21. Our Beloved Atlanna

Mulai dari awal
                                    

Mereka berdua masuk ke mobil. Bintang membukakan pintu untuknya, juga membantu dia duduk senyaman mungkin. Anak itu menuruti semua yang Bintang katakan—meski Bintang curiga dia sebetulnya paham omongannya atau tidak.

Dalam benak Bintang muncul banyak sekali pertanyaan. Ia berencana ingin mengajukannya ketika mereka sampai di rumah. Bintang tak sabar untuk itu.

Setengah jam kemudian, kesabaran Bintang tidak menjadi sia-sia. Mereka tiba di bangunan milik Bintang yang serba hitam ini. Kalau malam begini, rumah Bintang sulit ditemukan bila tak ada lampu yang menyinarinya.

"Sini dibantu." Bintang berkata kala ia lihat cewek itu bingung bagaimana cara turun dari mobil, ditambah lagi dia kesulitan karena rambutnya terlalu panjang.

"A!" Dia berseru senang karena Bintang menolongnya.

Kholivar yang senantiasa bertengger di pohon besar itu otomatis mengeluarkan suara merdu ketika dia lihat siapa yang datang bareng Bintang. Di mata Kholivar, itu adalah Atlanna. Reaksinya yang sebahagia ini membuat Bintang makin penasaran terhadap Si Cewek Salju.

Setelah pamitan ke Kholivar, Bintang menuntun perempuan tadi ke dalam rumah. Bintang membawanya ke kamar. Dia menyuruhnya untuk duduk di tepi kasur sambil menunggu diambilkan pakaian.

Di lemari Bintang tersimpan pakaian Atlanna. Ini adalah baju dan celana yang Atlanna bawa saat menginap kala itu. Atlanna sengaja tak membawanya kembali ke rumah orang tua dia.

"Bisa pake sendiri?" tanya Bintang.

"Mmm," jawabnya disusul memamerkan cengiran.

Bintang tersenyum dengan pipi merah. Terpaksa ia yang melakukan. Bintang sangat telaten dan penuh kelembutan ketika memakaikan satu set piyama itu ke badannya yang ternyata selalu dingin.

"Diem di sini." Bintang berujar seraya beranjak dari tepi kasur.

Dia melepas mantel dan menggantungnya di tiang gantungan. Lalu, Bintang melipir ke dapur. Dia mengambil mangkuk besar berbahan akrilik untuk dibawa ke kamar.

Bintang pindah ke kamar lagi. Ternyata cewek itu mengerti ucapan Bintang untuk diam di sana. Buktinya dia memang diam saja dengan kedua tangan berada di atas paha.

Langkah Bintang tertuju ke wastafel. Dia mengisi mangkuk dengan air bersih, kemudian mengambil handuk kecil yang kering, dan balik ke dekat cewek ini.

"Izin lap badannya, ya." Bintang menyentuh tangan putih itu dan mengelapnya menggunakan handuk setengah basah yang ia lipat-lipat.

Saat Bintang mengelap perut dia, pergerakan tangannya lantas berhenti. Bintang baru sadar ukuran dan bentuk perut itu mirip perut Atlanna. Ia tidak terlalu memerhatikan ketika memakaikan baju ke badan itu, malah sekarang dia menyadarinya.

Tanpa mengucapkan apapun, Bintang mengangkat baju itu sebatas perut. Agak buncit. Bukan buncit karena kebanyakan lemak, melainkan seperti orang hamil.

Bintang berani membawa cewek ini ke rumahnya karena tak ada sedikitpun keraguan di hatinya untuk melakukan itu. Dan kini, perasaan Bintang makin yakin bahwa cewek itu bukan makhluk asing. Bukan orang asing yang tidak ia kenal. Bintang menatapnya lekat sembari menaruh handuk ke dalam wadah yang ia letakkan di atas nakas.

ALAÏA 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang