Part 1

45.4K 5.8K 1K
                                    

Di Alam bawah sadar Areksa.

Gadis itu kini tengah duduk dengan kaki yang terangkat sambil menikmati indahnya pemandangan disini.

"Ck! Gue pikir bakalan masuk neraka. Kalau tau bakalan masuk surga mah harusnya gue puas puasin dulu bantai orang!" gerutu Reksa pada dirinya sendiri.

"Ekhm!" dehem Ariska dibelakang Reksa.

"Ngapa lo? masuk surga juga,ya? sini duduk, bro. Kita nyantuy bareng bareng." ucap santai Reksa sambil menyilangkan kedua kakinya diatas tempat duduk.

Ariska tak menolak, ia duduk disamping gadis itu. "Kamu masih hidup tapi bukan di raga kamu." ucapnya tiba tiba.

Membuat Areksa yang sedang menutup mata menikmati kenyamanan ini sontak membuka mata dan menoleh.

"Terus gue hidup di raga siapa? jadi bayi lagi gue? kaya gak? kalau gak kaya gak mau ah." cerocosnya membuat Ariska melongo.

"Kamu hidup di raga aku yang masih berumur 17 tahun."

"Widih, jadi muda ya?---Eh kok bisa? gak jadi bayi dulu? langsung gede?" Ariska mengangguk membenarkan.

Gadis berumur 21 tahun itu mengernyit bingung. "Kok bisa?"

"Transmigrasi." jawab Ariska seadanya.

"Apa?! Transmigrasi? Anjing! Astagfirullah! gak mau gue! gue maunya disini!!" tolak Areksa yang kini beranjak dari duduknya dan menjauh.

Ariska menghela nafas kasar. "Aku minta tolong, tolongg banget. Aku cuman mau balas dendam sama dia dan juga keluarga yang udah buat aku kayak gini!" pintanya dengan wajah memelas.

Membuat Areksa kembali berfikir. "Ck! kalau mau balas dendam yah tinggal bunuh aja! terus kalau gue ke tubuh lo. Lo gimana?"

'Banyak tanya ya bun?' batin Ariska tersenyum paksa.

"Nanti aku bakalan kasih ingatan ke kamu kok, sebagian. Yang lainnya kamu cari tau sendiri." ucap Ariska mendorong tubuh Areksa menuju cahaya itu.

"Anjir! udah minta tolong, nyuruh orang lagi. Jangan ngelunjak dong!" teriak Areksa saat dirinya perlahan masuk dan lenyap bersama cahaya itu.

'Makasih, Areksa.'

****

"Eughh..." lenguhan Areksa yang kini berada di raga Ariska.

"Eh, beneran hidup lagi dong woi!" gadis itu langsung mendudukkan dirinya tanpa memikirkan rasa sakit di perutnya.

Tiba tiba kepalanya pening, rasanya seperti ditusuk ribuan jarum. Ingatan ingatan gadis itu muncul di kepala Areksa.

Areksa tak pingsan, dirinya sudah biasa merasakan sakit. Ia hanya menggeleng gelengkan kepalanya berusaha untuk menghalau rasa sakit itu.

Setelah hilang, dokter dan dua suster masuk ke ruangan Areksa.

Ceklek

"Eh! Nona Ariska jangan terlalu banyak bergerak dulu." ucap dokter itu khawatir.

Pasalnya, lelaki yang menolong Ariska saat itu mengancam jika Ariska tak sembuh maka nyawa dokter itu taruhannya.

"Ini, Nona, Hoodie dan black card untuk nona." ucap suster itu menyerahkan hoodie dan sebuah kartu berwarna hitam.

Areksa mengangguk. "Makanan saya mana ya dok? saya laper ini, mana haus pula. Ambilkan saya minum dan makan dong!" titahnya dengan tidak tau diri.

ARISKA OR AREKSA?Where stories live. Discover now