atlas.

*******

Pagi ini, Atlas dan para genknya latihan basket dilapangan. Konsentrasi Atlas terganggu karna memikirkan Anna,  ia menatap ke gerbang sekolah menunggu Anna datang.

Disisi lain, Anna berjalan sendirian dijalan menuju sekolah. Tiba-tiba dari belakang tubuh Anna ada segerombolan preman sedang mengikuti langkah Anna.

"Sendirian aja neng, mau kemana?" ucap salah satu Preman dengan memegang dagu Anna.

"JANGAN BERANI PEGANG PEGANG !! KALO LO MASIH MEGANG GUE , GUE BAKAL TERIAK !!" Ucap Anna melawan Preman.

"HAHAHA!! BERANI JUGA CEWEK INI BOS!! TERIAK AJA !! KALO ADA YANG DENGER!!" Papar pria dengan mencengkal pergelangan tangan Anna.

"TOLONG!!! TOLONG!!!" Anna berusaha berteriak meminta pertolongan.

"Teriak aja terus neng, enggak ada yang bakal dateng"

Tiba-tiba dari belakang sekumpulan preman datang seorang pria memakai jaket hitam mendekati Anna.

"WOY!! LEPASIN DIA!! "

"HAHA ADA PAHLAWAN NIH!! LO BERANI SAMA KITA!?"

Pria itu menarik kerah preman tersebut dan memukulinya.

"Lo ngejauh, pergi kesana" ucap pria itu dan menunjuk motor yang terparkir di bawah pohon.

"Ee tapi..." Jawab Anna tak yakin

"Cepetan!!" Paksa pria itu. Anna pun berlari menjauh. Pria itu bersiap-siap menyerang preman.

*******

Atlas yang sejak tadi menunggu kedatangan Anna mulai bosan dan duduk dikursi sekitar lapangan. Tak berseling lama, Vania dan Genk nya datang membawa botol minum.

"Nih.. buat kamu!" Ucap Vania menyodorkan minuman ke arah Atlas.

"Apaan sih, kita udah putus Van! Jangan ganggu gue!!" Jawab Atlas menolak.

Vania tetap berusaha mendekati Atlas dengan mengambil handuk bersih dan membersihkan keringat Atlas yang bercucuran.

Atlas masih menatap ke gerbang sekolah, tiba-tiba ia menatap Anna yang berboncengan dengan seorang pria. Entah kenapa Atlas merasa sesak, ia berdiri dan berlari menuju gerbang sekolah.

Sesampainya Atlas didepan gerbang, ia menarik jaket pria tersebut dan memukul wajahnya.

"ATLASSS!!! CUKUP!!! " Ucap Anna dengan spontan menarik tangan Atlas.

"Lo ngapain hah!!?? Berani beraninya lo deketin Anna!!!" Atlas menarik kembali kerah jaket pria tersebut.

"ATT!! CUKUP!!! DIA TADI NOLONGIN GUE!!" Anna mencegah Atlas.

"PERGI!!!" Anna meminta Atlas pergi.

"Tapi Na!!" Ucap Atlas dengan nafas yang gusar.

"GUE BILANG PERGI!! PERGI!!!" Atlas meninggalkan Anna dengan amarah yang menggebu, Vania yang melihat kejadian dari kejauhan. Tersenyum dengan sinis.

"Lo gapapa??" Ucap Anna memegang pipi pria tersebut. Merasa bersalah.

"Gue gapapa" pria itu memegang pipinya yang lebam karna pukulan Atlas.

"Maafin gue"

"Udah gapapa, tadi itu pacar lo? Prosesif banget" pria tersebut tersenyum tipis.

"Enggak, dia cuman temen"

"Owalah cuman temen, oh iya gue Raka. Nama lo siapa? Ada yang luka?" Raka mengulurkan tangannya ke Anna.

"Gue Anna, gue gapapa. lo sekolah dimana?" Tanya Anna dengan menerima uluran tangan pria tersebut.

"Gue udah kuliah"

"Oh udah kuliah ya kak hehe, kirain masih SMA" jawab Anna dengan cengengesan.

"Haha, banyak kok yang bilang gue kayak anak SMA. Mau tukeran nomer ponsel?"

"Eh boleh boleh" Anna dengan cepat mengambil kertas dan bolpoin dari tasnya, ia menulis nomer ponselnya dan memberikannya ke Raka.

"Oke, nanti gue telpon kalo ada waktu"

"Iya Ka, sekali lagi maaf sama makasih udah nolongin"

"Iya, gue cabut dulu"

*******

"Att? Kamu gapapa!?"

"Lo ngapain sih masih disini !!! Hah!!? Pergi sana!! Jauh jauh dari gue !!"Vania memanyunkan bibirnya dan pergi meninggalkan Atlas, Atlas menatap ke arah Anna. Anna berjalan menuju arah Atlas dan...

Plakkkk!!
Anna menampar pipi Atlas.

"LO NGAPAIN SIH MUKUL DIA!!!?? MAU JADI PAHLAWAN KESIANGAN??? HAHH!!? LO TU CUMAN TEMEN GUE ATT!! JANGAN NGELEBIHI BATAS !! PAHAM LO !!! "

"Tapi Naaa"

"TAPI APA!? KITA ENGGAK ADA HUBUNGAN APA APA!! INGAT ITU!!"

Anna berjalan menjauh dari hadapan  Atlas, seluruh sekolah melihat kejadian pertengkaran itu. Dion menatap Atlas dan mendekatinya untuk menenangkan Atlas.

Hai dear ,
Sebelum membaca ke bab selanjutnya ,
Minta tolong bantu vote , Coment dan follow akun saya ya...😊
Karna itu sangat berharga , bagi penulis pemula seperti saya😇

Semoga harimu menyenangkan ❤️

Gadis Ambisius (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang